33. Firasat

56 19 4
                                    

Kamu perlu tau. Menjadi pemenang belum tentu berhasil.
Camkan itu.

*****

Langit terlihat mendung tak kunjung hujan. Udara terasa sangat dingin dan mencekam. Terasa juga berbagai macam hawa merinding. Mungkin ini semua adalah firasat.

Sebelum berangkat kuliah, Cintia sempat merasakan firasat buruk sembari memikirkan kejadian kemarin/ pertengkarannya kemarin dengan Kak Siti.

Cintia ketakutan. Cintia merasa, bahwa dirinya akan ditimpa musibah karena Kak Siti. Atau bahkan, sahabat-sahabatnya (Fajar dan Senja)  yang akan dapat musibah. Pada raut wajahnya saja, Cintia terlihat khawatir dengan perasaan campur aduk.

Disisi lain, Cintia masih merasa malu dengan Rusli. Karena Ia telah menolak cintanya. Tak hanya satu kali, tetapi juga dua kali Cintia telah menolak pria yang mencintainya.

"Ya Allah, firasat apa yang sedang bersarang ditubuh aku?  Mengapa hatiku sangat gelisah dan nggak tenang seperti ini?  Mengapa aku sangat takut sekali jika nanti Kak Siti akan menyakitiku. Bahkan, bisa saja kedua sahabat baikku menjadi incarannya. Aku nggak mau mereka semua celaka. Aku yakin, senyuman Kak Siti kemarin mengandung sebuah arti konspirasi dan kejahatan. Dan jelas, Kak Siti akan merencanakan sesuatu yang sangat nekat. Aku sangat kenal sifatnya. Kak Siti akan berpegang teguh pada satu tujuan. Ya Allah, aku takut sekali. Andai saja aku punya pria yang dapat menemaniku seperti Fajar. Pasti dia akan menengangkan diriku sekarang.  Sayangnya tidak. Ternyata, aku masih terombang-ambing dijeratan cinta segitiga. Aku pun juga harus mengalah demi Senja sahabatku," ucap Cintia sambil mengungkapkan seluruh isi hatinya dalam dirinya sendiri, "Aku merasa malu, karena aku telah menolak Rusli. Ini bukan satu kalinya, tapi dua kali. Cobaan apa ini Ya Allah?  Apa aku ditakdirkan untuk selalu tersakiti?  Maafkan aku Rus, bukan maksudku tuk menyakitimu. Tapi aku selalu bimbang untuk menentukan suatu pilihan didalam hidupku. Aku belum dapat melupakan Fajar. Bagaimana bisa aku mencintaimu? Mungkin, aku akan menerimamu. Terkecuali, tiada Fajar hingga saat ini."

Sambil mempersiapkan peralatan kuliah di kamarnya, Siti merasa termenung dan mencoba memikirkan sesuatu.

"Hari ini adalah waktu yang tepat. Rencanaku hari ini harus berhasil. Lihat saja, permainanku kali ini akan segera dimulai."

Sementara itu, Pak Subadjo juga mendapatkan firasat buruk. Pak Subadjo tak tahu, siapakah yang bersarang dalam firasatnya.

Pak Subadjo terlihat sangat cemas dan khawatir. Firasat apa yang menimpanya kali ini?  Karena sebelumnya, Pak Subadjo belum pernah menemukan firasat seperti ini. Kali ini, merupakan firasat pertama kali Pak Subadjo.

"Kenapa denganku?  ada apa sebenarnya?  mengapa perasaanku hari ini nggak enak? rasanya, aku nggak pingin Senja kuliah. Tapi, untuk siapakah firasat ini? " ucap Pak Subadjo yang bingung sendiri dengan firasat anehnya.

Senja yang barusan mandi, keluar dari kamar mandi dan menuju ruang tamu. Bisa dilihat, Senja mengeringkan rambutnya dengan handuk serta mengibas-ngibaskannya.

"Ini merupakan hari baik untukku. Semoga hari ini adalah hari dimana aku bahagia. Aku akan bertemu Fajar lagi di kampus, dan itu membuatku tambah semangat dan bahagia. Aku selalu bahagia dan merasa aman jika berada di sampingnya, " bisik Senja di dalam hatinya.

Kebetulan, Pak Subadjo melihat Senja mendekatinya. Pak Subadjo yang khawatir seketika bertanya kepada Senja.

"Senja, kamu nggak papa kan? " tanya Pak Subadjo ragu.

"Nggak apa yah, jangan khawatir. Aku bisa jaga diri aku kok, " timpal Senja berlaga santai.

"Syukurlah nak, " ucap Pak Subadjo merasa lebih tenang.

"Kenapa ayah? " tanya Senja.

"Ayah dapat firasat buruk, " jawab Pak Subadjo.

"Firasat apa itu? " tanya Senja kembali.

"Entah, ayah tak tau pasti firasat tersebut, " jelas Pak Subadjo.

"Ya-sudah ayah, jangan dipikirkan. Kita pasrahkan saja kepada Allah, " jawab Senja pasrah.

"Kamu benar nak, " kata Pak Subadjo sambil memeluk Senja rapat.

"Oh ya ayah, aku siap-siap kuliah dulu ya? " ingat Senja sambil melepaskan pelukan.

"Iya nak, ayah akan ambilkan sarapan, " timpal Ayah Senja merasa sangat tenang karena melihat Senja baik-baik saja.

Senja mempersiapkan dirinya untuk berkuliah. Mulai dari pakaian, kaos kaki, sepatu, dsb.

Setelah mempersiapkan perlengkapan kuliah, Senja menuju meja makan untuk sarapan. Di meja makan, Senja terlihat sangat santai menyantap makanan.

Senja menyantap makanan dengan cepat. Sehingga, tak terasa telah waktunya untuk berangkat kuliah. Senja pun berpamitan dengan Pak Subadjo dan berangkat dengan semangat.

Senja memilih berangkat menaiki angkot. Tanpa rasa mengantuk, Senja tak berhenti tersenyum kepada semua orang. Banyak orang membalas senyuman manisnya.

"Entah kenapa ayah memiliki firasat aneh?  Semoga saja nggak tentang aku. Semoga aku selalu dilindungi dan selalu aman," ujar Senja sambil termenung.



Malam malam aku sendiri...
Maaf update malem
Jangan lupa vote yaa..
Komentaaaarr oiis.

Cinta & Air Mata✔️ (SELESAI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang