Chapter XVI (Bagian 3) : Bergabung

21 3 0
                                    

Tempat asing yang baru pertama kali Sofia kunjungi. Seperti berada di dalam kastil, ruangannya begitu luas dengan keramik yang indah. Namun temboknya hanyalah dinding yang kosong tanpa apapun. Ruangannya pun tak begitu terang ataupun gelap tapi Sofia bisa merasakan aura yang berbeda dari luar sana.

Seorang laki-laki berambut hitam sedang duduk di tempat duduk layaknya seorang raja yang duduk di atas tahtanya. Dia berdiam diri dengan sangat tenang layaknya seorang pemimpin yang tegar.

"Siapa dia, Dita?" Tanya laki-laki itu saat Dita dan Sofia sudah berada beberapa langkah di depan laki-laki itu.

"Dia gadis yang menjadi buronan seluruh dunia."

"Hm?"

Sofia membungkuk lalu memperkenalkan dirinya. "Nama saya Sofia. Saya berencana ingin bergabung dengan kelompok Anda."

"Sofia? Buronan? Maksudmu siapa Dita?"

Dita tersenyum, "Manusia terkutuk. Sekarang apa kau mengerti?"

Laki-laki itu langsung membulatkan matanya lalu berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati Sofia.

"Benarkah?"

"... Itu benar Tuan." Balas Sofia.

"Aku ingin kau menunjukkannya."

Sofia terdiam beberapa saat, lalu dia punya rencana. Dia mengeluarkan pedang yang dibawanya dan itu membuat laki-laki itu semakin tertegun kaget.

"Bagaimana kau bisa mendapatkan pedang itu?"

"Nanti akan kuceritakan. Tapi yang pasti, itu benar-benar sebuah Pedang Kegelapan." Dita yang menjawab.

Sofia memegang sarung pedang di pedang itu untuk bersiap membukanya.

"Pedang ini akan membunuh siapapun yang menyentuhnya, kan? Maka aku akan mencobanya."

Sofia membuka sarung pedang yang berwarna hitam itu. Dita dan laki-laki itu memperhatikan dengan serius bahkan Sofia sudah siap jika sesuatu yang buruk akan terjadi padanya.

Saat sarung pedang itu terlepas, terlihat aura hitam keluar dari pedang itu untuk sesaat lalu kemudian tak terjadi apapun.

"..."

"Tak terjadi apapun." Ucap Sofia.

"Benarkah? Mungkin sepertinya kau dibunuh tapi sudah hidup kembali." Balas Dita.

"Tidak, aku tidak terbunuh sama sekali. Aku yakin itu."

"Hmm... Apa karena kau tidak punya mana?"

"... Mungkin saja."

Dita meluruskan tangannya, dia mencoba mengendalikan pedang itu dengan sihirnya namun pedang itu tidak bergerak sama sekali.

"Tidak diragukan lagi, itu memang Pedang Kegelapan yang asli. Benda itu tidak mempan terhadap sihirku. Dan sepertinya pedang itu juga membunuh manusia dengan cara menyerap mananya dan karena kau tidak memiliki mana dia tidak bisa membunuhmu."

"Begitukah?"

Sofia mengangkat pedang itu, dia melihat-lihat pedangnya lebih jelas. Kedua mata pisaunya begitu tajam dan masih terlihat masih baru.

Laki-laki itu menatap Sofia lalu bertanya, "Lalu? Kenapa kau ingin bergabung bersama kami?"

Sofia melirik laki-laki itu, "Apa alasan ingin menjadi jahat saja sudah cukup?"

"Aku tidak menerima alasan seperti itu. Aku ingin tahu lebih detil tentang kenapa kau ingin menjadi seorang penjahat."

Laki-laki itu menatap Sofia tajam, dia serius bertanya kepadanya.

Beberapa saat Sofia terdiam hingga menjawab, "Semua orang menganggap saya penjahat, karena saya muak dengan ucapan mereka saya ingin menghancurkan dunia ini sesuai ramalan. Tapi saya ingin menghancurkan dunia ini dengan kekuatan saya sendiri."

"Tempatku ini bukan untuk main-main."

"Saya juga memang sedang tidak main-main." Jawab Sofia dengan tatapan yang datar.

Laki-laki itu menatap Sofia beberapa saat lalu menghela napasnya dan berbalik. "Terserah! Lakukan saja maumu. Tapi karena kau hanya anggota bawahan kau harus menuruti ucapanku."

Sofia mengangguk, "Baik, saya mengerti."

"Dasar! Klan Akemi benar-benar sudah rusak."

Sofia memiringkan kepalanya, "Apa maksudnya? Kenapa dia menyebutkan nama klan ku?"

"Ah, itu karena klan-mu itu dulunya seorang pahlawan." Jelas Dita. "Tapi sejak saat Klan Akemi terkena kutukan, mereka menjadi gila dan saling menyalahkan hingga terjadilah pertempuran di antara mereka. Tapi meski begitu mereka tetap berusaha menjaga martabat mereka di antara orang-orang. Tetapi beberapa tahun yang lalu seseorang dari Klan Akemi berubah menjadi penjahat."

Sofia terkejut, "Penjahat?"

"Ya. Padahal sejak dahulu meskipun Klan Akemi dibenci dan ditakuti mereka tidak pernah merusak martabat mereka. Mereka tetap menjaga kebangsawanan mereka dan bersikap anggun. Tapi beberapa tahun yang lalu hal yang menghebohkan terjadi, seorang laki-laki dari Klan Akemi bergabung dengan kelompok penjahat, itu sangat mengejutkan."

"Lalu, sekarang apa yang terjadi dengannya?"

"Entahlah, ada yang mengatakan dia menjadi rakyat biasa. Tapi ada juga yang mengatakan dia sudah mati. Tapi untukku, sepertinya dia masih hidup. Dia itu sangat kuat, aku tidak yakin dia bisa dikalahkan."

"... Siapa nama orang itu?"

"Hmm... Seingatku mungkin Rei... Atau Ryu?"

Mata Sofia membelalak, dia kenal dengan nama itu. Dan Sofia langsung yakin bahwa penjahat itu adalah pamannya sendiri.

"Yah, pokoknya dia orang yang hebat. Aku sendiri yang tidak pernah melihatnya sangat yakin dengan itu. Ah, karena klan mu sudah hampir punah mungkin kau—"

"Kenapa?" Tanya Sofia tiba-tiba.

"Hm? Apanya?"

"... Kenapa Klan Akemi mendapatkan kutukan?"

"Ha? Kau padahal dari Klan Akemi, apa kau tidak tahu apa-apa?"

Sofia menunduk lalu menggeleng, "Aku benar-benar tidak tahu apa-apa."

Dita menghela napasnya lalu berkacak pinggang, "Klan mu itu mendapatkan kutukan sihir yang tidak bisa dipatahkan ataupun dinetralisir. Itu seperti sihir yang berasal dari dunia lain. Mereka mendapatkan kutukan itu setelah mereka membangkang pada Tuan mereka."

"Tuan? Siapa maksudmu Tuan?"

"Entahlah, tak ada yang tahu siapa yang Klan mu layani. Tapi yang pasti, Tuan itu sangat marah karena kebangkangan mereka sudah diluar batas. Dan karena itu Klan Akemi mendapatkan kutukan 'kehancuran' di kehidupannya."

_________________________

Yeayy... Akhirnya sudah jauh. Thor berpikir untuk update chapternya satu lagi :v

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Up : Sabtu, 11 April 2020

(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang