Wajah cantik Yuna yang tertidur pulas di hadapannya adalah pemandangan pertama yang Jungkook lihat setelah ia berhasil membuka kedua kelopak matanya. Pria itu tersenyum hangat dan mengelus lembut pipi sang gadis.
Sudah sangat lama ... Aku memimpikan momen ini. Momen dimana aku bangun tidur dengan dirimu dalam pelukanku.
Jungkook kemudian teringat bahwa semalam Yuna mengalami demam, dia tersenyum saat merasakan pipi Yuna yang tidak sepanas semalam.
Senyumnya semakin melebar saat mengingat bagaimana gadis bisu ini bisa menjungkir-balikkan kehidupannya hanya dalam satu kedipan mata.
Jika bukan karena Yuna ... Jungkook tak yakin dia masih bisa menjalani hidupnya setelah di tinggal oleh Lalisa beberapa tahun yang lalu.
Dia tidak akan pernah lupa, seberapa kacaunya dia saat itu setelah sang kekasih pergi tanpa memikirkan perasaannya.
Tapi di saat dia sudah benar-benar merasa putus asa, seorang gadis berparas cantik dengan seragam sekolah yang di balut dengan mantel biru mendatanginya. Kemudian memberikan sekotak susu pisang padanya.
Tanpa kata, gadis itu tersenyum kemudian pergi meninggalkannya di taman sendirian.
Jungkook hanya bisa menertawakan dirinya sendiri kala itu, saat mengetahui dirinya jatuh cinta pada seorang gadis berusia lima belas tahun.
Terlalu asik melamun, Jungkook sampai tidak sadar bahwa Yuna kelihatan gelisah dalam tidurnya. Kening gadis itu berkerut dan keringat dingin mulai membasahi pelipisnya.
“Yuna?”
Yuna terbangun dengan napas tersenggal serta keringat yang membanjiri kening serta pelipisnya, gadis itu tiba-tiba menangis dan memeluk tubuh Jungkook.
Jungkook merasa bingung, namun ia tetap membalas pelukan Yuna dan mencoba untuk menenangkan gadis bisu itu.
“Kau mengalami mimpi buruk?”
Yuna tak menjawab pertanyaan Jungkook, gadis itu semakin mengeratkan pelukannya. Meski tak lagi menangis.
“Hei?”
Jungkook tersenyum hangat dan mengelus lembut punggung Yuna, mencoba untuk menyalurkan ketenangan pada sang gadis.
“Tidak apa-apa, hanya mimpi buruk.”
Yuna melepaskan pelukannya membuat Jungkook spontan menghapus air mata yang membasahi pipi gadis itu.
“Mau cerita?”
Yuna mengangguk pelan.
Jungkook tersenyum manis kemudian mengecup bibir ceri Yuna sekilas, sebelum membawa gadis itu menuruni ranjang.
“Sebaiknya kau mandi dulu, setelah sarapan kau bisa memberitahukan mimpi burukmu padaku.”
Yuna mengangguk pelan kemudian memasuki kamar mandi sendirian, meninggalkan Jungkook yang termenung di depan jendela yang memperlihatkan pemandangan halaman luas mansion kedua orang tuanya.
Ponsel yang tergeletak di atas nakas bergetar, membuat Jungkook tersentak dari lamunannya kemudian meraih benda pipih tersebut.
“Ada kabar baik?” tanya nya, pada seseorang di seberang sana.
“Iya, Tuan.”
“Kalian berhasil menemukan orangtua Yuna?”
“Iya, Tuan. Kami menemukan keberadaan mereka, tapi... ”
“Tapi apa?”