Chapter I (Bagian 3) : Anak Yang Sendirian

103 13 0
                                    

Sekitar 15 hari, Safira akhirnya datang ke panti asuhan.

Seperti yang ia katakan, ia akan membawa wali untuk bisa membawa Sofia keluar panti. Walinya itu seorang pria dengan rambut hitam dan mata yang sinis. Pupil matanya memiliki warna yang sama dengan Sofia--Merah Crimson.

Ekspresi wajah dari para biarawati berubah begitu senang. Mereka bukan senang karena akhirnya Sofia mendapatkan wali untuknya, mereka senang karena akhirnya Sofia bisa pergi dari tempat itu.

Safira terlihat begitu senang. Adiknya yang dia cari cari selama bertahun-tahun ini akhirnya bisa ia temukan.

Lily menatap Sofia sedikit sedih. Anak yang paling dekat dengannya kini sudah menemukan keluarganya. Anak yang dulu selalu terlihat sedih kini telah menemukan kebahagiaannya.

Lily memegang tangan Sofia dengan erat sebelum ia pergi dengan keluarganya.

"Dengar Sofia, tak peduli apapun yang terjadi, kau tidak boleh lupa siapa dirimu." ucap Lily dengan penuh keseriusan.

"Apa maksudnya? Aku tidak mengerti."

Lily tersenyum lembut lalu menyentuh pipi Sofia dengan perasaan penuh kasih sayang. "Suatu hari nanti, kau akan mengerti."

Sofia hanya mengangguk karena ia tahu yang diinginkan Lily hanyalah anggukan dari kepalanya yang kecil. Anggukan dari anak kecil yang begitu polos dan penurut.

Waktu di panti berakhir begitu saja. Para biarawati tersenyum senang atas kepergian Sofia, sedangkan anak lainnya separuh dari mereka iri melihatnya karena mendapatkan keluarga.

Padahal hanya anak yang tidak memiliki sihir, kenapa dia yang mendapatkan keluarga?

Seperti itulah yang mereka pikirkan. Mereka merasa tidak adil dengan takdir yang seperti ini.

Sebelum Sofia benar-benar meninggalkan panti itu, ia berkata, "Tenang saja. Meskipun aku sudah mendapatkan keluarga, kalian akan tetap jadi bagian dari keluargaku juga." katanya dengan tersenyum.

Bukannya meninggalkan kesan manis, bagi anak panti lainnya Sofia memberikan kesan yang pahit. Seolah kebaikan yang dimilikinya ia ciptakan hanya untuk mengejek yang lainnya. Itu membuat mereka marah besar.

Kisah pahit di tempat panti itu Sofia simpan sebagai kenangan. Ia berjanji tidak akan pernah melupakan semua orang di sana.

•••

"Sekarang ini jadi tempat tinggalmu. Tinggallah layaknya seperti tinggal di rumah yang nyaman untukmu." kata pria berambut hitam yang menjadi wali Sofia itu.

"Oh iya, aku belum memperkenalkan diri dengan resmi. Namaku Rei, umurku 31 tahun. Aku kembaran ibumu."

Ekspresi Sofia berubah kaget mendengar pernyataan itu. Mengenali Kakaknya yang terlihat lemah lembut membuatnya tidak percaya jika ibunya mirip dengan pria berwajah sinis dan bersikap dingin seperti dia.

Aku tidak percaya jika ibuku mirip sepertinya. Sofia menggumam dalam hatinya.

"Apa ada masalah?" tanya pria berambut hitam itu.

"Ti-Tidak." jawab Sofia.

"..."

"Kudengar kau tidak memiliki sihir, apa itu benar?"

"Ehhh? Benarkah?" Safira refleks berbicara.

Sofia mengangguk, "Iya. Aku tidak memiliki mana."

(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang