Semua orang di sana tertawa diam-diam. Hal yang diucapkan Sofia dengan serius membuat hal itu menjadi bahan lawakan untuk mereka.
"Saya ingin menjadi sekutu Anda dan memiliki saya adalah salah satu caranya, kan?"
"Tunggu! Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan dari tadi. Ini terasa tidak masuk akal. Dan juga, sebenarnya berapa umurmu?"
"13 tahun."
"Ha?"
Semua orang tercengang di ruangan itu. Mereka baru sadar bahwa Sofia ternyata masih anak-anak.
"Pantas saja, ternyata kau masih anak kecil."
Sofia menggertakkan giginya, "Meskipun saya masih muda, saya pandai dalam merencanakan strategi. Otak saya cukup pintar untuk melakukan politik. Saya hanya perlu sedikit belajar dan saya akan mengerti semuanya."
Arthur menatap Sofia bingung, dia tidak tahu cara mengatur anak kecil.
"Apa kau tahu apa yang baru saja kau katakan? Jika kau masuk ke dalam politik kau bisa saja bunuh diri."
"Tidak apa-apa!" Jawab Sofia. "Jika Anda bersama saya, saya percaya semuanya akan baik-baik saja. Saya akan selalu mempercayai Anda."
Wajah Arthur mulai mengendur, dia tertegun dengan ucapan Sofia.
"Apa kau yakin dengan ucapanmu? Jika kau menjadi sekutuku apa aku benar-benar akan mendapatkan keuntungan?"
"Ya. Saya yakin dengan itu."
"Meski kau anak kecil aku tidak akan bersikap lembut."
"Tidak masalah. Saya sudah terbiasa dengan itu."
Arthur menghela napasnya. Baginya menghadapi anak kecil lebih merepotkan daripada menghadapi politik.
"Baiklah. Aku akan menerimamu." Katanya lalu berjalan kembali ke tempat duduknya.
Sofia terlihat sedikit senang, dia kembali menunduk sopan dan berterimakasih pada Arthur.
"Lalu bagaimana dengan kelompokmu? Apa yang kau rencanakan? Apa kemungkinan rencanamu itu akan berhasil?"
"Ya, Yang Mulia saat saya melihat sendiri keadaan di sini, saya yakin rencana kami akan berhasil."
"Lalu apa yang kalian rencanakan? Meski kau sudah berada di pihakku semua temanmu itu pasti akan tetap datang dan mencuri, kan? Jadi katakan padaku rencanamu."
Sofia kembali menatap Arthur dengan tatapan datar matanya dan berkata, "Tidak. Saya ingin Anda terjebak ke dalam rencana saya."
"Ha?"
"Bagi saya, satu-satunya cara mudah untuk menangkap mereka adalah dengan ikut masuk ke rencana yang saya buat."
"..."
"Tapi percayalah pada saya, saya punya rencana untuk menjebak mereka. Dan percayalah pada saya, akan saya pastikan tidak ada yang mati jika Anda mengikuti rencana saya."
***
Dita menatap Sofia dengan tatapan curiga. Saat mereka bertemu kembali di bukit, Dita merasakan suara detak jantung yang berbeda dari Sofia.
"Ada apa, Dita?" tanya Rei ketika melihat wajah Dita yang terlihat cemas.
Dita menatap Rei dan berkata, "Tidak, bukan apa-apa."
Wajah Sofia tiba-tiba mengkerut, "Ini aneh. Mereka sangat lama."
"Apa mereka terjebak atau tertangkap?" Tanya Rei.
"Seharusnya tidak." Sofia mulai khawatir dia berencana untuk pergi menyusul mereka. "Tunggu di sini, aku akan memeriksa ke sana."
Tanpa segan Sofia langsung berlari menyusul Irene dan yang lainnya. Dia, Dita dan Rei sedang berdiam diri di gang kecil. Suasana di sekitar masih ramai, masih banyak orang-orang yang lewat. Mereka sengaja merencanakan tujuan mereka saat masih banyak orang berkeliaran. Mereka berencana membuat sedikit keributan dan membuat semua orang panik sehingga tak terlalu banyak prajurit yang menyerang mereka.
"Sudah kuduga ini aneh." Ucap Dita tiba-tiba.
"Apa yang kau maksud aneh?" Tanya Rei.
"Kekuatanku itu membuatku bisa melihat dan merasakan bentuk sebuah benda di sekitarku. Dan aku biasanya merasakan detak jantung Sofia yang sangat tenang ketika sedang menjalankan misi. Itulah kenapa aku sangat menyukainya."
"Ah, akhirnya kau jujur kau tertarik padanya."
"Tapi hari ini aneh." Lanjut Dita tidak mendengarkan ucapan Rei. "Detak jantungnya masih berdetak dengan tenang tapi ketenangan miliknya sangat aneh. Dia tidak seperti biasanya."
"Rasanya mengerikan ketika kau menjelaskan sesuatu seperti itu."
"Tapi karena tiba-tiba dia sangat khawatir karena rencananya tidak berjalan lancar aku mulai sedikit ragu. Kau tahu sendiri kan Rei, tak ada yang bisa berbohong padaku. Dan aku tahu Sofia tidak berbohong ketika dia mengatakan rencananya yang akan berjalan lancar, dan kekhawatirannya tadi juga benar-benar serius."
Rei terdiam, dia tidak menjawab apa-apa. Dia sendiri tidak tahu harus menanggapi Dita seperti apa.
Dita mulai mengernyitkan dahinya, "Sepertinya aku mulai harus berhati-hati padanya."
_________________________
Saya gak tau mau ngomong apa.
Semoga kalian menikmati ceritanya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Up : Selasa, 20 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END)
FantasyCerita tidak akan dilanjutkan Peringkat #3 cursed tgl 28/11/19 ~~~~~~~~~~~~~~~~~ Aku terbiasa sendiri. Terbiasa mengalah. Terbiasa tersenyum. Hariku selalu kulalui dengan penuh kerelaan. Hingga suatu hari, seseorang datang kepadaku dan mengakui bahw...