Chapter XIX (Bagian 3) : Takdir yang Kacau

23 4 0
                                    

Sofia  membuka mulutnya sedikit, matanya pun ikut membulat karena kaget dengan ucapan Nenek Tua itu. Angin musim dingin menerpa kulitnya yang halus seolah memberikan melodi lembut untuk menambah suasana di sekitarnya.

Sofia menurunkan pedangnya dan berkata dengan mata yang terlihat sedikit berkaca-kaca. “Ayah? Apa kau mengenal ayahku?” tanyanya dengan nada suara yang terdengar lembut.

Masih dengan wajah yang tersenyum Nenek Tua itu menjawab, “Ya, aku kenal dia. Aku malah sangat mengenal dirinya.”

Bahu Sofia melemas, dia ingin menangis namun juga sangat senang. “La-Lalu, sekarang dia berada dimana?”

Wajah Nenek Tua itu tiba-tiba berubah cemberut,membuat perasaan Sofia merasa tidak enak.

“Sayang sekali, dia sudah mati 12 tahun lalu.”

Sofia menarik napasnya, bahunya kembali menurun. Dia kaget mendengar fakta itu. Padahal dia sangat berharap orang tuanya masih hidup.

“... Lalu, Ibu? Bagaimana dengan Ibu?”

Nenek Tua itu tidak menjawab. Dia terdiam seolah Sofia akan tahu apa yang akan dijawabnya.

Sofia menundukkan kepalanya lalu kembali menyarungi pedangnya seperti semula. Sofia menatap datar Nenek Tua itu.

“Lalu siapa kau? Kenapa kau bisa mengenal ayahku?”

“Aku seorang peramal kepercayaan ayahmu. Aku peramal kerajaan yang dipilih langsung oleh ayahmu, Raja Kerajaan Alba.”

Mata Sofia kembali membulat, “Raja? Ayahku seorang raja?”

“Ya, ayahmu seorang raja.”

Wajah Sofia sedikit berubah panik dia hanya terpikirkan satu tragedi, “Jangan bilang, ibuku adalah selingkuhan ayahku?”

“Jangan konyol! Ayahmu bukan seorang pria yang seperti itu!”

“La-Lalu, apa yang terjadi? Kenapa aku bisa berada di panti asuhan dan kakakku bersama Paman sejak masih kecil. Apa ini tidak aneh? Yang aku pikirkan ibu hanya membuang kami untuk menyembunyikan identitas kami sebenarnya. Mungkin dia tidak ingin terjadi kekacauan karena ayahku yang seorang raja ternyata memiliki kekasih gelap—“

“Jangan berpikiran negatif pada orang tuamu sendiri!” Balas Nenek Tua itu sembari memukul kepala Sofia dengan tongkatnya.

Sofia memegang kepalanya sebentar lalu kembali protes, “Ba-Bagaimana lagi, kan? Aku tidak tahu apa-apa soal orang tuaku. Aku tidak mengenal mereka sama sekali. Kakak juga tidak tahu apa-apa soal mereka. Aku bahkan tidak tahu nama mereka."

Nenek Tua itu berubah bingung, “Eh? Pamanmu belum menceritakannya? Dia bahkan tidak memberitahu nama orang tuamu. Keterlaluan! Nama Pamanmu Rei, kan?”

Sofia mengangguk.

“Tapi, aneh sekali. Kenapa dia tidak menceritakannya padamu atau kakakmu?”

“Entahlah. Aku juga tidak mengerti. Mungkin dia terlalu takut untuk menceritakannya.”

Nenek Tua itu tiba-tiba kembali tersenyum, “Begitu? Kalau begitu, apa kau mau mendengarnya dariku?”

Mata Sofia terperangah, dia sedikit menunjukkan ekspresi senangnya. “Y-Ya, aku ingin mendengarnya.”

“Kalau begitu, sebaiknya kita pindah tempat.”

***

Satu ruangan yang memiliki berbagai macam tempat. Sofia duduk di meja yang berada di tengah-tengah ruangan itu. Di depannyaa ada sebuah dapur kecil dan di sisinya ada kasur yang terbaring di dekat tembok. Sebuah rumah kecil terbangun di atas bukit itu.

(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang