STORY=02

6.6K 399 10
                                    

Happy reading..
:::::::::::::::::::::::::::

   sesampainya di barisan paling depan, sungguh ia kaget dengan apa yang ia lihat ini, tapi setelahnya ia kembali memasang wajah datar, dan dingin

  Ia menatap lurus ke arah depan, lalu tak lama ia melirik ke kanan dan kirinya.
Lalu kembali menatap lurus ke arah depan.

Kearah tiga orang yang memakai pakaian jubah berwarna putih.

   "Cik, hyung bagaimana ini, apa kita salah tempat, kenapa mereka menatap kita begitu, apa mereka jahat, kenapa kita di kepung seperti ini?"beribu pertanyaan yang keluar dari mulut namja berambut blonde,

Kepada kedua orang yang membelakanginya,

"Ish, tak bisakah kau diam Chenle"jawab namja yang satunya yang juga membelakanginya

"Tenanglah, Chenle, Jeno jangan begitu kita harus tetap tenang!"ucap namja yang satunya pagi, yang berambut hitam

Yang di panggil Chenle dan Jeno itu pun, mencoba menenangkan diri mereka.
Melihat ke setiap orang yang ada di sana yang memandangi mereka bertiga dengan pandangan heran.

  Saat sedang menatap, tidak lebih tepatnya lagi melirik ke arah kiri, namja yang berambut blonde, Chenle bertemu dengan manik mata seseorang, yang menatapnya dingin, matanya langsung membola sempurna, saat ia ingin mengucapkan kalimatnya, malah tidak sempat karna sepersekian detik kemudian ia telah berada di tempat yang berbeda dengan namja yang menatapnya dingin tadi.

"Cih, dasar brengsek, sudah membuat kerusuhan, lalu menghilang, cih..tak pernah berubah" ucapnya dalam hati.




    Setelah kejadian kemacetan, dan melihat tiga orang yang mengenakan jubah putih dan lalu menghilang, kini,

Jisung!namja berambut hitam tadi, sedang merebahkan dirinya di sofa apartemen nya, yah sekarang ia sudah ada di dalam apartemen miliknya, beberapa menit yang lalu.

Jisung mendongakkan kepalanya ke atas, mengarahkan tatapannya ke arah atap apartemen nya.

   Seketika sekelebat, bayangan ingatannya berputar-putar di atas kepalanya, seakan sedang menari di dalam pikirannya.

  Ingatan tentang, seorang anak laki-laki dengan rambut hitam lebat, mengenakan mantel tebal berwarna oranye, sedang bermain di tumpukan salju, bersama dengan beberapa anak laki-laki lainnya ada yang seumuran dengannya, ada juga yang sedikit lebih tua darinya.
Mereka sedang bermain dengan riangnya, melempar bola salju ke arah satu sama lain, saling tertawa bersama, mereka terus bermain seakan tak ada hari esok.
Mereka begitu senang, dan bahagia

Sampai, satu memori ingatan yang sangat menyedikan, melintas didalam ingatannya.
  Seorang anak laki-laki, yang tidak tau apa-apa, dan tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa menangis dengan rasa sakit yang teramat dalam, terduduk di lantai yang dingin, dengan darah yang terus mengalir di punggung nya, di tambah,  dengan tatapan tajam, seakan mengisyaratkan tanda benci, jijik , marah, seakan mengintimidasinya, membuatnya semakin sakit, seperti satu buah pisau yang sangat tajam menusuk dadanya berkali-kali.

  Memori itu...

Ingatan itu.....

   Bisakah di sebut sebagai kenangan....

Yah....kenangan!!!

Kenangan yang sangat pahit, baginya!

     Mengingatnya, membuat dada Jisung seakan tertusuk jutaan pisau, rasa sakit ia rasakan, membuat ia sesak.
Ia menahan isakkannya, ia tak mau menangis.

   Ia berpikir untuk mengalikan rasa sesak di dadanya, lalu ia teringat kalau ia belum sarapan pagi tadi.
  Ia melihat jam dinding yang ada pada apartemen nya,

11.47'

  Sudah hampir siang, ia bergegas berdiri dan menuju dapur, Jisung menghapus air mata yang ada di pelupuk matanya.

Lalu mulai fokus untuk membuat makan siangnya.






















   
_____________________________________________

Mian ngak nyambung hehhe..
Mian lagi kalo ada tipo





Tbc

Park Jisung [ END | Revisi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang