Chapter V (Bagian 5) : Nostalgia

46 6 2
                                    

"Ambil ini."

Elizabeth menyerahkan sebuah kotak pada Sofia. Sofia terheran-heran dengan apa yang dilakukannya lalu ia pun membuka kotak itu.

Sebuah sepatu boots berwarna coklat dengan hak yang tidak terlalu tinggi berada dalam kotak itu. Sofia semakin kebingungan.

"Jangan salah paham ya, aku memberikan ini karena merasa kasihan padamu, kau tidak memakai sepatu, kan? Karena itu aku memberikannya padamu. Lagipula itu milik sepupuku, ukurannya masih kebesaran untukku, jadi kau boleh memakainya." ucap Elizabeth malu-malu.

Alcott sedang sibuk mengajari anak-anak lain yang masih belajar menulis dan membaca. Dia mengurus mereka yang masih belajar di tahap awal tidak memperhatikan dua gadis yang sedang mengobrol itu.

Dugaan Alcott sangat tepat, Albert tidak datang ke sekolahnya.

"Terimakasih tapi, aku juga tidak memiliki kaos kaki, bahkan bajuku juga hanya ini."

"Eh? Benarkah? Menjijikkan! Kau dari kemarin tidak ganti baju?"

"Iya, tidak sama sekali."

"Kau tidak terganggu?"

"Tidak sama sekali."

Elizabeth menganga, ini pertama kali baginya melihat seorang gadis yang tidak bisa mengurus dirinya.

Elizabeth berdiri dari bangkunya. "Kau tidak bisa begini. Tidak ada wanita yamg tidak bisa mengurus dirinya. Bahkan orang miskin sekalipun selalu bisa mengurusnya. Lalu ada apa denganmu? Bagaimana bisa kau hanya mempunyai satu baju?"

Sofia mengedikkan bahunya, "Aku mendapatkan baju ini dari Pak Guru Alcott. Aku baru datang ke tempat ini lusa lalu. Kemudian Pak Guru menyelamatkan diriku yang kotor dan memberikan baju ini."

"Kau berasal dari luar?"

"Iya. Dan saat ini, aku tidak punya apapun untuk kupakai selain pakaian ini."

Elizabeth menghela napasnya lalu ia menarik lengan Sofia dan membawa Sofia keluar kelas.

"Pak Guru, aku bolos kelas dulu hari ini." Teriak Elizabeth sebelum keluar dari kelas.

"Ha? Apa-apaan itu?" balas Albert yang juga ikut berteriak.

"Hei, itu curang! Aku juga ingin bolos." Ernest ikut berteriak dan itu membuat semua orang di sana ikut ribut.

"Siapapun yang keluar lagi dari kelas ini kalian semua akan kena hukuman." ucap Alcott mengancam. Semua langsung terdiam karena melihat ekspresi Alcott yang marah.

Elizabeth yang tidak peduli dengan hukuman yang nanti akan diberikan Alcott kepadanya, terus menarik Sofia.

"Tunggu sebentar, sepatunya—"

"Tidak apa-apa. Jika kau memakainya tanpa mengenakan kaos kaki kakimu bisa lecet."

"Jika hanya lecet aku bisa mengatasinya. Sebaiknya kita kembali lagi ke sekolah dan menunggu sampai jam pelajaran selesai."

Elizabeth berbalik dan memegang pipi Sofia dengan kedua tangannya. "Sudah jangan banyak bicara lagi, ikuti saja aku, kau mengerti?"

Sofia hanya mengangguk, menuruti keinginan Elizabeth.

"Aku kenal beberapa orang di kota, kita ke sana untuk mencari baju untukmu. Yah semoga saja kau mendapat banyak baju meskipun itu baju bekas." lanjut Elizabeth.

Elizabeth mengetuk semua pintu rumah yang diketahuinya setelah sampai di kota. Rumah demi rumah ia ketuk tanpa malu.

"Apa kau ingin menyumbangkan baju untuknya?" ucapnya di setiap rumah yang dikenalnya dan itu membuat Sofia malu.

(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang