Chapter VII (Bagian 2) : Harapan

33 6 1
                                    

Sofia melamun di kelas di saat Alcott sedang keluar tiba-tiba karena ada urusan.

Ia memikirkan bagaimana nanti ia menceritakan tentang dirinya di masa lalu, dirinya yang sebenarnya kepada Alcott.

Meski ia senang dengan ucapan Alcott yang menerimanya saat nanto mengetahui dirinya yang sebenarnya, namun Sofia masih sedikit ragu. Ia masih takut jika Alcott tiba-tiba takut kepadanya.

Sofia menghela napasnya, ia terlalu lama berpikir sejak kemarin.

"Ah!" Sofia ingat sesuatu. "Apa Kakak benar-benar mengusirku karena aku tidak berguna? Tapi sebelum dia koma dia masih bertingkah baik kepadaku." Sofia bergumam pelan.

Sofia memikirkan suatu hal yang tidak pernah dipikirkannya, "Saat itu, apa yang sebenarnya dipikirkan Kakak?"

"Sofia!" panggil Albert dan itu membuat Sofia kaget.

"Apa yang sedang kau pikirkan?"

"Bukan apa-apa." Jawab Sofia dengan cepat.

Albert terdiam beberapa saat dan hanya menatap Sofia yang menopang gadunya.

"Oh iya—"

"Aku kembali!" Alcott berteriak dan membuat semua orang di kelas langsung menatapnya.

Alcott membawa beberapa kayu panjang di tangannya. Sebuah kayu yang membentuk seperti pedang.

Dengan antusias Alcott berkata, "Hari ini, kita akan belajar menggunakan pedang!"

Semua orang langsung bersemangat, mereka sangat antusias dengan pelajaran berpedang itu.

"Aku tidak ingin ikutan." kata Elizabeth.

"Kenapa? Padahal ini pasti menyenangkan!" Balas Ernest.

"Seorang wanita itu harus selalu anggun, dan bermain pedang itu tidak anggun. Aku ini pernah bersekolah di asrama putri, bertingkah anggun dan elegan adalah poin utama menjadi seorang wanita."

"Aku tidak mau mendengar itu dari wanita yang ucapannya tidak elegan."

"Apa katamu? Tunggu! Siapa yang tadi berbicara."

Semua orang tertawa, terbahak-bahak. Hingga tidak ada yang menyadari wajah Albert yang lebih antusias dibandingkan siapapun.

***

"Memangnya Pak Guru bisa menggunakan pedang?"

"Tentu saja! Dulu aku pernah belajar bermain pedang."

"Memangnya kenapa Pak Guru belajar pedang?"

"Untuk melindungi seorang wanita."

"Ah, terlihat sekali bohongnya."

Obrolan itulah yang menjadi awal mereka memulai pelajaran menggunakan pedang. 

Karena pedang kayunya terbatas, semua orang harus bergantian menggunakan pedangnya. Semua anak kecil di sana belajar dari dasar. Tapi karena Albert sering belajar pedang di kediamannya dia mempelajari teknik berpedang lain dari Alcott.

"Pak Guru, daripada hanya mengajariku seperti ini lebih baik dipraktekkan langsung." Kata Albert dengan sedikit angkuh.

Semua orang menatap Albert sedikit kesal karena perilakunya yang sedikit sombong. Dan di saat seperti inilah Albert sangat terlihat seperti anak kecil.

"Bicaramu angkuh sekali seperti kau yang paling hebat saja." ucap Sofia mulai mengolok-olok.

"Tapi, bukankah kenyataannya seperti itu?" Ucap Albert dengan percaya dirinya dan itu membuat Sofia sedikit kesal.

(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang