Chapter II (Bagian 4) : Gadis Yang Lemah

75 9 0
                                    

Seorang pria berambut pirang ditarik paksa oleh salah satu anggota perampok itu.

Tak memilih melawan, pria itu hanya menurut dengan rasa penuh ketakutan.

"Ayo bertaruh denganku." kata pria besar yang berdiri gagah dengan pedangnya itu.

"Apa yang kau inginkan?" jawab Ernard dengan wajah yang sangat serius.

"Aku hanya menginginkan dirimu."

"Mana sudi aku melakukannya!"

Tangan pria besar itu terangkat sebelah, lalu sebuah pedang menghunus langsung ke arah leher pria berambut pirang itu. Kepalanya terpenggal dan membuat semua orang berteriak ketakutan.

Ernard yang menyaksikan itu sangat kesal. Dia menyuruh pria besar itu berhenti melakukan hal keji seperti ini, namun sayangnya keinginan Ernard tidak didengar olehnya. Jika saja luka Ernard tidak parah, mungkin juga saat ini dia sudah bertarung melawan pria itu.

Pria itu kembali berbalik dan melihat semua orang di sana, dan matanya langsung terarah menuju Sofia.

Tangannya mulai menunjuk, "Anak itu, bawa dia."

Guncangan di hati Sofia semakin mengkalut. Dia dipilih sebagai korban berikutnya. Ernard yang berdiri di sana hanya tercengang dan kebingungan.

Merinding ketakutan akan hal yang tidak diketahui apa yang akan terjadi nanti, keringat Sofia terus bercucuran mengguyuri wajah dan leher Sofia.

Pria besar itu sedikit mendekati Sofia. "Dari raut wajahmu sepertinya dia sangat berharga. Namun sepertinya, dia tidak berasal dari sini, kan? Lihat kalungnya, itu bukan kalung yang bisa dimiliki seseorang yang tinggal di sekitar sini."

Ernard menggertakkan rahangnya, dia ingin sekali langsung berlari dan menyerang pria besar itu. Namun luka di perutnya membuatnya sulit untuk bergerak, dia tak bisa bergerak dengan bebas.

"Beritahu aku Nak, siapa namamu?"

Sofia tidak menjawab, dia terlalu ketakutan untuk berbicara.

"Tenanglah, kau akan baik-baik saja jika menjawab pertanyaanku. Tapi jika kau tidak mau menjawab pertanyaanku aku tidak keberatan." pedang yang dipegang pria besar itu langsung dihadapkan ke arah Sofia. "Aku tidak akan memaksa kok."

Kalimat ancaman yang dilontarkan pria besar itu berhasil membuat Sofia berbicara, "S-Sofia... Na-Namaku... Sofia..."

Napas Sofia sedikit bergetar, dia sudah tidak bisa mengendalikan tubuhnya saat ini.

"...Mi—Sofia... Akemi." lanjut Sofia.

Semua amggota perampok itu, Si Pria besar itu, bahkan Ernard yang juga ada di sana memelototkan mata mereka dan tercengang bersama-sama.

"Akemi? Maksudmu klan Akemi yang dilegendakan itu?"

"Wahh hebat! Ini pertama kalinya aku melihat klan Akemi secara langsung. Begitu ya, pantas saja dia begitu cantik. Semua keturunan Akemi itu selalu cantik dan tampan-tampan kan?"

Semua perampok di sana langsung saling berbicara satu sama lain, saling menceritakan semua cerita tentang klan Akemi yang mereka ketahui.

Pria besar yang tadi ikut tercengang pun mencoba menenangkan dirinya, "Begitu ya? kau dari klan Akemi, ya? Ini pertama kalinya aku bertemu dengan klan Akemi."

Pria besar itu mencoba semakin mendekati Sofia dan duduk di sebelahnya, Ernarf yang mulai semakin khawatir itu memaksakan diri dengan berlari terpincang-pincang untuk mendekati Sofia untuk bersiap-siap jika suatu hal yang buruk akan terjadi nantinya.

"Tidak semua orang tahu tentang klan Akemi, meskipun ada yang tahu kebanyakan dari mereka akan membencimu. Tapi aku berbeda, aku mengagumi klan mu, karena itu Nak Sofia bisakah kau tunjukkan kekuatan sihirmu?" Tanya pria besar itu dengan senyum penuh keramahan yang dia bisa.

"Sofia!" Ernard mencoba berteriak, meneriaki Sofia berharap dia mengerti apa yang dimaksudnya.

Tapi Sofia punya pilihan lain, ia memilih menjawab pertanyaan pria besar itu dengan jujur karena dia pikir itulah yang paling terbaik

"A-Aku tidak memiliki sihir."

Pria besar itu tertegun sesaat lali tertawa kecil, "Hahaha, jangan bercanda. Tenang saja, aku tidak akan menyakitimu."

"Ta-Tapi aku mengatakan yang sejujurnya."

"Jika dipikir-pikir lagi, aku tidak merasakan mana di tubuhnya." ucap salah seorang

Semuanya terdiam seasaat, saling berbisik pelan mereka bertanya-tanya, "Bagaimana mungkin? Penyihir tanpa mana? Apalagi di klan Akemi?"

Sofia terdiam, sepertinya keadaan di sekitarnya semakin membingungkan. Mereka tahu tentangnya pun tidak mengubah apapun.

Tak disangka, pria besar itu berdiri dan mengangguk-angguk. Namun entah apa yang sedang dipikirkannya, dia membuat Sofia tertidur dengan sihirnya.

Lalu di sisi lain, Ernard mulai muak dengan keadaan yang seperti ini, dia menyerang pria besar itu. Si Pria Besar itu ikut mengacungkan pedangnya.

Pemberontakan mereka, berhasil.

________________

Ini plot twist nya agak dicepetin, waktu kayak kehalang terus buat nulis :v

Thor yang baca sendiri aja agak gak enakeun, jadi maaf ya kalau kalian kurang puas :(

Mau nge update sama yang chapter selanjutnya nya tapi belum beres.

Updatenya hari ini karena takutnya besok susah aktif dan kelupaan update.

Maafkan author yang gak konsisten ini :'v

Jangan lupa vote dan coment juga ya.

Jyaa... Mata... ^^

Up : Senin, 30 Desember 2019

(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang