19. Menanti Senja

90 21 3
                                    

Dedaunan berguguran dan terpisah dari tangkainya. Seperti hubungan kita yang bersama. Namun, terpisah karena dirinya.

*****


Hari berganti hari, pagi berganti malam, malam berganti pagi, dan suara ayam berganti suara jangkrik.

Tak terasa waktu semakin berlalu dan terus berjalan. Tanggal 17 Maret pun telah tiba. Tanggal yang dinantikan akhirnya muncul dan terjadi.

Fajar dan Senja langsung mempersiapkan diri. Mereka mencoba berpenampilan baik dan rapi.

Sebelum berangkat, mereka sempat menarik dan membuang nafas terlebih dahulu. Pastinya, agar tak gugup. Tentunya harapan mereka sangat baik. Yaitu, mereka dapat saling menerima satu sama lain tanpa melihat kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Tak lupa, keberangkatan mereka diselingi oleh do'a orang tua yang menyertai. Pastinya, Fajar tak lupa berpamitan dengan kedua orang tuanya.

Begitu juga dengan Senja yang tak lupa berpamitan dengan ayahnya. Fajar pun memberikan suatu kabar kepada Senja. Fajar yang sangat bersemangat, akhirnya menelfon Senja.

DRTT DRTT

"Hallo Senja, apa kabar? " tanya Fajar dengan penuh kasih sayang.

"Hai Jar, kabar aku baik kok," timpal Senja.

"Bagaimana? " tanya Fajar. "Kamu siap? "

"Siap sayangkoh," ceplos Senja. "Ups! Siap Jar."

"Sayangkoh? " tanya Fajar.

"Lupain aja deh," balas Senja.

"Yedah, byebye. Aku tutup dulu," ujar Fajar.

*****

Dilain sisi, Cintia sadar bahwa hari ini adalah tanggal 17 Maret. Cintia juga ikut mempersiapkan diri seperti Senja. Ia rela memgambil resiko yang ada. Cintia mencoba tampil cantik dan mewah.

"Walaupun ini adalah acara sahabatku, aku nggak boleh ketinggalan. Aku harus selalu tersenyum. Aku harus kuat, sabar, dan tabah. Aku seharusnya dapat ikut bahagia bersama Senja. Aku nggak boleh sedih dan aku harus memperlihatkan diriku yang selalu bersikap tegar," ucap Cintia berbicara sendiri sambil berkaca melihat wajah cantiknya.

Tak lama, Fajar berangkat menuju rumah Senja untuk menjemputnya. Kali ini Fajar memperlakukan Senja bak tuan puteri.

"Tok! Tok! Tok! "

Suara ketukan pintu yang keras terdengar tajam. Suara tersebut berasal dari luar rumah Senja.

"Assallamuallaikum," ucap Fajar sembari memberi salam.

"Waalaikumsallam, " jawab Pak Subadja yang sekalian membukakan pintu rumah.

"Eh, ada nak Fa.. "

Pak Subadjo sangat bingung dengan nama pria yang ada dihadapannya itu.

"Fajar Pak, " sahut Fajar secara spontan.

"Oh ya nak Fajar! " sadar Pak Subadjo. "Silahkan masuk rumah terlebih dahulu. "

Pak Subadjo sangat baik dan sayang sekali kepada Fajar. Entah kenapa?

"Iya pak, terimakasih," jawab Fajar penuh kesopanan.

"Jar, Senjanya masih ada di kamar. Kamu duduk dahulu supaya bapak panggilkan," Ucap Pak Subadjo yang mempersilahkan Fajar duduk disofa untuk memanggil Senja dari kamarnya.

"Senja anak cantekku. Itu ada Fajar di luar. Cepat keluar yaa.. " ujar Pak Subadjo dengan menampakkan senyum bahagianya.

"Iya ayah sayang. Tunggu ya.. " timpal Senja yang masih mempersiapkan diri.

Senja mulai berkaca, berdandan, dan berusaha rapi apa adanya. Setelah menunggu cukup lama, Senja pun keluar dari kamarnya.

Begitu Senja tampil dihadapan Fajar dan Pak Subadjo, mata mereka langsung membuka lebar bak melihat penampakan alam yang luar biasa, sehingga tak dapat diungkapkan dengan kata-kata.

"Wah, Fajar cepat sekali sampai sini. Aku juga nggak tau kalau kamu bakalan kesini," tutur Senja dengan senyuman manisnya.

"I-iya nih Sen, maaf aku nggak beritahu kamu sebelumnya kalau aku bakalan kesini. Aku sengaja buat kejutan untuk kamu," jawab Fajar.

"Kamu bisa aja Jar, " timpal Senja. "Nggak baper lo.. "

Pak Subadjo pun mengganti topik obrolannya.

"Jar, kamu ternyata beda banget sama yang diceritain Senja. Kamu begitu tampan sekali. Ini Fajar beneran kan? Beneran Fajar kan? maklum Jar, bapak nggak pernah lihat kamu. Bapak lihat-lihat, kamu itu orangnya baik, sopan, dan dari keluarga terpandang. Kalau seandainya mau, kamu mau jadi pacar anak saya? " ceplos Pak Subadjo.

"Pa-pac-"

"Ups! " sadar Pak Subadjo. " Maaf nak, bapak nggak sengaja. "

"Nggak masalah pak, bapak benar. Mungkin aku adalah Fajar yang sering dibicarakan Senja kepada bapak. Mungkin juga, aku bisa jadi... pa... hmm. Hmm. Mungkin juga aku telah jatuh cinta pada pandangan pertama. Senja sangat baik hati pak, karena itulah aku suka kepadanya. Tapi.., jangan salah paham ya pak, " jelas Fajar.

"Bapak ngerti kok nak, " balas Pak Subadjo. "Kamu kok datangnya jam segini? ini masih siang lho. Masih ada banyak waktu buat matahari terbenam. Kata Senja, kamu bilang mau ajak dia saat matahari terbenam nanti di pelabuhan. "

"Benar sekali pak, aku mau datang lebih awal. Karena aku juga mau ngobrol-ngobrol sama bapak sebagai orang tua Senja. Aku juga ingin mengenal bapak. " jawab Fajar.

"Siap anak muda.. " timpal Pak Subadjo.

Fajar pun menoleh ke kanan dan ke kiri rumah. Ia mencari seseorang yang dirasanya kurang.

"Mohon maaf pak, ibu Senja dimana ya? " tanya Fajar heran. Karena, Fajar tak melihat wajah ibu Senja sama sekali.

"Sudah meninggal nak, " ucap Pak Subadjo dengan nada kebohongan.

"Maafkan saya pak, " balas Fajar.

"Iya nak, tak apa," jawab Pak Subadjo.

"Begitulah kisah kita Jar, aku dibesarkan tanpa Ibu. Sungguh nasib yang malang," sahut Senja.

"Jangan berkata seperti itu Sen, kita wajib bersyukur. Karena, kamu masih mempunyai ayah yang sangat sayang padamu," tutur Fajar.

"Makasih ya Jar, kamu membuat aku lebih tenang," jawab Senja.

Hai hai hai..
Maaf kemaleman updatenya.
Maklum, habis pulang latihan.
Penasaran saat mereka saling mengungkapkan perasaannya?
Kuy ikuti!
Maaf ya, karena hari ini ngga jadi update seperti janjinya kmrin.
Karena masih banyak tugas dan latihan.

Vote ya..
Komentar...
Follow...
Dukungan kalian sangat berharga.

Salam,
Sidoarjo, 15 Pebruari 2020

Lasmana Fajar H.

Cinta & Air Mata✔️ (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang