"Selamat Malam."
Suara itu membuat Sofia berdiam diri dengan penuh ketakutan dibalik badan Alya.
"Aku minta maaf atas keributanku, tapi bisakah kalian keluar?" tanyanya dengan suara yang ramah.
"Permisi, tapi siapakah Anda?" Ernard berbalik bertanya, dengan penuh kewaspadaan.
"Ah, maafkan aku tidak memperkenalkan diri. Namaku Thorga, aku datang ke sini karena menginginkan sesuatu. Ah, dan ya, aku seorang perampok."
Kewaspadaan Ernard semakin meningkat. Alya semakin melindungi Sofia. Dan Sofia semakin berpegangan erat pada Alya. Bagaimana bisa seorang perampok mengatakan perampok dengan tenangnya.
"Apa yang dilakukan perampok ke sini? Kami tidak memiliki apa-apa."
"Kau tidak tahu? Aku ini Perampok Merah. Kau tahu kan julukan itu? Perampok yang hanya merampok barang-barang orang miskin."
"Bodoh ya? Kau akan apakan barang orang miskin? Semuanya tidak berharga." sewot Alya dengan perasaan sedikit marah.
"Tidak, terkadang orang miskin pun punya–Eh? Apa itu? Ada seorang anak kecil di belakangmu ternyata."
Pria besar bernama Thorga itu menunjuk nunjuk ke arah Sofia yang berada di belakang Alya.
Alya semakin serius melindungi Sofia, tangannya mencoba menyentuh Sofia yang berada di belakangnya.
"Kenapa Nak? Kau ketakutan? Ah baiklah baiklah aku mengerti. Anak kecil memang lemah dan penakut ya hahahahaha." ucap Thorga seperti sedang mengajak bercanda.
Ucapan Thorga membuat Sofia sedikit terganggu. Sofia jadi tidak suka disebut lemah setelah kejadian Kakaknya yang menolak kehadirannya.
"A-Aku tidak lemah!" Sofia berteriak.
"Wah, dia bicara."
Perlahan Sofia sedikit memberanikan diri menatap mata Thorga. Itu membuat Thorga sedikit tertegun.
"Kau manis juga, ya. Lalu juga sangat menarik. Kemarilah sebentar."
"Tetaplah di belakangku Sofia. Jangan turuti keinginannya."
Sofia menuruti ucapan Alya, dia tetap di belakangnya.
Thorga menarik napasnya dan mencoba merilekskan bahunya dengan sedikit memutar-mutar tangannya.
"Ah kalian malah menyia nyiakan waktuku. Padahal aku sudah percaya diri setelah aku masuk kalian akan menurutiku. Yang namanya pelindung memang beda ya."
"..."
"Kalau begitu, Nak. Sebagai hadiah dan sapaanku padamu, akan kuberitahu satu hal, alasan kenapa kami disebut Perampok Merah."
Thorga terlihat menyiapkan posisinya seperti untuk menyerang. Di situ Alya dan Ernard yang menyadari apa yang akan dilakukan Thorga, mereka ikut bersiap-siap.
Ernard mencoba meraih Thorga dan berlari mendekatinya, Alya menurunkan badannya dan mencoba meraih Sofia untuk lari dari sini bersamanya.
Tapi saat Alya sudah hampir meraih Sofia dari sana, sebuah darah tiba-tiba terlempar ke wajah Sofia. Alya yang tadi berwajah cemas saat menghadap Sofia, telah berubah menjadi pucat.
Mata Sofia membulat ketika wajah Alya semakin terlihat pucat. Sofia tiba-tiba merinding ketakutan, dadanya terasa ditekan sangat keras, ia seperti sedang tidak bernapas.
"Kami dipanggil Perampok Merah, karena saat kami merampok sebuah tempat, maka tempat itu akan menjadi lautan merah."
Kepala Alya tiba-tiba terjatuh dan terpisah dari tubuhnya. Badannya yang setelahnya ikut terjatuh mengeluarkan darah yang sangat banyak dari bagian lehernya yang terpenggal.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END)
FantasíaCerita tidak akan dilanjutkan Peringkat #3 cursed tgl 28/11/19 ~~~~~~~~~~~~~~~~~ Aku terbiasa sendiri. Terbiasa mengalah. Terbiasa tersenyum. Hariku selalu kulalui dengan penuh kerelaan. Hingga suatu hari, seseorang datang kepadaku dan mengakui bahw...