31. Jedar!!

50 19 1
                                    

Arti cinta itu tak sekedar melepaskan. Tapi cinta itu menggenggam dan memegang teguh sebuah hubungan.

*****

"Ah Fajar..,  sudahlah, " ucap Senja yang telah luluh karena kecupan dari Fajar.

"Siap sayangku.., " terima Fajar.

"Yang terpenting sekarang, kita harus mencari Cintia, " balas Senja.

"Kamu benar. Mari kita cari Cintia sekarang, " ajak Fajar dengan respon cepat.

Mereka langsung menaiki sepeda motor Fajar yang saat itu di parkir di sebuah parkiran universitas. Secepat-cepatnya api menyambar, motor Fajar pun melaju dengan gerakan cepat bak sambaran api.

Pada tengah-tengah perjalanan, udara mulai menggenggam matahari. Dengan kata lain, udara sangat panas dan banyak polusi. Udara tercemar sangat kuat. Memang begitulah suasana Jakarta kala itu. Polusi udara yang mengembang menyebabkan Senja menjadi batuk-batuk.

Fajar mendengar Senja yang kala itu batuk. Sehingga, Fajar menghentikan perjalanannya saat itu dan memberikan suatu barang istimewa dari sakunya.

Istimewa?  sepertinya tidak. Tapi, pemberian dari manusia yang paling dicintai merupakan pemberian istimewa baginya.

"Kenapa Jar, kok berhenti? " tanya Senja merasa heran.

"Ini buat kamu, " ucap Fajar sambil menoleh ke belakang dan menjulurkan sebuah benda istimewa baginya.

"Masker, untuk apa? " tanya Senja yang merasa heran.

Hanya masker?  Apa bagi kalian masker tersebut merupakan pemberian istimewa?

"Untuk melindungi your hidung dari debu, " jelas Fajar.

"Buat apa? I'am not Father," jawab Senja yakin.

"Nggak papah matamuii, " canda Fajar.

"Hemm Jar, " gumam Senja.

"Ya buat kamulah. Biar kamu nggak batuk lagi. Aku nggak pingin kamu sakit. Walau itu hanya batuk bukan virus korona, " terus Fajar mulai tersenyum.

"Kamu kayak virus korona deh, yang setia ada di dalam hatiku. Walau korona menyerang tubuh, " jawab Senja." Makasih ya Jar, buat maskernya."

"Mari kita lanjutkan perjalanan, " pinta Fajar.

Kaget

Terlihat wanita cantik berparas licik sedang berada pada dapur rumahnya. Siapa lagi jika bukan Siti? saat itu, Siti sedang memasak makanan kesukaan Rusli.

"Siitii! " bentak Bu Sara yang seketika masuk ke dalam dapur.

"Iya Bu, kenapa? " tanya Siti rada kasar.

"Tau Cintia nggak?  " tanya balik Bu Sara.

"Gak! " singkat Siti.

"Kok bisa gak tahu hah? "  sentak Bu Sara.

"Nggak ada urusan, " balas Siti.

"Anak kurang ajar. Nggak ada sopan-sopannya jadi anak angkat. Udah dirawat dari kecil tapi nggak terimakasih," Sentak Bu Sara yang langsung meninggalkan ruangan dapur.

"Dasar ibu kocak, emang aku peduli sama kamu dan anak kesayanganmu? " gumam Siti di dalam hati dengan setengah tersenyum. "Mendingan, aku masak hidangan spesial untuk calon imamku."

Setelah masakan selesai, Siti langsung menuju rumah Rusli dengan mood yang baik.

*****

Cinta & Air Mata✔️ (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang