Jungkook terbaring di atas tempat tidurnya dengan kedua mata terpejam saat seorang pria dengan balutan jas putih memasuki kamarnya.
Yuna yang sedang duduk di tepi ranjang seketika berdiri dan menyapa dokter tersebut dengan kepala menunduk.
Sang dokter tampak memerhatikan Yuna untuk sesaat, sebelum akhirnya mengalihkan perhatiannya pada Jungkook yang menjadi pasien-nya.
Sementara dokter tersebut memeriksa Jungkook, Yuna berdiri gugup di dekat nakas sambil memainkan ujung gaun yang di kenakannya.
"Apakah dia bersentuhan dengan seseorang atau benda kotor?"
Pertanyaan itu seketika membuat Yuna tersentak, dia menatap dokter yang kini juga memandang dirinya. Dengan tatapan bingung.
Bagaimana dia menjawabnya?
Yuna benar-benar tidak mengerti sama sekali tentang penyakit Jungkook, dia juga sangat panik ketika pria itu tak sadarkan diri di pelukannya.
Dan ... Jika ia berbicara dengan bahasa isyarat, apakah dokter itu akan mengerti?
Pada akhirnya ... Yuna hanya menggelengkan kepalanya.
Sang dokter tampak tidak mengerti, dia membuka mulut hendak bersuara ketika seorang pria berambut biru memasuki kamar Jungkook.
"Dia sudah gemetar dan berkeringat dingin saat tiba di sini, sepertinya dia tak sengaja bersentuhan dengan seseorang."
Pria itu menatap Yuna dengan senyuman misterius yang terukir di wajahnya, lalu memandang dokter yang kini mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Selain itu ... Aku merasa bahwa dia mengalami syok yang cukup berat, hingga keadaannya lebih buruk dari sebelum-sebelumnya."
Dokter itu melirik Jungkook dan si pria berambut biru secara bergantian. Kemudian menghela napas panjang.
"Taehyung, kau ikut aku."
Pria bernama Taehyung itu mengangguk, dia menatap Yuna dan menepuk kepala gadis itu dengan lembut.
"Tolong jaga Jungkook."
Setelah mengatakan itu, Taehyung pergi menyusul sang dokter entah kemana.
Yuna kemudian duduk di kursi yang terletak di samping tempat tidur. Memandangi wajah Jungkook yang masih berkeringat.
Dia segera mengambil tisu yang tergeletak di atas nakas, duduk di dekat Jungkook dan mengelap keringat di dahi serta pelipis pria itu.
Meskipun Jungkook adalah orang asing yang telah menculik dirinya, tapi melihat keadaan Jungkook yang sangat mengenaskan seperti ini. Bagaimana Yuna tidak merasa khawatir?
Memang terdengar aneh ... Ini seperti Yuna terkena Stockholm Syndrome.
Tapi, siapa peduli? Yuna hanya simpati kepada Jungkook karena dirinya terus mengingat wajah pucat serta bibir tak berwarna milik pria itu yang memaksa tersenyum untuknya.
Yuna tersentak kaget saat sebuah tangan dengan lembut menggenggam pergelangan tangannya, dia menemukan sepasang mata Jungkook yang terbuka perlahan.
Apakah aku mengganggu istirahatnya? Pikir Yuna.
Dia tiba-tiba merasa bersalah, apalagi saat mata Jungkook yang sudah sepenuhnya terbuka kini menatapnya dengan tatapan sayu.
Jungkook tersenyum tipis, bagaimana mungkin dia tidak menyadari arti tatapan Yuna?
"Tidak apa-apa, aku baik-baik saja."
Suaranya sangat lemah ketika dia berbicara, bahkan terdengar seperti sebuah bisikan saja. Namun bibir pucatnya tak berhenti tersenyum.
Jungkook menepuk tempat di sebelahnya, mengisyaratkan Yuna agar berbaring di sana. Sedangkan gadis itu hanya memandangnya dengan satu alis terangkat.
"Kau nakal sekali, aku menyuruhmu untuk berbaring di sampingku. Tapi kau malah diam saja."
Yuna tersentak kaget saat pria itu menarik tangannya lembut, kemudian mempertemukan bibir mereka.
"Aku harus menghukummu!"
Jungkook berbisik lirih setelah menyudahi ciuman sepihak itu, dia menjilat bibir bawahnya kemudian. Membuat Yuna merasakan firasat buruk.
