Chapter XIX (Bagian 2) : Takdir yang Kacau

24 5 0
                                    

“Aku akan menunggu di sini saja.” Ucap Sofia.

Siang hari di kota, Sofia dan kelompoknya berada di atas bukit yang sangat dekat dengan kota.

Dita berkacak pinggang, “Kenapa? Apa kau tidak mau ikut?”

“Tidak. Kita tidak mengenal lebih jelas bagaimana Pangeran Arthur itu. Aku khawatir jika tanpa sengaja kami berpapasan dia akan langsung tahu aku.”

Dita mengangkat bahunya, “Ah, begitu? Yah, itu bisa saja terjadi. Seseorang yang gigih seperti dia memang kemungkinan besar akan tahu tentangmu. Aku memakluminya.”

"Lagipula untuk apa Buku Terlarang itu? Bukankah selama ini kita mencari barang-barang sihir untuk menciptakan sihir yang besar? Jadi kenapa kita membutuhkan sihir terlarang?" Irene tiba-tiba protes.

Dita berdecak sebal. "Bukankah kau sudah tahu? Pemimpin melakukan sesuatu di belakang kita saat kita sudah berhasil mendapatkan barang-barang yang diinginkannya. Dendam Pemimpin pada Kerajaan Grasia tidak hanya sekedar ingin menghancurkan kerajaan itu hingga rata. Dia ingin merusak segalanya."

"Cih!"

Dita kembali menatap Sofia lalu berkata, “Kalau begitu Sofia, jangan sampai tertangkap, ya!”

Sofia mengangguk. “Aku mengerti.”

Dita dan yang lainnya berbalik dan mulai berjalan. Tapi Dita menghentikan langkahnya dan kembali berbalik ke arah Sofia. Dia menatap Sofia sedikit curiga.

“Ada apa?” Tanya Sofia.

“... Tidak. Bukan apa-apa.”

Dita kembali berbalik dan berjalan mengikuti yang lainnya.

“Ada apa?” Tanya Riu yang berjalan di sisinya.

Dita nampak berpikir sesaat, ia sepeti ragu untuk membicarakannya pada Riu.

“Sebelum kita pergi dari sini, Robert berbisik kepadaku.”

“Hm?”

“Dia bilang, ‘Kau harus berhati-hati pada Sofia, terkadang dia sedikit aneh.’ Begitu katanya.”

“...”

“Yah, terkadang dia selalu membicarakan itu. Tapi tak ada apapun yang terjadi meski dia berbicara seperti itu. Aku mengerti kenapa dia begitu curiga, tapi aku tahu dengan pasti dia sudah tidak memiliki tempat untuk tinggal. Karena itu, aku ingin percaya padanya.”

Riu menatap Dita dengan datar. Lalu tak lama kemudian dia mulai berbicara, “Aku tidak ingat kapan kau jadi sebaik ini.”

“Ha? Apa yang kau pikirkan?!”

“Lagipula Sofia itu bukan orang yang bertindak seenaknya. Dia pasti memikirkan cara dan memikirkan jalan terbaik untuk dilaluinya. Karena itu, apapun yang akan ditujunya aku akan mempercayainya.”

Dita terdiam hingga alhirnya dia berkata, “Kau benar, aku harus percaya Sofia tidak akan mengkhianati kita.”

“... Kau tidak mengerti apa yang aku ucapkan ya?”

“Ha? Apa aku salah tanggap maksud ucapanmu?”

“Tidak. Lupakan saja.”

***

Sofia berjalan-jalan di sekitar bukit yang penuh dengan pepohonan dan bebatuan di sana. Dia berjalan berjaga-jaga jika ada seseorang atau sesutu yang bisa merusak rencananya. Dita dan yang lainnya pergi ke kota untuk mengkonfirmasi keadaan di sana.

Suara gemerisik terdengar di dekat Sofia. Sofia bersiap mengeluarkan pedangnya namun yang ia lihat ternyata hanya seekor kelinci, ia tidak jadi mengeluarkan pedangnya dan hatinya kembali tenang.

Sofia melihat arah kemana kelinci itu berlari, lalu tanpa segan dia pun mencoba mengikutinya. Ia berjalan lebih jauh ke atas bukit itu. Ia berjalan dan terus berjalan sampai ke atas hingga ia menemukan sebuah tempat dimana ia bisa melihat jelas pemandangan kota dari atas.

Sofia terperangah dalam sesaat, “Indah...”Gumamnya.

“Kau benar. Kota itu terlalu indah untuk kau serang, kan?”

Seseorang berbicara dari arah belakang Sofia. Sofia berbalik dan mulai waspada dengan seseorang yang berada di belakangnya.

Seorang nenek tua yang pendek dengan rambutnya yang sudah memutih sepenuhnya berjalan mendekati Sofia dengan tongkat yang dibawanya. Ia berjalan menggunakan tongkatnya dan ia tersenyum kepada Sofia.

“Siapa kau?” Tanya Sofia berhati-hati.

Nenek tua itu menghentikan langkahnya, “Ah, jangan khawatir. Aku hanya Nenek Tua yang sudah tidak bisa melakukan apa-apa.”

Sofia mengernyitkan dahinya, dia tidak boleh mempercayai perkatannya begitu saja. Bisa saja dia adalah penyihir yang menyamar.

“Kau tidak perlu berhati-hati padaku. Aku tidak akan menghalangi tujuanmu yang akan mengambil Buku Sihir Terlarang itu.”

Sofia kaget dengan ucapannya, “Siapa kau? Kenapa kau bisa tahu rencanaku?”

Nenek Tua itu menghela napas lalu kembali berjalan, “Ah, dunia ini terlalu banyak kebohongan sampai kau pun tidak tahu mana yang benar dan salah kan... Sofia?”

Sofia semakin kaget. Dari tadi yang diucapkan Nenek Tua itu terlalu mengejutkan, dia seperti tahu segalanya.

Nenek Tua itu berdiri di dekat Sofia dan melihat ke arah kota. “Lihat, kota ini sangat indah dan damai, kan? Lihat para anak-anak yang sedang berlarian itu. Mereka lucu, kan?”

Sofia menodongkan pedangnya ke arah Nenek Tua itu. Dia mulai kesal karena nenek Tua itu terus mengabaikan ucapannya.

“Pedangku ini bisa membunuhmu hanya dengan menyentuhnya, kau tahu? Cepat bicara siapa dirimu dan apa maumu? Kenapa kau bisa tahu namaku?”

Nenek Tua itu tidak berkutik dan masih menunjukkan senyum ke arah kota. Dia tidak takut sama sekali  kepadanya.

“Aku bisa tahu dirimu dari kalung yang kau kenakan.”

Sofia terdiam, ia semakin tidak mengerti. Ia berpikir mungkin tanpa sengaja ia pernah bertemu dengannya dan sihir yang dimiliki nenek tua itu sama dengan sihir Dita.

Nenek Tua itu melirik ke arah Sofia dan berkata, “Kalungmu itu dibuat oleh aku dan ayahmu. Karena itu aku bisa tahu siapa kau dari kekuatan sihir dari kalung yang kau pakai.”

_________________________

Yatta... Sudah sampai sini. Bentar lagi tamat mwehehehehe :3

Yahh... Segini dulu. Bagaimana? Ada yang bisa menebak siapa Nenek itu? Wkwkwkwk.

Yasudah, pokoknya semoga kalian suka ceritanya. Dan terimakasih karena sudah membaca cerita saya ^^

Jyaa~ see you~~

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Up : Rabu, 22 April 2020

(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang