Chapter 14

1.1K 225 0
                                        

Jungkook terbangun ketika waktu telah menunjukkan pukul empat pagi, pria itu masih betah memandangi wajah cantik Yuna yang masih terlelap dengan damai dalam tidurnya.

Yuna memiliki wajah kecil dengan fitur yang sempurna, sepasang mata berbingkai bulu mata lentik, dengan bola mata sebening mata air, hidung kecil namun lancip, sepasang alis yang tertata rapih, serta bibir cerinya yang mungil.

Jungkook tersenyum tipis dan mengangkat dagu Yuna dengan lembut sebelum mendaratkan bibirnya di atas bibir mungil gadis bisu itu.

Tak hanya sekedar bertengger, bibir Jungkook mulai bergerak pelan namun teratur. Menyesap setiap inci bibir ceri yang selalu berhasil menggodanya.

Ciuman sepihak itu berlangsung cukup lama karena Yuna yang sama sekali tak terusik membuat Jungkook terus menginginkannya lagi dan lagi.

Hingga kemudian ada pergerakan kecil dari Yuna, membuat Jungkook spontan berhenti dan menatap gadis cantik itu dengan tatapan was-was.

"Maaf... Maafkan aku..."

Jungkook beranjak dari ranjang dan melangkah ke kamar mandi, tak lama berselang. Pria itu kembali dengan penampilan yang tampak lebih segar.

Dia mulai bersiap ke kantor saat matahari bahkan masih terlihat enggan menampakkan wujudnya, satu kecupan lembut kembali ia berikan untuk Yuna sebelum berangkat ke kantornya.

***

Jungkook berdiri menghadap jendela dengan pandangan lurus ke depan, jam makan siang sudah di mulai sejak beberapa menit yang lalu. Tapi pria itu nampak enggan mengisi perutnya yang sudah di biarkan kosong dalam beberapa hari terakhir ini.

Perasaan menyesal dan bersalah terhadap Yuna membuat Jungkook menjadi seperti ini, dia yang selalu terbayang-bayangi wajah cantik Yuna yang berlinang air mata karena kebodohannya. Membuat ia tak bisa melakukan apapun selain memaki dirinya sendiri.

Dia amat menyesal ... Dia kecewa ... Dan dia sangat marah pada dirinya sendiri.

Bagaimana bisa dia menginginkan hasrat seksualnya terpenuhi, tanpa memikirkan perasaan Yuna?

Bodoh!

Jungkook bodoh!

Ia mengacak rambutnya frustasi, sementara keadaan pakaiannya sudah tak beraturan. Penampilannya sudah tampak seperti orang gila.

Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, pria itu lantas mempersilahkan seseorang yang berada di balik pintu untuk masuk ke ruangannya.

Namun, dia tak pernah membayangkan bahwa orang itu adalah gadis yang sudah memporak-porandakan hatinya selama beberapa hari terakhir ini ...

"Yuna?"

Gadis cantik dengan gaun putih yang di balut mantel itu melangkah perlahan mendekatinya, Jungkook tak pernah membayangkan gadis itu akan langsung menangkup pipinya begitu dia tiba di hadapannya.

Tatapan mata Yuna berkilat dengan kekhawatiran, membuat Jungkook mengukir senyum hangat di wajahnya yang tampak kuyu.

"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja."

Pria itu meraih tangan Yuna yang menangkup pipi kirinya, kemudian mengecup punggung tangan gadis itu dengan lembut.

Dia membawa Yuna untuk duduk di sofa panjang yang terletak tak jauh dari meja kerjanya.

"Kenapa kau kemari? Merindukanku, hm?" goda Jungkook, pria itu meletakkan paper bag yang di bawa Yuna keatas meja. Lalu mendudukkan wanitanya di atas pangkuannya.

"Ah!"

Jungkook mengaduh saat jari-jari lentik Yuna mencubit kecil perutnya, sedangkan sang pelaku malah memasang wajah tak bersalah.

"Kamu sangat kurus"

Jungkook tersenyum lebar. "Benarkah?"

Yuna mengangguk sekilas, lalu kembali menggerakkan tangannya.

"Kenapa dengan matamu?"

"Tidak apa-apa, hanya kurang tidur."

"Penampilanmu..."

Jungkook tersenyum semakin lebar. "Kenapa? Bukankah aku sangat tampan?" pria itu langsung mengacak-acak rambutnya yang sudah berantakan. Membuatnya semakin tak karuan.

"Kamu ... Terlihat seperti orang gila."

Senyum Jungkook lenyap seketika.

M U T E [✔]Where stories live. Discover now