Chapter 41

1.1K 143 18
                                        

Dengar sayang, meskipun kau kelelahan. Aku tidak akan pernah membiarkanmu tertidur barang sedetik pun malam ini.”

Jungkook tersenyum puas setelah berhasil membuat kedua pipi Yuna memerah saat kalimat tersebut meluncur dengan mulus dari bibir manis manisnya.

Pria itu langsung mencium bibir Yuna yang sudah menjadi candu untuknya, sembari terus mencumbu sang istri. Satu tangannya bergerak perlahan mengelus punggung mulus Yuna yang terekspose.

Ciuman mesra serta sentuhan lembut Jungkook membuat Yuna terbuai, gadis cantik itu mulai membalas lumatan bibir Jungkook dan melingkarkan kedua tangannya di leher sang suami.

Jungkook tersenyum puas di sela tautan bibir mereka, dia sempat tersentak saat tangan Yuna bergerak perlahan membuka jas yang di kenakannya. Entah gadis itu sadar atau tidak dengan apa yang dia lakukan.

Di saat tangan Jungkook bergerak perlahan menurunkan sleting gaun Yuna, sepasang tangan mungil namun lentik membuka satu per satu kancing kemeja yang di kenakannya.

Tak berselang lama kemudian, keduanya sudah sama-sama telanjang bulat tanpa sehelai kain pun yang menutupi tubuh mereka.

Jungkook terus mencumbu Yuna, tak hanya bibir. Leher jenjang serta bahu polos sang istri sudah ia hujami dengan serangan bibirnya.

Yuna menggeliat saat tangan Jungkook menyentuh beberapa bagian sensitif di tubuhnya, seperti perut dan dadanya.

Pergerakan Yuna membuat bagian intim keduanya bergesekan, sehingga membuat Jungkook yang masih asik membuat karya seni di leher Yuna seketika mengerang nikmat.

Jungkook menghentikan aksinya lalu menatap mata Yuna yang sudah berkabut dengan gairah. Ia kemudian berkata.

“Dengar sayang, kalau kau merasa kesakitan. Kau boleh meremas tanganku, mencakar punggungku, atau apapun yang ingin kau lakukan untuk melampiaskan rasa itu. Tapi ingat, tetap tatap mataku. Jangan pernah tutup matamu.”

Yuna mengangguk paham saat Jungkook menyelesaikan kalimatnya, ia kemudian mengerutkan dahi saat merasakan sakit yang sangat luar biasa pada area kewanitaannya yang sudah berhasil di bobol oleh Jungkook. Namun sesakit apapun itu, Yuna tetap menolak untuk menutup kedua matanya. Sesuai perintah Jungkook.

Sebagai gantinya, dia mencakar punggung Jungkook untuk melampiaskan rasa sakitnya. Bukannya kesakitan, cakaran Yuna malah membuat Jungkook semakin bergairah. Ia masih belum bergerak sama sekali karena ingin membiarkan milik Yuna terbiasa dengan miliknya yang tidak bisa di katakan kecil.

“Boleh?”

Jungkook sebenarnya sudah sangat tidak tahan, ingin segera bergerak, namun ia juga harus memikirkan Yuna. Jadi dia memutuskan untuk meminta izin terlebih dahulu kepada sang istri.

Setelah mendapat anggukan dari Yuna, Jungkook langsung menggerakkan pinggulnya dengan gerakan perlahan. Ia menatap Yuna yang tengah mengerutkan dahi karena mungkin miliknya masih terasa sakit.

Jungkook langsung mencumbu bibir Yuna, mencoba untuk membuat istrinya merasakan kenikmatan seperti yang tengah ia rasakan saat ini.

Selang beberapa saat kemudian, gerakan pinggul Jungkook semakin kencang. Suara kedua tubuh yang saling beradu yang bersahutan dengan desahan Jungkook membuat ruangan dengan cahaya remang-remang itu semakin panas.

Peluh yang membasahi tubuh mereka membuat kulit keduanya mengkilap, Jungkook tak henti-hentinya memanggil nama Yuna di sela desahannya.

“Ahhh .... Yuna!”

Tubuh Jungkook ambruk di atas tubuh Yuna setelah ia kembali menumpahkan cairan putih kental miliknya kedalam rahim sang istri.

Yuna yang sudah lemas setelah memuntahkan cairan miliknya beberapa detik sebelum Jungkook, hanya bisa mengelus kepala Jungkook yang basah oleh keringat.

Jungkook menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Yuna, menghirup dalam-dalam aroma tubuh sang istri yang sangat memabukkan.

Ia kemudian berbisik, “Baru tiga ronde kan? Masih belum tujuh ronde lagi.”

M U T E [✔]Where stories live. Discover now