42. Pertemuan Kembali

41 14 0
                                    

Lambat laun, masa lalu yang kelam akan terbongkar juga rahasianya.

*****

Ayam berkokok sangat kencang. Burung-burung lewat ke sana kemari dengan bisikan suara yang indah nan syahdu.

Malam telah pergi dan berganti pagi. Suasana mendingin dan langit tampak cerah. Bunga-bunga ikut menari dengan kicauan musik alami burung.

Pak Subadjo dan Senja sedang berjalan sambil mendorong gerobak sampahnya. Kebetulan, Senja sedang tak ada kelas dan kuliahnya diliburkan.

Senja merasa sangat senang, karena dapat membantu ayahnya berkerja selagi tak berkuliah.

Disisi lain, Bu Sara mengajak Cintia untuk pergi berbelanja. Saat perjalanan menuju mall, Cintia dan Ibunya bertemu Senja dan Pak Subadjo.

Pak Subadjo dan Bu Sara saling menatap dan memutuskan pergi dari sana.

"Sen, ayo kita pergi, " ajak Pak Subadjo.

"Ta-tapi.. "

"Sudah, turuti saja, " paksa Pak Subadj

Senja dan Pak Subadjo pergi terburu-buru. Sementara Cintia bersama Ibunya santai. Cintia merasa heran, mengapa mereka pergi terburu-buru?

"A-yah, itukan Cintia? "

"Diam! " perintah Pak Subadjo.

Senja hanya bisa tutup mulut dan tak dapat berkata apa-apa jika ayahnya marah.

"Bu, kenapa ayah Senja pergi saat lihat kita? " tanya Cintia sambil memilih-milih baju.

"Sudah. Jangan ikut campur, " larang Bu Sara.

"Kenapa hari ini sikap Ibu dan Pak Subadjo aneh? " pikir Cintia.

"Jika tadi dia mas Subadjo. Maka... Gadis itu? " bingung Bu Sara.

Bu Sara langsung teringat kejadian pasar kemarin.

"Apa?  Dia gadis yang sama sewaktu menabrakku dipasar?  " kaget Bu Sara, "jangan-jangan, dia adalah putriku. Pantas saja aku merasa dekat dengannya, " sadar Bu Sara.

Ya, wanita yang menabrak Senja kemarin di pasar adalah Bu Sara.

"Ya Allah, mengapa engaku mempertemukan Sara lagi denganku?  Hamba sudah lama berpisah dengannya. Tapi, gadis yang bersama Sara?  Ya, dia anak pertamaku. Cintia. Mengapa aku tak menyadarinya? " pikir Pak Subadjo.

*****

Sepulangnya dari mall, Cintia beradu mulut dengan Bu Sara tentang masalah tadi.

"Bu, aku tanya sekali lagi, ada hubungan apa Ibu sama Pak Subadjo? " tanya Cintia.

"Ibukan sudah bilang. Jangan ikut campur," larang Bu Sara.

"Tapi tingkah ibu sangat mencurigakan, " timpal Cintia.

"Berapa kali harus ibu bilang, jangan ikut campur masalah itu," elak Bu Sara kembali.

"Jujur bu, sama aku. Jangan sembunyikan apa-apa, " timpal Cintia semakin curiga.

Bu Sara menghela nafas berat. Wajahnya sangat santai. Sepertinya Bu Sara tak ingin memperpanjang masalah ini.

"Ya, dia ayah kandung kamu, " spontan Bu Sara.

Wajah Cintia mendadak pucat terkejut. Keringat dingin mulai bercucuran. Cintia tak menduga, kejadian seperti ini akan terjadi pada keluarganya.

"Jadi pa-papa Gunawan.. "

"Ya, dia bukan ayah kandung kamu, " santai Bu Sara.

Siti tak sengaja melihat semua itu. Ia terkejut bahwa ayah kandung Cintia adalah Pak Subadjo.

"Ya Allah, mengapa semua ini terjadi?  Orang yang selama ini aku anggap sahabat adalah adik kandungku, dan Pak Subadjo?  Dia adalah ayah kandungku. Aku tak menyangka. Aku malu sama adikku sendiri, saat ini aku masih menjadi orang ketiga antara Fajar dan Senja. Orang macam apa aku ini?  Masak aku nggak membiarkan adikku bahagia. Bahkan, aku masih mencintai Fajar sampai sekarang. Aku merasa bersalah. Aku akan menemui mereka sekarang, " pikir Cintia.

Mengakui

Tanpa berfikir panjang, Cintia pergi ke rumah Pak Subadjo. Sesampainya di rumah Pak Subadjo, Cintia langsung memeluk Pak Subadjo. Kebetulan, Pak Subadjo berada pada depan pintu rumah.

Dalam pelukannya, Cintia berkata kepada Senja dan Pak Subadjo.

"Ayah, sekian lama ibu merahasiakan ini. Ternyata ayah kandungku adalah Pak Subadjo, "
"Apa maksud kamu Cin? " tanya Senja mendadak bingung.

Cintia melepaskan pelukannya kepada Pak Subadjo dan berkata,

"Pak Subadjo adalah ayah kandung kita, " spontan Cintia.

"Kita? " bingung Senja.

"Jadi... "

Pak Subadjo pun menceritakan masa lalunya dihadapan mereka berdua.

"Masyallah, terimakasih Ya Allah. Engkau telah memberikanku kakak seperti kak Cintia," syukur Senja.

Mereka pun berpelukan bak teletubies. Mereka sangat gembira dan bahagia. Namun, Siti dan Bu Sara bersikap biasa bak tak terjadi apa-apa.

Akhirnya, rahasia yang selama ini terpendam dapat diketahui semua orang.

*****

Sepintar-pintarnya menyembunyikan rahasia, rahasia tersebut akan terbongkar sebagaimana mestinya.

.
.
.
.
.
Vote guys
Vote
Vote!
Read!
Read!
Aku tambah semangat ini!!!

Makasih

27-03-2020

LFH

Cinta & Air Mata✔️ (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang