“Jadi, kalian sudah memutuskan?”
Jungkook dan Yuna menganggukkan kepala mereka dengan serentak sebagai jawaban atas pertanyaan yang barusaja di lontarkan oleh Tuan Choi.
“Kemana kalian akan pergi?” tanya Tuan Choi lagi, sembari menatap pasangan muda itu secara bergantian.
Jungkook menatap Yuna sekilas sebelum menjawab, “Perancis.”
Tuan Choi menganggukkan kepalanya dan beranjak dari duduknya, kemudian menepuk pelan bahu Jungkook.
“Aku percayakan Yuna padamu.”
Setelah mengatakan kalimat tersebut, Tuan Choi melangkah pergi meninggalkan Jungkook yang tersenyum tipis seraya menatap punggung kokoh sang mertua.
Setelah ayah Yuna hilang dari pandangannya, Jungkook langsung menoleh kearah istri cantiknya yang juga tengah menatap dirinya.
“Aku kira mau bahas apa, ternyata cuma soal bulan madu.” kata Jungkook.
Pria tampan itu langsung memberi isyarat agar Yuna bergeser ke pojokan sofa, Yuna yang sudah sangat hapal dengan kebiasaan Jungkook. Lantas menggeser tubuhnya dan membiarkan Jungkook meletakkan kepalanya di atas pahanya.
“Kalau kita sudah sampai Perancis, tempat mana yang ingin kau kunjungi?”
Yuna tampak berpikir sejenak, sebelum memandang wajah tampan suaminya yang begitu sempurna.
“Yang aku tahu hanya menara Eiffel.”
Jungkook tersenyum dan mengelus pipi halus Yuna, “Aku tahu banyak tempat indah di Perancis, kita mungkin membutuhkan waktu dua minggu untuk bulan madu disana.”
Yuna mengangguk singkat.
“Padahal, menurutku Maldives lebih menarik dari Perancis.” kata Jungkook.
“Maldives?”
“Hmm.”
Mulut Yuna terbuka dan membentuk huruf 'O', membuat Jungkook gemas dan mencubit pipi lembut istrinya.
“Kalau aku ingin memiliki anak 4, kau sanggup tidak? Dua laki-laki dan dua perempuan. Itu paket lengkap.”
Yuna mengerutkan kening.
“Aku pikir kau akan meminta 10 anak.”
Jungkook terkekeh gemas, dan bangkit untuk sekedar mencuri ciuman di bibir manis sang istri.
“Kalau kau mau, boleh saja. Aku tidak keberatan 'membuat' anak-anak yang lucu setiap hari denganmu.”
Yuna membulatkan kedua matanya, dia langsung mencubit perut Jungkook dengan kedua pipi yang mulai memanas.
Jungkook sama sekali tak melawan saat Yuna memelintir kulit di perutnya, meski begitu. Jungkook mati-matian mencoba untuk menahan rasa sakitnya.
“Kenapa kau belum berangkat kerja?”
Jungkook mengelus perutnya dan mendesah pelan, “Aku sedang malas bekerja.”
Yuna mengerutkan kening.
“Malas?”
“Hmm, lebih baik bermanjaan dengan istriku yang manis dan menggemaskan ini.” goda Jungkook seraya mencolek dagu kecil Yuna.
Yuna memutar kedua bola matanya malas.
“Dasar!”
*****
Pria itu mencium bahu polos Lalisa yang sedang duduk di atas pangkuannya dengan sesuatu di bawah sana yang menyatukan tubuh telanjang mereka.
“Apa yang kau ingin aku lakukan pada mereka, Queen?”
Lalisa menatap tajam dan penuh kebencian pada foto pernikahan Jungkook dengan Yuna yang menempel di dinding dengan lebih dari sepuluh anak panah kecil yang menusuk foto tersebut.
“Bunuh pelacur itu.”
Pria itu menaikkan satu alisnya.
“Bunuh?”
Lalisa mengangguk.
“Itu tidak menarik, Queen. Jika kau mengizinkan, aku akan melakukan hal yang lebih hebat dari membunuh.”
Kedua alis Lalisa tampak sedikit terajut, ia menatap penuh tanya pada pria yang kini tengah memamerkan seringai misterius.
“Apa itu?”
