7.Pandangan Pertama(Penyelamatan)

241 44 5
                                    

Pingsan

Pada waktu jam istirahat, Senja dan Cintia berjalan menuju kantin. Senja tak sengaja menyenggol dosen sehingga buku-buku dosen tersebut terjatuh.

Mata dosen pun serasa berapi-api dan membara, sehingga dosen pun memarahi Senja.

Dosen tersebut adalah Dosen Santi. Dosen Santi menghukum Senja dengan hukuman hormat di depan tiang bendera hingga jam pulang.

Kebetulan dan tepat pada waktunya, Fajar datang dan membela Senja. Setelah lama berdebat, Dosen Santi memberikan keringan hukuman, yaitu apabila terdapat seseorang yang menggantikan posisi Senja. Semua itu diperbolehkan.

Fajar setuju dengan keputusan Dosen Santi dan bersedia menerima serta menggantikan hukuman yang telah diberikan kepada Senja.

Wajah Senja serasa melebar karena terkejut. Senja pun menolak permintaan Fajar.

Fajar memaksa Senja agar menyetujuinya. Dengan paksaan yang tak habis-habis, Senja pun setuju dengan keputusan dari Fajar. Fajar sangat hawatir jika terjadi sesuatu yang menimpanya.

Cintia cemburu dengan keputusan Fajar tersebut. Cintia meminta Fajar agar hanya dia yang menggantikan Senja menjalani hukuman. Fajar pun menolaknya dengan spontan. Fajar besikeras untuk menggantikan Senja.

Sudah dapat dipastikan, Fajar akan menggantikan dan menjalani hukuman yang diberikan Bu Santi kepada Senja.

Tanpa mengeluh, tulus, dan ikhlas, Fajar tetap menjalaninya tanpa rasa capek.

*****

Bel pulang pun berbunyi sangat kencang bagaikan kaca yang terjatuh dan pecah di lantai. Wajah Fajar sangatlah pucat.

Fajar merasa pusing dan akhirnya pingsan. Teman-teman Fajar yang melihatnya, membawa dan menolong Fajar ke pos kesehatan kampus.

Senja dan Cintia berinisiatif menengok Fajar dan berharap agar Fajar segera sadar. Setelah menunggu cukup lama, Fajar belum juga sadar.

Karena pegal dan kecapekan, Cintia memutuskan untuk pulang. Senja tak mau ikut pulang dan memutuskan untuk menjaga Fajar hingga sadar.

Tepat pukul 15.00 Sore, Fajar sadarkan diri dari pingsan. Mata Fajar terlihat membuka perlahan-lahan. Fajar melihat Senja yang tertidur di sampingnya.

Fajar mulai membangunkannya. Senja mulai bangun dan tersadar bahwa Fajar telah siuman.

"Fajar, kamu telah siuman? "tanya Senja heran.

"Iy- iya.., kamu kok masih berada disini? " tanya Fajar dengan memegang dahinya karena masih pusing.

"Aku ingin jagain kamu, aku khawatir sama kamu, aku takut kamu kenapa-napa... "ujar Senja tersenyum lebar.

"Ya Allah Senja, kamu khawatir sama Aku? aku nggak apa kok. "ujar Fajar heran dan kaget.

"Ini sudah tugas aku Jar, karena kamu telah menolongku. "ujar Senja dengan nada lembut.

"Aku menolong kamu dengan ikhlas kok Sen, sebenarnya kamu tak apa meninggalkan aku sendiri disini. " ujar Fajar tersenyum manis.

"Aku tak dapat meninggalkan kamu sendiri. Karena hatiku.... "ujar Senja canggung.

"Hati kamu kenapa? " tanya Fajar heran.

"Tak apa Jar, aku kan manusia seperti kamu. Aku juga punya rasa kemanusiaan. Jadi, sudah sepantasnya aku menolong kamu. " ujar Senja menyembunyikan sesuatu.

"Oh seperti itu..., terimakasih ya."jawab Fajar.

"Ya Allah, kenapa perasaanku bebeda saat bersama dengan Fajar? " ujar Senja di dalam hati.

Mereka pun memutuskan untuk pulang bersama.

Luka Gores

Saat dalam perjalanan, banyak terlihat pekerja pembangunan rumah yang sedang membangun rumah. Terlihat juga kendaraan truck yang mengangkat sebuah besi besar untuk keperluan pembangunan.

Tiba-tiba...

Besi tersebut lepas dari truck. Kebetulan juga terlihat Senja yang berada di bawahnya. Fajar mengetahui bahwa besi tersebut terlepas. Fajar pun mendorong Senja, begitu juga dengan Senja yang menarik Fajar.Mereka pun terjatuh dan saling berpelukan.

Sopir truck tersebut pun turun dan meminta maaf kepada Fajar beserta Senja. Fajar terluka karena goresan besi tersebut. Begitu juga dengan Senja yang terluka karena goresan dari aspal.

"Ya Allah Fajar, kamu kenapa? "tanya Senja bingung.

"Tak apa, hanya luka kecil. "jawab Fajar mengelak.

"Luka kecil bagaimana? "tanya Senja heran.

"Nggak apa kok. "jawab Senja spontan.

"Aku nggak bawa obat, bagaimana ya? "tanya Senja hawatir.

"Sudah, aku tak apa. Ini hanya luka kecil. "jawab Fajar sekali lagi.

"Loh.. Sen, ini lengan kamu kenapa? "ujar Fajar khawatir.

Ternyata, lengan Senja juga mengalami luka yang sama dengan luka yang dialami Fajar.

"Tak apa, hanya luka gores. Oh ya, maafkan aku. Karena demi menyelamatkanku, kamu rela pertaruhkan nyawamu. "ujar Senja memohon maaf.

"Udah tugas dariku untuk menolong sesama teman. "ujar spontan.

"Teman? "tanya Senja di batinnya.

"Kenapa aku merasa gelisah saat mendengar kata teman? Nggak! , aku Nggak boleh jatuh cinta. "ujar Senja di dalam hati.

"Ya Allah, mengapa diriku merasa aneh dengan adanya Senja di sampingku. Mungkin memang Senja tak dapat terbit tanpa adanya Fajar." ceplos Fajar. "Astagfirullah, mengapa diriku berfikir seperti itu. Tidak! aku nggak boleh mencintai sahabat Cintia. Tapi mengapa perasaanku kembali ada terhadap Cintia? "ujar Fajar di dalam hati.

*****

"Dari kecil aku mencoba untuk mengetahui siapa cinta sejatiku? tapi sampai sekarang aku belum menemukannya. Aku yakin, Cintia bukanlah cinta sejatiku. "kata Fajar sambil membayangkan wajah Senja saat di kamar rumahnya.

Ibu Fajar masuk ke kamar Fajar untuk bertanya,

"Jar, sudah makan apa belum? " tanya Bu Fatimah Ibu Fajar.

"Iya bu, sebentar lagi. "jawab Fajar.

"Kamu berfikir apa? ada masalah? boleh cerita sama ibu Jar. "ujar Bu Fatimah yang bersedia mendengarkan cerita sang anak.

"Begini bu, aku sudah punya teman namanya Senja. Senja berlatar belakang dari keluarga miskin. Tapi aku merasa ada yang aneh dengan perasaan di hatiku. "jelas Fajar kepada ibunya.

"Kamu tak boleh sampai jatuh cinta kepada Senja. Karena status Senja dari keluarga miskin. "tegas ibunya.

"Ya Allah bu, Senja itu orangnya baik hati. "ujar Fajar.

"Tidak! " jawab Ibu Fatimah tegas.

Ibu Fatimah melihat luka pada tangan Fajar dan segera mengobatinya. Ibu Fajar mengijinkan Fajar berteman dengan Senja, tetapi Ibu Fatimah tak mau Fajar terluka akibat Senja.

Sesampainya di rumah, Senja menceritakan sosok Fajar dan kebaikannya untuk menolong Senja kepada ayahnya. Ayah Senja sangat bersyukur karena Senja memiliki teman seperti Fajar. Ayah Senja sangat senang dan berharap Senja akan menemukan jodoh seperti Fajar.

*****

Cinta tak akan dapat ditebak. Cinta itu sesungguhnya tentang perasaan. Cinta...

*****

Hallloooo...
Jangan lupa votee, ikuti, dan komentar yaaa
Author bakalan updete lagi kok..
Mangkannya, dukung aku sebanyak-banyaknya!!!

Salam

Lasmana Fajar H.

Cinta & Air Mata✔️ (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang