Chapter V (Bagian 1) : Nostalgia

61 7 0
                                    

Sofia kembali berjalan tanpa arah. Dengan perut yang tetap keroncongan meskipun sudah terbiasa tidak makan selama satu tahun lebih.

"Setidaknya... Aku ingin minum." gumam Sofia dengan suara yang terdengar lemas.

Entah sudah berapa kilo meter, entah sudah berapa hari Sofia terus berjalan tanpa arah. Ia tidak tahu berada dimana, ladang rumput maupun hutan yang luas sudah dia lewati selama berhari-hari tanpa henti. Ia tidak tidur maupun makan apapun hingga akhirnya ia berhasil menemukan sungai, ia pun langsung berlari dan meminun air di sana.

Ini hari pertama setelah setahun lebih ia kembali meminum air. Tenggorokannya pun kembali terasa segar. Ia akhirnya kembali menikmati segarnya meminum air.

Di tengah ia menikmati air minumnya itu, rambut Sofia ditarik seseorang dari belakang. Tapi wajahnya masih menunjukkan wajah yang datar, ia tidak merasakan sakit dari rambutnya yang dijambak. Rasa sakitnya hilang akibat eksperimen tubuhnya.

"Lihat! Seorang gadis cantik sedang kehausan loh." Ucap laki-laki yang menjambak rambut Sofia. Ia berambut pirang dengan luka di wajahnya.

"Di siang bolong begini ada bidadari? Wahh... Ini keberuntungan kita!" Ucap rekannya, laki-laki dengan syal polkadot terpasang di lehernya.

Seorang laki-laki dengan rambut coklat ikut berbicara. "Apakah kita akan bersenang-senang?"

Laki-laki dengan rambut pirang itu mendekatkan wajahnya dengan wajah Sofia. "Hei Nona Muda, aku juga sedang kehausan loh, bagaimana kalau kita saling berbagi saja?"

Sofia mulai jengah karena ucapan para laki-laki itu, ia menatap tajam laki-laki yang menjambak rambutnya itu lalu menendang perutnya dengan keras.

"Wanita sialan!" teriaknya sembari menahan sakit.

Dua orang yang ada di belakang Sofia mencoba menyerangnya, mereka mengeluarkan senjata tajam dan mencoba melukai Sofia. Namun Sofia berhasil menghindari serangan mereka.

Meskipun sudah setahun lebih Sofia tidak menggunakan kemampuannya, ia masih bisa melakukan gerakan-gerakan yang dulu Edrick pelajari kepadanya. Ditambah dengan postur tubuhnya yang bagus, Sofia bisa menggerakkan tubuhnya dengan mudah.

Sofia berhasil menahan laki-laki berambut coklat dan mengambil pisau lipat yang ia pegang. Sofia mengancam mereka.

"Jika kalian bergerak satu langkah saja, nyawanya akan terancam."

Mereka mundur dengan wajah yang terlihat kesal. Lalu setelah itu, Sofia melepaskan laki-laki yang ia tahan dan membiarkannya pergi mendekati teman-temannya.

"Pergi!" Kata Sofia memerintah.

Mereka mulai berbalik dan sudah mulai melangkah. Tapi laki-laki berambut porang itu kembali menghadap Sofia lalu merentangkan tangannya dan melakukan sesuatu hal pada Sofia.

Sratt...

Sebuah benda tajam seperti anak panah menusuk perut Sofia dari belakang, ia bahkan sampai mengeluarkan darah dari mulutnya karena tombak itu berhasil menusuk organ vitalnya.

"Bodoh! Kenapa kau membunuhnya?"

"Dia membuatku kesal, aku tidak tahan melihatnya."

Selagi mereka bercakap-cakap, tongkat itu menghilang dari tubuh Sofia, mungkin mantranya sudah berakhir. Selagi melihat para laki-laki yang berbicara itu Sofia bergumam, "Laki-laki itu benar-benar makhluk lemah dan menyedihkan, ya?"

Mereka mendengar gumaman Sofia lalu mereka menatapnya bersamaan.

Lukanya menghilang.

Mereka mulai kebingungan. Bagaimana bisa katanya. Hingga akhirnya mereka mengingat sebuah rumor yang akhir-akhir ini selalu dibicarakan masyarakat.

"Jangan-jangan kau makhluk itu?"

"Ka-Kau monster itu?"

"Jadi makhluk mengerikan itu benar-benar ada?"

Mereka langsung berlari ketakutan ketika Sofia menatap mereka dengan tajam. Mereka berlari seolah benar-benar telah melihat monster yang mengerikan.

Sofia menghela napasnya, ia kembali melanjutkan langkahnya yang entah tertuju kemana.

Rasa lelahnya sudah berada di puncak. Selama ini Sofia memaksakan diri, rasa lelahnya tidak hilang, meskipun lelahnya seperti akan membunuhnya tubuh Sofia kembali mengatur ulang semuanya. Dari otot bahkan sampai aliran darahnya dan itu membuat Sofia merasa kembali bugar seperti semula.

Tapi kali ini, Sofia benar-benar ingin beristirahat. Ia tidak ingin melawan rasa lelahnya. Rasa lelahnya melebihi fisik yang dirasakannya. Rasa lelah yang berasal dari dalam. Karena itu dia langsung melemaskan tubuhnya, lalu menjatuhkan dirinya. Ia bahkan tidak melihat sekelilingnya. Ia tidak tahu sedang berada di tempat apa. Yang ia lihat sebelum ia benar benar tertidur lelap, ia hanya melihat bunga dandelion tumbuh sendirian di antara rumput-rumput yang ada di sana.

***

Seorang laki-laki muda berjalan sendirian untuk pulang menuju rumahnya.

Ia memakai kemeja putih dengan celana berwarna coklat. Rambutnya berwarna hitam dan kulitnya berwarna putih.

Di tengah perjalanannya, ia menemukan seorang gadis yang terkapar di pinggir jalan. Sebelum ia mencoba menolong gadis itu, ia menatapnya cukup lama, lalu ia berkacak pinggang.

"Wahh... Wahh... Lihat apa yang tidak sengaja aku temukan ini."

________________________

Hmm... Author merasa ada sesuatu yang kurang pas di chapter kali ini, hmm...

Yasudah, masukan saja kritik dan saran kalian ya

Saya kecepetan updatenya karena gak sabaran ya wkwkwk :v

Dan mulai dari chapter ini, adegan-adegan seriusnya mulai dikurangi :v

Jika kalian suka dengan ceritanya, jangan lupa vote dan coment ya

Thank you for reading, see you ^^~~~

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Up : Rabu, 29 Januari 2020

(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang