Sofia akhirnya menggunakan kekuatannya. Dia membunuh para prajurit yang menahannya terbunuh dengan kekuatannya.
Semua orang langsung ketakutan dan para prajurit itu mulai bersiap untuk menyerang Sofia.
Vardegi yang sedari tadi diam mulai membenarkan dasinya, lalu dia berbalik dan pergi dari sana.
Albert berbalik dan melihat ayahnya yang akan pergi itu. "Ayah!" Albert memanggilnya dan membuat Vardegi menghentikan langkahnya. "Kita harus melakukan sesuatu, ini kota kita, aku juga ingin menyelamatkan temanku juga."
"Teman?" Vardegi berbalik. "Monster itu kau sebut teman? Betapa menyedihkannya dirimu itu."
Albert tercengang, dia tidak menyangka ayahnya akan mengatakan hal itu.
"Ah, dan kau tidak layak menyebut kota ini milikmu. Ini bukan kota milik kita. Kota ini milikku dan tidak akan pernah menjadi milikmu."
Albert terdiam. Dia tidak menjawab, dia tidak bisa membalas ucapan ayahnya.
Kekacauan langsung berlangsung di kota. Semua warga panik dan beberapa dari mereka membuat kerusakan.
Edrick menggunakan sihirnya, dan membuat leher Sofia tercekik dengan kekuatannya. Sebuah cahaya seperti kalung terpasang ketat di lehernya. Sofia awalnya kesakitan lalu kemudian dia berhasil menahan sakitnya.
"Jika hanya segini saja membuatku tidak sadrkan diri, aku tidak layak disebut monster."
Edrick semakin membuat Sofia tercekik, tetapi Sofia tetap bisa menahannya. Dia masih tetap menatap orang itu dengan tatapan yang penuh amarah.
Edrick mulai merasa kasihan. Dia merasa bahwa ini bukan hal yang tepat untuk dilakukannya, karena itu dia membatalkan sihirnya.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya pria itu.
"Dia masih seorang manusia, aku tidak pantas memperlakukannya seperti itu."
"Kau tidak pantas mengatakan itu jika pihak gerejamu sendiri akan melakukan hal tak manusiawi padanya."
Edrick dan pria itu saling menatap. Mereka menunjukkan tatapan keyakinannya masing-masing.
"Tuan!" Sofia memanggil pria itu. "Anda seorang Jenderal, kan? Kalau begitu hadapi aku layaknya seorang prajurit. Aku ingin bertarung dengan terhormat dengan Anda."
"Kau bisa bermain pedang?"
"Ya! Saya sangat ahli."
Pria itu tersenyum kecil lalu mengambil pedang dari prajurit bawahannya dan melemparnya pada Sofia. "Ambillah. Gunakan itu untuk senjatamu."
Seorang prajurit melepas ikatan di tangan Sofia lalu Sofia mengambil pedang itu dan langsung mengangkat pedangnya untuk menyerang.
Pria itu mengambil pedangnya lalu berkata, "Jika salah satu pedang di antara kita terjatuh duluan, dia kalah."
"Ya, aku mengerti."
Lalu tanpa basa basi, mereka saling menyerang satu sama lain. Suara pedang yang beradu terdengar cukup keras dari sana. Mereka saling mengadukan pedangnya tanpa ragu.
"Katakan pada rajamu itu, bahwa monster ini telah bangkit. Dan katakan padanya, ancaman yang sebenarnya baru akan datang mulai hari ini. Katakan pada rajamu dan seluruh dunia ini, bahwa mereka telah menciptakan seorang monster yang mengerikan ini. Seorang monster berbentuk manusia yang akan mengamuk sesuka hatinya."
"Ya, aku mengerti. Aku akan mengatakannya."
Suara pedang semakin terasa mencekam. Pertandingan pedang di antara dua manusia itu sangat serius. Sofia bahkan hampir kalah, tapi dia berhasil membalikkan keadaan dan membuat pria itu menjatuhkan pedangnya duluan.
Sofia terengah-engah, dia melepaskan pedang yang dipegangnya dan berkata, "Aku yang menang, karena itu biarkan aku pergi dari sini untuk saat ini."
Para prajurit mengeluarkan pedangnya, mereka berencana menangkap Sofia tapi pria itu mengangkat tangannya untuk menghentikan para prajurit itu.
Sofia melirik Alcott yang sudah tak bernyawa. Hatinya begitu hancur, dia kembali menjadi hampa.
"Kumohon, kuburkan dia dengan layak." Ucap Sofia.
Edrick yang mendengar ucapan Sofia pun berkata, "Baiklah, aku mengerti."
Lalu tanpa pikir panjang Sofia berjalan dan pergi dari tempat itu.
Albert mulai berbalik, dia tidak boleh terlalu memikirkan perkataan ayahnya. Kini temannya sedang dalam kesedihan, dia harus menolongnya.
Albert berlari mengejar Sofia yang berjalan dengan lesu. Dia menarik tangannya dan membuat Sofia terhenti.
"Tunggu sebentar! Kau tidak boleh pergi. Pak Guru pasti tidak ingin kau melakukan ini."
Sofia tidak menjawab, dia menepis tangan Albert dan kembali berjalan seperti tadi.
Tapi Albert keras kepala, dia kembali menarik tangan Sofia dan berkata, "Hentikan! Jika kau pergi begitu saja, kau tidak akan menyelesaikan apapun!"
"... Lepaskan!" Ucap Sofia.
"Tidak akan pernah aku lepaskan!"
"Lepaskan kataku!"
"Jika aku melepaskanmu kau akan pergi!"
______________________
Kalau chapter yang saya buat sudah tamat (sedikit lagi sih bakal selesai) nanti saya update 2x seminggu.
Terimakasih sudah membaca cerita saya, semoga kalian menyukainya ^^
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Up : Selasa, 24 Maret 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END)
FantasyCerita tidak akan dilanjutkan Peringkat #3 cursed tgl 28/11/19 ~~~~~~~~~~~~~~~~~ Aku terbiasa sendiri. Terbiasa mengalah. Terbiasa tersenyum. Hariku selalu kulalui dengan penuh kerelaan. Hingga suatu hari, seseorang datang kepadaku dan mengakui bahw...