Chapter V (Bagian 7) : Nostalgia

48 7 1
                                    

Sofia dan Albert saling memejamkan matanya masing-masing. Alcott menyuruh mereka untuk tidur karena hari sudah malam.

Albert bergerak tak karuan karena tidak nyaman tidur di bawah lantai. Seumur hidupnya ia tidak pernah mencoba tidur di tempat yang tidak nyaman seperti ini. Namun untuk hari ini, ia terpaksa tidur tidak nyenyak di tempat yang tidak membuatnya nyaman.

Sofia membuka matanya ketika mendengar suara gemerisik karena Albert yang bergerak tak karuan. Sofia bangkit dari tidurnya.

"Hei, kau mau bertukar denganku?"

Albert langsung membuka matanya lebar, ia masih belum melihat ke arah Sofia. "Tidak perlu. Aku tidak ingin dianggap manja olehmu. Lagipula, kau ini perempuan, mana mungkin aku membiarkanmu tidur di tempat yang tidak nyaman ini." ucap Albert sedikit malu-malu.

Sofia turun dari sofa, lalu dia berbicara dengan tenang, "Tenang saja, aku sudah terbiasa tidur di bawah lantai. Karena kali ini lantainya memiliki karpet kurasa aku akan merasa lebih nyaman."

Albert baru berbalik dan melihat ke arah Sofia yang berdiri dengan tatapan serius, "Hanya karena badanmu lebih besar dariku jangan sampai kau juga harus bersikap dewasa seperti itu seperti layaknya seorang ibu."

"Apa yang kau bicarakan? Memangnya aku mau jadi ibumu? Lagipula, perempuan itu selalu tumbuh lebih dewasa dari laki-laki dari pemikirannya."

Albert kembali berbalik, "Aku tidak mau. Pokoknya tidak mau!"

"Kalau begitu, aku tidur di bawah juga." Kata Sofia ikut keras kepala.

"Ha? Kau gila ya? Kalau begitu sofanya akan kosong, kau menyia-nyiakannya."

Sofia tidak mendengarkan perkataan Albert, ia langsung tidur sesuka hatinya di bawah lantai.

"Kau boleh berdekatan denganku jika kau merasa kedinginan. Aku tidak keberatan, meskipun kita seumuran tubuhku lebih besar darimu jadi kau anggap saja aku ini kakakmu atau ibumu."

Wajah Albert berubah jadi merah, bagaimana mungkin gadis sepertinya mengatakan hal itu padanya dengan mudah. Albert bahkan tidak tahu cara untuk melawannya.

Karena ia tak punya pilihan selain mengalah, Albert memberikan bantal yang dipakainya pada Sofia.

"Baiklah! Aku mengalah! Aku akan tidur di Sofa." katanya dengan wajah berpaling.

Untungnya, ruangan sedang gelap, Sofia tidak melihat dengan jelas wajah Albert yang memerah. Sofia mengambil bantal Albert dengan sukarela.

"Guru bodoh itu bisa-bisanya meninggalkanku dengan gadis sepertinya. Dia pikir semua akan baik-baik saja hanya karena umur kami masih anak-anak?" Albert bergerutu, ia pun langsung berbaring dengan nyaman di sofa itu.

Di beberapa saat kemudian, mereka terdiam dalam lamunan.

Tik... Tok... Tik... Tok...

Suara jam terdengar begitu keras di suasana yang tenang seperti itu. Tengah malam hampir tiba, namun kedua anak itu masih belum menutup matanya rapat-rapat.

Albert melihat ke arah Sofia, memastikan dirinya yang tertidur atau belum, ternyata sama sepertinya Sofia belum menutup matanya sama sekali.

"Hei, kenapa kau belum tidur?"

"Rasanya agak canggung karena setelah sekian lama aku tidak pernah tidur di ruangan yang sama dengan seseorang."

Albert terdiam beberapa saat.

"Apa dulu kau sering tidur dengan seseorang?"

Sofia untuk sesaat merenungkan masa lalunya. Ia mengingat masa lalunya yang menyedihkan namun juga ada kehangatan di sana.

(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang