47. Saling Mengalah

34 14 0
                                    

Cintia sangat terkejut dengan kedatangan Senja. Ia merasa tak enak karena telah mengatakan kata-kata mutiara dihadapan Fajar tadi.

"Tunggu Senja..." teriak Cintia.

Senja hanya dapat menangis sambil berjalan. Ia sama sekali tak merespon perkataan kakaknya itu.

"Tunggu dik...," pinta Cintia.

"Cukup Kak! Jangan jelaskan apa-apa lagi..., aku ingin sendiri."

"Maafkan Kakak Sen," pinta Cintia. Senja tak merespon kata-kata kakanya itu. Cintia tak ingin adaiknya marah terus-terusan.. Ia pun menarik tangan Senja, sehingga mereka saling beratatap muka.

"Mau ngapain lagi sih Kak?" histeris Senja sambil mengacak-acak rambutnya.

"Maafkan Kakak dik..."

"Sudah Kak! Aku pusing. Jauhi aku. Biarkan aku sendiri. Tolong ngertiin perasaan aku," pinta Senja. Cintia hanya dapat membungkam dan membiarkan adiknya yang sedang marah itu.

****

Tatapan Senja mulai kosong seperti tanpa ada tujuan. Senja memutuskan berhenti sejenak di taman depan rumah sakit.

"Apa yang harus aku lakukan saat ini Ya Allah? Apakah keputusan yang aku ambil ini benar? Dan apakah keputusan yang aku ambil ini salah? Apakah aku harus mengalah dan merelakan Kak Cintia bersama Fajar? Ya, benar. Aku harus mengandaskan hubunganku dengan Fajar agar Kak Cintia bahagia. Tapi, bagaimana bisa hubungan yang dirangkai dengan cinta kandas begitu saja? Ampuni dosaku Ya Allah..., aku merasa bahwa aku serba salah dalam hal ini. Aku perlu telfon Kak Cintia sekarang. Ini keputusanku."

DRRTTT! DRRTT!

"Senja telfon?" gumam Cintia. Ia pun mengangkat telfon dari Senja.

"Ada apa dek?" tanya Cintia.

"Temui aku di depan sekarang," tegas Senja.

"I-iya," jawab Cintia. Ia langsung mematikan ponselnya."Kenapa Senja memanggilku ke sana?"

Cintia mencoba berfikir keras. Setelah berfikir cukup lama, Cintia bergegas menuju taman rumah sakit. Sesampainya di depan rumah sakit...

"Silahkan duduk kak," pinta Senja.

"Makasih dek, apa tujuan kamu panggil aku ke saini?" tanya Cintia.

"Aku telah membuat sebuah keputusan kak. Keputusan ini sudah bulat. Aku akan putuskan hubunganku dengan Fajar," tegas Senja," Aku rela melakukan ini demi kakak."

"Jangan dik, biar aku saja yang tersakiti. Aku nggak mau rebut kebahagiaanmu. Lanjutkanlah hubunganmu. Aku ikhlas dan aku rela," jelas Cintia.

"Tapi kenapa Kakak mengungkapkan perasaan Kakak ke Fajar? " tanya Senja,"Apa itu namanya mengalah? Aku rela kak, rela ditinggalkan."

"Tapi dek..., kakak melakukan ini karena dihina Rusli waktu itu. Tolong pahami perasaanku dek..," jelas Cintia.

"Apa Kakak pernah berfikir tentang perasaanku? Seenggaknya Kakak jangan egois," balas Senja.

"Senjaaa!!!!" bentak Cintia. Tangannya telah terangkat dan sepertinya siap menampar Senja.

"Tampar aja Kak. Aku memang salah," balas Senja.

"Kamu bisa merasakan nggak, perasaanku sebentar....saja," pinta Cintia.

"Sudah jangan bicara lagi! " paksa Senja. Ia telah muak dan meninggalkan tempat itu. Cintia langsung menangis meratapi kesedihannya.

"Aku mulai sadar, karena aku bodoh sekali. Aku berkata kasar kepada Senja dan mudah tersulut emosi. Mengapa aku dapat berkata seperti itu kepada Senja? Seharusnya, aku aku membiarkan dia berkata apa yang dia inginkan. Seharusnya, cukup hatiku yang tersakiti. Bukannya Senja. Harusnya, aku dapat mendampinginya dikala Ia susah. Aku sangat bodoh dan egois. Bagaimana aku dapat berfikir bahwa cintaku melebihi cintanya Fajar dan Senja?" pikir Cintia.

"Arrrrkggh...," teriak Cintia sambil mengacak-acak rambutnya.

Menyesal

Cintia merasa sedih dan menyesal atas perlakuannya kepada Senja. Cintia berfikir tuk meminta maaf kepada Senja.

"Sebaiknya aku telfon Senja," gumam Cintia.

DRRTTT..

Senja mengangkat telfon dari Cintia dan berkata,

"Maafkan aku Kak," gumam Senja. Ia langsung mematikan telfon dari Cintia.

"Kok dimatikan?" gumam Cintia,"coba aku telfon lagi."

DRRTTT... DRRTTT...

Getaran ponsel Senja terdengar kembali. Lagi-lagi, Ia mematikan telfonnya.

"Coba aku chat," gumam Cintia.

Cintia: Sen, maafkan aku ya...

Read!

Cintia : Jawab Sen...

Read!

Cintia: Ya Allah dik.., jawab dong.

Read!

Cintia: Jangan diread...

Read!

"Mungkin Senja masih marah sama aku. Aku harus memikirkan perasaannya. Aku harus bisa," tahan Cintia.

Senja selalu menangis kerena hatinya sangat sakit. Senja telah membuat keputusan, dan keputusan itu akan dilakukannya.

"Kak Cintia...."

Haiii Vote yhh...
Luve readers
April MOpnya  gaada ya:(
Sediii.
Berdo'a aja semoga corona cepet maburrrr...!!!!!!
1-04-2020

Cinta & Air Mata✔️ (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang