Arthur sedang duduk di atas kursi tahtanya dengan sedikit mengantuk. Dia kurang tidur akhir-akhir ini, pekerjaan menjadi Raja membuatnya kurang tidur. Dia selalu sibuk setiap harinya.
Sofia sudah berada di depan pintu ruangan tahta itu. Ivan yang sedang berdiri di tempat itu menyapa Sofia dan bertanya.
"Ah, Sofia. Apa Anda ingin bertemu dengan Yang Mulia?" Tanyanya ceria.
"Tuan Ivan, berhentilah bersikap sopan pada saya, pangkat Anda bahkan lebih tinggi dariku."
"Tidak apa-apa. Anda telah menyelamatkan dunia ini. Anda berhak saya hormati."
Sofia terdiam, dia bingung harus menjawab apa.
Ivan hanya tersenyum lalu mengizinkan Sofia masuk ke dalam. Sofia mulai masuk ke dalam dan melihat Arthur yang tengah duduk dengan kalem di tempat itu.
Beberapa langkah di hadapannya, Sofia menjatuhkan kakinya dan menunduk sopan kepadanya.
"Kebahagian Caleria selalu menyertai Anda." Ucap Sofia.
Arthur menatap sinis Sofia, "Ada apa kau datang ke sini?" Tanyanya.
"Saya di sini untuk menyerahkan buku harian yang selalu saya buat untuk Anda sebagai laporan keseharian saya."
"Oh." Jawab Arthur cuek. "Kau bisa memberikannya nanti saja. Atau jika kau mau hentikan saja. Laporanmu setiap hari membosankan."
"Yang Mulia... " Panggil Sofia. Ia langsung berdiri dan menatap datar Arthur. "Ada hal lain yang ingin saya bicarakan pada Anda."
Arthur tak menjawab, dia masih tetap menunjukkan ekspresi matanya yang sinis pada Sofia.
"Sebenarnya, saya ingin Anda melepas saya."
"... Ha?"
"Sesuai janji saya, saya sudah membantu Anda dalam mendapatkan tahta dan Anda pun sudah memberikan saya kebebasan untuk berkeliaran di dunia ini. Anda telah membuat saya menjadi seseorang yang dihormati bukan ditakuti lagi. Saya sangat berterimakasih untuk hal itu."
Arthur mengernyitkan dahinya lalu mulai berjalan pelan mendekati Sofia.
"Lalu apa kau mempunyai rencana lain? Apa kau punya tujuan tersembunyi?"
"Saya tidak mempunyai niat tersembunyi seperti melakukan kejahatan lain atau mencari keuntungan saya sendiri. Saya juga tidak akan berpihak pada kerajaan lain selain hanya pada kerajaan Anda. Karena itu, meski Anda melepaskan saya, saya berjanji akan datang jika Anda memanggil saya."
Langkah Arthur terhenti saat ia sudah berdiri di depan Sofia. Lalu ia berkata, "Jadi apa yang akan kau lakukan jika aku membebaskanmu?"
"Sebenarnya, saya bergabung dengan Anda dan meminta Anda untuk membuat saya terlepas dari pencarian dunia itu karena saya memiliki tujuan sesuatu. Dan saya pikir ini sudah saatnya saya pergi untuk menggapai tujuan tersebut. Maaf jika saya sedikit memanfaatkan Anda. Tapi saya menjamin Anda tidak akan rugi terhadap apapun yang saya manfaatkan."
Arthur mulai kembali menatap Sofia dengan tatapan tak berekspresinya. "Apa aku boleh tahu apa tujuanmu?"
Sofia terdiam beberapa saat dan berkata, "Saya ingin mencari adik saya."
Wajah Arthur tertegun sesaat, dia tidak tahu apapun tentang apa yang direncanakan Sofia. Sudah lama sekali Arthur tidak melihat wajah Sofia yang seserius itu ketika memutuskan sesuatu.
"Saya tidak bisa bertemu adik saya jika saya masih diincar dunia ini. Karena itu saya butuh kekuatan dimana saya bisa terbebas dari pencarian itu. Saya tidak ingin membuat adik saya ketakutan ketika tahu tentang saya. Setidaknya, saya ingin dia tahu bahwa saya tidak berbahaya hingga bisa menyakitinya."
Arthur mengangkat halisnya sedikit dan berkata, "Oh. Karena itu kau berjuang sekeras ini agar dunia mengakuimu."
"Iya."
"Lalu, dimana adikmu sekarang?"
"Saya tidak tahu. Karena itu saya ingin mencaritahu."
Arthur sediki terkejut. "Kalau begitu, namanya? Mungkin aku bisa membantumu mencari adikmu itu dengan mencaritahu namanya."
"Maafkan saya. Saya pun tidak tahu."
Arthur terdiam beberapa saat. Lalu ia pun berkata, "Jadi bagaimana kau akan mencarinya? Apa kau akan berkeliling dunia?"
"Tidak. Saya akan pergi ke tempat lahir saya. Ada seseorang yang mengetahui keberadaan adik saya di sana."
"Dan di mana itu?"
"Di Kerajaan Belirya."
"Wah, ternyata cukup jauh."
"Iya."
Arthur terdiam dan menatap Sofia dengan tenang. Ia menghela napasnya dan akhirnya berkata, "Baiklah. Aku akan melepaskanmu. Kau bebas kemanapun kau pergi."
Mata Sofia membulat, ia terlihat mulai senang. "Benarkah?"
"Iya. Tapi sebagai gantinya jika aku memerlukanmu kau harus datang padaku. Dan berjanjilah padaku jangan berbuat kekacauan."
Sofia kembali menjatuhkan satu kakinya dan menunduk sopan padanya. "Terimakasih Yang Mulia. Terimakasih banyak."
"Aku hanya memberikan imbalan yang sepantar dengan jasamu. Tidak perlu berterimakasih."
"Iya Yang Mulia."
Sofia cukup girang setelah mendengar ucapan Arthur. Dia hampir tidak bisa mengontrol ekspresinya.
Setelah itu, Sofia memberikan bukunya pada Arthur dan keluar dari tempat itu.
Ivan melihat Sofia yang keluar dengan girang langsung tertegun kaget. Tidak biasanya Sofia bertingkah seperti itu.
Ivan masuk ke ruangan Arthur dan bertanya padanya, "Apa sesuatu terjadi Yang Mulia? Apa Anda sudah melamarnya?"
"Ha? Apa yang kau bicarakan?"
Arthur membaca isi buku yang diberikan Sofia. Ia membacanya sembari berdiri. Ivan sedikut mendekati Arthur yang tengah membaca itu. Seperti biasanya ia selalu tersenyum ceria ketika melakukan apapun.
"Dia memintaku untuk membebaskannya." Ucap Arthur tiba-tiba dan membuat Ivan sangat kaget hingga ia menghentikan langkahnya.
"Aku awalnya tidak ingin menerimanya tapi sudah lama sekali aku tidak melihatnya menginginkan sesuatu dengan wajah seserius itu."
"..."
"Yah, kurasa itu pilihan yang terbaik. Apalagi setelah membaca buku laporannya ini."
"Hm? Ada apa dengan buku laporannya?"
Pemandangan yang sangat jarang terjadi dilihat langsung oleh Ivan dalam sekejap. Ia melihat Arthur tersenyum kecil ketika melihat buku yang dipegang olehnya.
"Yah, biasanya dia melaporkan kegiatannya sehari-hari dengan kaku. Tapi kali ini, aku merasa dia mulai jujur pada dirinya sendiri."
Ivan tertegun sesaat, tapi kemudian ia tersenyum karena melihat Arthur yang tersenyum kecil seperti itu.
"Begitukah? Kalau begitu, syukurlah."
Arthur masih tersenyum melihat tulisan Sofia yang ada di buku laporan. Tulisan kaku tentang keseharian Sofia selama ini tiba-tiba terasa berubah hanya dalam satu kalimat.
Kini orang-orang sudah mengumpul di sekitarku. Mereka mengakuiku dan sudah tidak takut padaku lagi. Tapi entah kenapa, aku mulai merasa kesepian.
_________________________
Besok, chapter terakhirnya yeayyy!!! Ditambah epilog ya.
Terimakasih sudah membaca cerita saya sampai sini ^^
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Up : Minggu, 3 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END)
FantasyCerita tidak akan dilanjutkan Peringkat #3 cursed tgl 28/11/19 ~~~~~~~~~~~~~~~~~ Aku terbiasa sendiri. Terbiasa mengalah. Terbiasa tersenyum. Hariku selalu kulalui dengan penuh kerelaan. Hingga suatu hari, seseorang datang kepadaku dan mengakui bahw...