Sofia menepis lengan yang memegang bahunya. Dia langsung mengarahkan pisau lipat yang dibawanya ke arah orang yang memegang bahunya.
"Woah, tunggu!"
Sofia menahan serangannya, dan ia mendapati sosok Alcott yang mengangkat tangannya.
Mata Sofia melebar, menunjukkan rasa senangnya. Ia langsung memeluk Alcott.
"A-Ada apa?" Tanya Alcott, gugup.
Sofia semakin memeluk erat Alcott. Dia sangat senang karena yang datang adalah gurunya.
Sofia melepaskan pelukannya dan menatap Alcott lekat-lekat.
"Seseorang yang dulu membedah tubuhku ada di sini."
"Membedah? Maksudmu, eksperimen itu?"
Sofia mengangguk.
"Benarkah? Kau yakin itu dia? Bukankah tempat itu terbakar sepenuhnya?"
"Ya, tapi aku benar-benar melihatnya tadi. Dia bahkan memiliki luka bakar di wajahnya."
"Luka bakar?"
"Ya!"
Sofia tertegun sejenak, dia ingat sesuatu yang harus ditanyakan. "Ah iya, Pak Guru tadi dari mana? Apa kau terluka?"
"Tidak, aku tidak apa-apa."
"Bapak tadi dari mana?"
"Aku... " Albert terdiam sejenak dan itu membuat Sofia merasa curiga.
"Ah, tidak. Aku hanya sedang melihat sesuatu." lanjutnya.
Sofia menatap Alcott khawatir, dia menyembunyikan sesuatu.
"Apa perang akan segera dimulai?"
"Hm?"
Albert awalnya menatap Sofia bingung, lalu dia mengerti maksud ucapannya.
"Oh, tidak. Lubang besar itu bukan dilakukan oleh pihak musuh yang akan berperang dengan kita. Ini berasal dari musuh lain."
Sofia semakin menatap bingung, apa maksudnya musuh lain?
"Pokoknya sekarang, kita harus kembali ke rumah dulu."
***
Sofia duduk dengan khawatir. Ia menatap Alcott yang mulai membereskan barang-barangnya. Dibandingkan dengan Sofia, Alcott terlihat lebih khawatir.
"Sofia..." panggil Alcott.
Sofia menatapnya.
"Aku akan kembali ke kotaku." lanjutnya. "Aku ingin kau ikut denganku ke sana. Aku tidak akan membiarkan mereka mendapatkanmu, kau akan ikut denganku, kan?"
Sofia menatap Alcott dengan mata yang berkaca-kaca, ia sangat bahagia dengan tawaran Alcott.
Sofia mengangguk, sembari menahan air matanya. "Ya, aku ikut."
Alcott tersenyum, ia pun ikut senang.
"Aku akan membeli perlengkapan untuk perjalanan kita. Butuh 3 hari untuk sampai ke sana. Kau tunggulah di sini."
Sofia mengangguk. Meng-iya kan ucapan Alcott.
Alcott mengangguk dan langsung berpamitan untuk pergi ke kota.
Alcott menutup pintu rumahnya, lalu ia berbalik untuk pergi ke arah kota.
"Baiklah, sepertinya aku harus melakukan sesuatu soal musuh lain itu."
_______________________
Alhamdulillah, sudah sampai chapter 10, alias chapter 30 lebih sih :v
Yahh karena sebentar lagi tamat mungkin saya bakal update dua hari sekali. Kalau sempet sih.
Semuanya, terimakasih karena telah membaca cerita saya sampai sini, saya benar-benar berterimakasih. Saya terharu huhu T_T
Btw bulan depan Author bakal publish cerita baru, genrenya romance (Aku akan kembali dengan kisah percintaan Raja dan seorang Putri. Aku dapat inspirasi cerita ini setelah terkagum-kagum dengan karakter di anime :v). Yang suka genre percintaan baca ya hehehehe.
Kalau cerita yang ini sih lebih fokus ke drama, yaa ini sudah terasa dari awal bukan?
Sebenarnya menggunakan sudut pandang orang ketiga itu merepotkan, tapi untuk membuat cerita ini enaknya pake sudut pandang orang ketiga #curhat
Yasudah, terimakasih telah membaca cerita saya semoga kalian suka :)
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Up : Selasa, 25 Februari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END)
FantasyCerita tidak akan dilanjutkan Peringkat #3 cursed tgl 28/11/19 ~~~~~~~~~~~~~~~~~ Aku terbiasa sendiri. Terbiasa mengalah. Terbiasa tersenyum. Hariku selalu kulalui dengan penuh kerelaan. Hingga suatu hari, seseorang datang kepadaku dan mengakui bahw...