Chapter II (Bagian 1) : Gadis Yang Lemah

93 12 0
                                    

Sofia sudah berhasil menyelesaikan tugasnya membersihkan rumah. Kini dia ingin segera bertemu kakaknya dan bercerita banyak hal kepadanya.

Meskipun kakaknya masih dalam keadaan tertidur, Sofia selalu bercerita banyak hal kepadanya. Ia yakin di alam sadar bawah kakaknya, ia masih bisa mendengarkan Sofia berbicara.

Setelah mengambil boneka yang sudah berminggu-minggu dibuat Sofia untuk hadiah Kakaknya yang akan berulang tahun besok, Sofia langsung pergi menuju kamar kakaknya. Dia berencana akan memberikan hadiahnya itu lebih cepat. Ia tak sabar menunggu Kakaknya sadar dan memujinya karena sudah berhasil membuat boneka beruang dengan tangannya sendiri.

Tapi saat Sofia masuk ke kamar kakaknya, kakaknya sedang berdiri menghadap jendela yang memperlihatkan pemandangan kota dari sana. Tetapi Sofia menyadari sesuatu bahwa yang dilihat kakaknya itu bukanlah pemandangan kota yang terlihat dari situ. Kakaknya itu seperti sedang melihat sesuatu yang lebih jauh dari sana. Sesuatu itu adalah hal yang tidak akan bisa Sofia lihat dari dunianya. Sesuatu itu seperti sesuatu yang terlihat dari dimensi lain yang hanya bisa dilihat kakaknya.

Ketika Safira menyadari kedatangan Sofia, ia berbalik dan menampakkan wajahnya ke hadapan Sofia. Dan hal itu membuat Sofia kaget hingga tak sengaja menjatuhkan boneka yang tadi ia bawa.

Satu hal yang membuat Sofia kaget, tatapan matanya sangat berbeda dengan dirinya seperti dulu. Seolah seseorang yang tinggal di tubuh Safira itu bukanlah Safira lagi.

Safira berjalan dengan kaki yang telanjang menuju Sofia, di matanya sudah tak terlihat kasih sayang lagi. Sosok Safira yang sangat berbeda ketika ia terbangun dari tidurnya yang lama, membuat Sofia sedikit ketakutan dan kebingungan.

Sosok Safira sudah berada di depan Sofia. Melihat Sofia yang terlihat tegang, tiba-tiba ia berkata, "Selamat pagi. Bukan ya? Selamat siang Sofia." katanya dengan menunjukkan ekspresi yang datar.

Sofia mengenal suara kakaknya dengan baik. Kini, suara milik Safira masih terdengar lembut seperti biasanya, namun kali ini kelembutannya seperti memiliki makna yang berbeda dari biasanya.

Tapi Sofia yakin bahwa itu adalah kakaknya, meski dia sangat berbeda dia tetaplah kakaknya. Dia adalah seseorang yang ditunggu-tunggunya untuk terbangun.

"Ah, iya. Selamat siang. Ah, bukan. Selamat datang kembali, Kakak." ucap Sofia dengan senyuman lemah lembut seperti biasanya.

Sejujurnya, Sofia ingin sekali menangis, tapi ia tidak ingin menunjukkan tangisaannya itu pada Kakaknya. Sofia ingin menunjukkan pada Safira bahwa dia sudah bisa mandiri sekarang, jadi ia tidak perlu repot-repot untuk mengurusnya seperti dulu lagi.

"Iya, terimakasih."

Lalu setelah itu, Safira keluar dari kamarnya tanpa membicarakan apapun.

Sofia mengambil kembali boneka yang tadi ia tak sengaja jatuhkan. Lalu mencoba mengejar Safira yang sudah beberapa langkah menjauhinya.

Saat Sofia mencoba mengejar kakaknya, ia mencoba meraih tangan kakaknya. Namun ia urungkan karena ia merasa Safira tidak menginginkan hal itu.

"Kakak, bukankah lebih baik Kakak berdiam diri dulu di kamar? Kakak baru bangun, kan? Sebaiknya kita periksa keadaan Kakak sekarang. Aku akan memanggil dokter dan aku akan mengirim surat cepat pada Paman agar dia bisa cepat-cepat datang ke sini." ucap Sofia yang masih berjalan di belakang Safira.

"Aku tidak apa-apa. Lalu kau tidak perlu memberitahu Paman cepat-cepat. Kau juga boleh tetap memanggil dokter jika kau mau, tapi apapun yang dikatakan dokter tetap tidak akan membantu apa-apa padaku."

Sofia menundukkan kepalanya, sudah ia duga ada yang aneh dengan kakaknya. Seolah saat ia tertidur ia pergi ke dunia lain dan menemukan sesuatu yang tidak diketahui oleh Sofia.

(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang