20. Peristiwa 17 Maret (Ungkap Rasa)

117 21 17
                                    

Peristiwa 17 Maret...

Waktu terus berlalu. Putaran jam terus berganti. Setiap detik, menit, dan jam sangat berharga.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk menyelesaikan perbincangan pribadi mereka. Fajar pun langsung memutuskan untuk berangkat dan mengajak Senja ke pelabuhan.

Mereka berdua juga tak lupa berpamitan dengan Pak Subadjo. Pak Subadjo menasihati mereka agar selalu berhati-hati.

Kendaraan yang dibawa Fajar pun melesat sangat cepat dan tepat. Mereka tak sabar untuk mengatakan perasaannya yang sebenarnya.

*****

Apa ini kode?

Sesampainya di pelabuhan....

Mereka sangat gembira sekali. Mereka berdua pun memilih untuk duduk di pinggiran laut.

"Sen, laut ini indah ya? " tanya Fajar.

"Indah apanya? " tanya balik Senja.

"Indah senyumannya. Kayak senyumanmu.. " balas Fajar.

"Laut mana bisa senyum? " tanya Senja kembali.

"Bisa aja. kalo ada kamu," ungkap Fajar. "Aku bagaikan laut yang selalu tersenyum. Hanya karena kamu, orang yang paling aku... "

Seketika pembicaraan Fajar terhenti ditengah-tengah jalan.

"Aku..? " jawab Senja.

"Ya. Aku sayangi, " gumam Fajar.

"Nanti kita cerita tentang ini," timpal Fajar kepada Senja.

"Laut ini juga sejuk. Kayak kamu yang selalu menjadi penyejuk di hati aku, " balas Senja.

"Nggak hanya itu, laut ini sangat mempesona. Seperti wajah kamu yang selalu bersinar. Walaupun, matahari terbenam belum tiba," ucap Fajar yang seakan-akan mensyukuri nikmat Allah S.W.T . yang telah menciptakan alam semesta beserta isinya yang sangat sempurna.

"Bisa aja kamu ya Jar, tapi bener lho! Walau matahari belum terbenam, pemandangannya indah banget. Apa lagi kalau matahari semakin terbenam? " ucap Senja yang setuju dengan kata-kata Fajar barusan.

"Aku hari ini sangat gembira dan bersyukur sekali," ucap Fajar merasa kagum.

"Ya Jar, hawa disini juga dingin banget. Sedingin hatimu," jawab Senja yang sangat jujur dengan perasaannya.

"Hati aku dingin? " tanya Fajar.

"Kamu nggak mau pek.. "

"Pek.. Apa? " tanya Fajar kembali.

"Masa nggak tau sih Jar, " gumam Senja di dalam hati.

Cintia pun tiba-tiba datang dan mengintip pembicaraan mereka.

"Sungguh serasi mereka. Allah maha adil," ujar Cintia yang takjub dan menahan kepedihan di dalam hatinya.

Apa ini waktunya?

Senja (Matahari terbenam) tak terasa telah mencapai puncaknya. Siap tidak siap, mereka harus mengungkapkan perasaannya.

"Sen, aku ingin bicara sama kamu, " ucap Fajar dengan wajah yang memerah.

"Aku juga ingin bicara sama kamu," balas Senja dengan sedikit menundukkan kepala tabda malu.

"Sebenarnya, aku peka. Aku tahu apa yang kamu katakan tadi," ucap Fajar.

Cinta & Air Mata✔️ (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang