Chapter 43

1.1K 135 2
                                    

Hangat sinar mentari pagi yang menerpa halus kulitnya berhasil mengusik tidur nyenyak Jungkook, pria tampan itu melenguh pelan dan merentangkan tangannya. Berniat untuk memeluk sang istri dan kembali tidur, namun tangannya tak berhasil menemukan sosok wanita yang ia cintai itu di sampingnya.

Pria itu segera membuka kedua matanya dan mengerutkan kening saat melihat tempat di sampingnya sudah kosong.

Jungkook bangkit dan menyibakkan selimut yang menutupi tubuh gagahnya yang hanya terbalut dengan celana pendek sepaha, lalu melangkah ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi, ia menemukan seorang gadis cantik bertubuh mungil yang tengah membasuh wajahnya di wastafel.

“Selamat pagi.” sapa Jungkook.

Yuna tersenyum kecil saat Jungkook memeluknya dari belakang dan menciumi puncak kepalanya dengan penuh kasih sayang.

“Semalam ayahmu bilang bahwa ada yang harus ia bicarakan dengan kita pagi ini.”

Jungkook meletakkan dagunya di atas bahu sempit Yuna yang terbalut kaus tipis berwarna putih, raut wajahnya terlihat murung. Membuat Yuna mengerutkan kening dan bertanya.

“Kenapa dengan wajahmu?”

Jungkook menghela napas kasar.

“Aku kesal.”

“Kesal kenapa?”

“Kita tidak bisa 'main' pagi ini.”

Yuna sontak memutar kedua bola matanya dengan malas saat mendengar jawaban Jungkook.

“Dasar otak selangkangan!”

Jungkook tertawa.

“Tapi kau suka, kan?”

Wajah cantik Yuna memerah.

Jungkook segera memutar tubuh Yuna dan mencium bibir sang istri dengan lembut, tak lupa ia berikan sentuhan-sentuhan sensual di tubuh mungil Yuna.

Tubuh Yuna menggeliat saat satu tangan Jungkook menelusup kedalam kaus yang ia kenakan dan mengelus perut ratanya.

Yuna yang tersadar langsung memukuli dada bidang Jungkook, memberi isyarat agar pria itu segera berhenti.

“Hei, aku belum puas.” Jungkook merenggut kesal.

Yuna tersenyum geli dan menyibakkan poni yang menutupi dahi sang suami, sebelum memberikan sentilan keras di dahi pria tampan itu.

“Sudah dua hari aku di kurung di kamar terus, aku juga ingin keluar. Lagi pula, kita harus bertemu ayahku, kan?”

Jungkook mendesah kecewa seraya mengelus dahinya yang menjadi korban keganasan tangan mungil Yuna.

Yuna langsung menuntun Jungkook untuk menghadap cermin, lalu memberi isyarat dengan gerakan kepala supaya pria tampan itu segera membasuh wajahnya.

“Kalau keluar dari kamar mandi, jangan lupa pakai handuk!”

Yuna memperingati Jungkook. Pasalnya, setiap kali habis mandi. Jungkook selalu saja punya alasan untuk tidak memakai handuk.

Jungkook tersenyum miring.

“Memangnya kenapa? Bukankah kau suka tubuh polosku?” goda Jungkook.

Sialan, kau Jung!

Yuna menarik napas panjang dan tersenyum paksa, sebelum memelintir perut berotot Jungkook. Membuat sang empunya perut menjerit kesakitan.

Sebagai 'sentuhan terakhir', Yuna menendang kaki Jungkook dan segera berbalik pergi. Meninggalkan Jungkook seorang diri, pria tampan itu menatap seorang pria yang berdiri di hadapannya dengan wajah seperti anak anjing yang tidak di ajak jalan-jalan oleh majikannya.

M U T E [✔]Where stories live. Discover now