48. Kandas

39 15 0
                                    

Dua Buah Sayap Akan Patah Jika Sayap Itu Dtambah Menjadi Tiga

Sama Seperti Sebuah Hubungan, Yang Sempurna Dapat Kandas Karena Orang Ketiga

****

Langit gelap bak tiada harapan. Langit mulai mendung bak perasaan. Kilat dan petir menyambar bak hati yang tersambar. Waktu itu, cuaca sangat dingin mencekam. Senja berjalan dengan tatapan muka kosong tak berisi. Senja merasa, bahwa dunia ini sangat jahat dan tiada lagi yang menyayanginya.

Terlihat sangat jelas wajah Senja yang pucat dengan taburan air mata yang terus mengalir deras. Kebetulan, Senja sangat capek dan tak kuasa berjalan. Ia pun memutuskan duduk sekejap di daerah sepi pinggir sungai.

"Aku nggak bisa mikir kali ini Ya Allah. Namun, aku dapat merasakan rasa sakit yang amat pedih ini. Ya Allah, berilah hambamu kekuatan untuk menghadapi rasa sakit ini. Berilah segala kekuatan dalam menghadapi semua masalah ini. Kali ini, aku tak dapat berpikir jernih. Aku hanya bisa memikirkan orang yang telah menyakiti hatiku. Sayang, orang tersebut merupakan kakak aku sendiri. Ya Allah, berilah aku sedikit saja kebahagiaan. Agar aku tak selalu memikirkan hal ini. Baru saja aku tau, bahwa Kak Cintia adalah Kakak kandungku, aku sangat gembira mendengarnya. Namun, kini semua itu telah hilang dan menimbulkan bekas coretan luka dihatiku. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus benci kepada Kak Cintia? Ataukah aku harus sayang kepadanya? Ini sangat rumit untukku. Tapi ini telah menjadi keputusanku untuk mengakhiri hubunganku dengan Fajar. Ya, demi kebaikan bersama," ucap Senja dibatinnya.

****

Dilain tempat, Cintia sangat mengkhawatirkan adiknya itu.

"Senja kemana ya, kok belum menemuiku? Apa dia baik-baik saja? Seandainya kamu dapat mengerti perasaanku, pasti nggak akan gini jadinya," gumam Cintia.

****

Hujan tiba-tiba mengguyur Kota Jakarta. Genangan air mulai membendung dimana-mana. Senja waktu itu merasa pusing dan akhirnya pingsan. Ia tak sadar hingga matahari terbit.

Cuittt... Cuit....

Suara burung bersautan dalam nyanyian sendu nan syahdu. Kabut dan embun mulai terlihat. Udara dingin mulai memuncak. Kebetulan, Pak Subadjo datang dan mendapati anaknya lemas dangan tatapan kosong.

"Sen, kamu kenapa?" tanya Pak Subadjo merasa khawatir,"dari semalam ay6ah mencarimu nak."

Senja hanya melamun dan tak menjawab pertanyaan dari ayahnya itu. Pak Subadjo membawa makanan dan akan menyuapinya. Namun, Senja menggelengkan kepalanya.

"Ya-sudah, ayah nggak maksa. Ayah tinggal dulu ya?" pasrah Pak Subadjo. Seperti biasa, Senja tak merespon apa-apa. Ia langsung kabur tanpa sepengetahuan Pak Subadjo.

****

"Senja! Senja!" teriak Fajar.

"Dok, Fajar sudah siuman," teriak Cintia.

Dokter langsung memeriksa keadaan Fajar. Ternyata benar, Fajar telah siuman.

"Aku pingin ketemu Senja," paksa Fajar.

"Ja-jangan Jar, kamu masih sakit," balas Cintia.

"Lepasin!" paksa Fajar sambil mendorong tubuh Cintia.

"Jangan turun dari tempat tidur Jar," perintah Bu Fatimah.

"Aku harus temui Senja bu," keras Fajar.

"Nggak. Senja itu...."

Belum selesai berbicara, Bu Fatimah mendengar suara ketukan pintu dari luar.

Tok! Tok! Tok!

Ternyata, Senja telah datang dan mengetuk pintu tersebut.

"Senja?"

Setelah membuka pintu, Senja langsung menghampiri Fajar dan memeluk tubuh Fajar.

"Jar, ada yang mau aku bicarakan," ucap Senja. Fajar melepaskan pelukan dari Senja dan berkata,

":Apakah itu?"

"Aku mau hubungan kita berhenti sampai di sini saja," spontan Senja.

"Be-berhenti? Kamu serius? Ta-tapi kenapa?" tanya Fajar terbata-bata.

"Aku sudah capek sama hubungan kita," balas Senja.

"Alasan kamu nggak logis. Apa ini karena Cintia?" tanya Fajar.

"Ini nggak ada hubungannya dengan Kak Cintia," tegas Senja.

"La-lalu apa?"

"Stop! Aku nggak mau debat sama kamu."

"Ta-tapi?"

"Udahlah Jar, jangan paksain dia. Dia udah nggak cinta sama kamu. Lagian, dilihat dari penampilannya kayaknya orang miskin," sahut Bu Fatimah.

"Jangan seperti itu bu," larang Fajar.

"Haduh, ibu pusing. Lebih baik Senja pergi dari sini," bentak Bu Fatimah sambil menudingkan tangannya ke arah Senja.

Senja langsung berbalik arah menuju pintu keluar kamar. Fajar tak ingin Senja pergi. Namun, karena keadaan harus memaksa Senja pergi.

"Mungkin ini sudah menjadi takdirku. Mungkin hubungan kita harus kandas seperti ini. Ini semua aku lakukan demi Kak Cintia," batin Senja. Cintia berada di kamar Fajar dan bersedia menemaninya.

"Jar, aku temani ya," pinta Cintia.

"Nggak!" larang Fajar,"kamu juga pergi dari sini."

"Apa-apaan sih Jar, Cintiakan niatannya baik. Buat jagain kamu," sahut Bu Fatimah.

"Pokoknya aku nggak mau liat dia. Silahkan pergi!"

Dengan perasaan malu dan sedih, Cintia meninggalkan kamar tersebut.

****

"Apa? Kamu putus sama Fajar?" tanya Pak Subadjo.

"Ya ayah," jawab Senja.

"Tapi kenapa?"

"Tak apa," jawab Senja yang mencoba tersenyum.

Pak Subadjo langsung memeluk Senja. Karena, hanya pelukan ayahlah yang mampu menenangkan hatinya.

****

Kita Perlu Menyadari, Bahwa Sebuah Hubungan Tak Akan Selamanya Bahagia.



Horee.
Update lagi...
Jangan lupa vote dan komentar yaa...
Love youuuu

2-April-2020

LFH

Cinta & Air Mata✔️ (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang