"Kenapa?" pria itu berucap lirih. "Kenapa bisa kau hidup kembali?"
Mata Sofia melotot, ia mulai duduk dan memperhatikan tubuhnya, tidak ada luka sedikit pun di sana. Bahkan ia memeriksa kepalanya, tak ada lubang ataupun luka dari tembakan tadi. Ia semakin bingung. "Apakah ini mimpi?"
Pria itu berteriak, "Bagaimana bisa? Bukankah kau tak memiliki sihir?" katanya lalu kembali menembaki Sofia dengan acak. Separuhnya terkena tembok separuhnya lagi berhasil mengenai tubuh Sofia.
Awalnya Sofia merasa kesakitan, namun rasa sakit itu menghilang seolah tidak pernah terjadi. Lukanya pun bahkan tidak membekas, peluru yang ada di sana pun tiba-tiba keluar dengan sendirinya. Sofia merasa takut dengan tubuhnya sendiri. Ia bahkan merasa ingin muntah. Bagaimana bisa ini terjadi? Apakah ini sihir yang dimilikinya? Apakah ini kekuatannya yang sebenarnya?
"WAHHHH!!!!" Pria itu terjatuh dan berteriak ketakutan. "Monster! Meskipun itu adalah sihir, itu mengerikan, tidak terluka, tidak bisa mati, mengerikan!"
Sofia menatap tangannya yang bergetar hebat. Apa yang terjadi dengan tubuhnya? Apakah ini alasannya kenapa saat ia terluka lukanya selalu cepat sembuh?
Pria itu berlari keluar, Sofia tahu akan ada keributan tak lama ini.
Sofia menutup telinganya, duduk mendekap sendirian dengan perasaan takut yang menggelikan. Sofia pun mulai menangis karena ketakutan.
"Apa maksudnya ini? Ada apa denganku? Apa yang terjadi? Edrick mati pun apa karena diriku? Apa bayangan tadi kekuatanku? Kenapa bisa?"
Benar dugaan Sofia, semua orang langsung datang ke ruangan itu. Mereka kaget dan marah karena melihat Edrick yang sudah terbunuh.
Penjahat. Monster. Tak berperasaan. Tak kenal budi. Mereka menghina-hina Sofia seolah tidak tahu apa yang terjadi dengan kehidupannya. Apa mereka lupa yang membuat Sofia menjadi seorang penjahat adalah perbuatan Tuan mereka sendiri?
"Manusia sepertimu tidak panyas untuk hidup."
Kalimat itu terdengar jelas di telinga Sofia. Sofia marah besar, ia muak dioerlakukan seperti ini. Ia marah pada mereka semua. Siapa yang sebenarnya tidak pantas hidup? Hinaan mereka seolah tidak menunjukkan betapa rendahnya mereka karena melayani seorang penjahat. Sofia tidak bjsa menahan tekanan di dadanya lagi, ia ingin mengeluarkan semuanya dan mangakhiri semuanya.
"Matilah." gumam Sofia, tak tahan melihat kedengkian mereka kepadanya.
Seperti air, bayangan hitam meluas perlahan di sekitar Sofia. Bayangan itu mendekati orang-orang yang yang menghinanya lalu perlahan mereka masuk ke dalam bayangan itu.
"Apa ini? Apakah ini sihir?"
"Apa ini sihir hitam?"
"Bagaimana ini? Aku tidak bisa keluar."
Sofia menatap mereka dengan perasaan bersalah, ia sadar apa yang diucapkannya mengeluarkan petaka pada mereka. Jadi yang membunuh Edrick pun sebenarnya aku? Gumamnya dalam hati.
Mereka semua meminta pertolongan, namun Sofia sendiri tidak bisa bergerak dari tempatnya. Ia ketakutan dengan kekuatan dan dirinya sendiri. Mengerikan, mengerikan, mengerikan, itulah yang dipikirkan Sofia tentang dirinya.
Semua orang yang tenggelam itu, kembali keluar dari bayangan itu. Mereka keluar dengan badan yang hanya tertinggal tengkorak saja. Baju masih menempel di badan mereka, tapi sesuatu yang seharusnya menempel di badan mereka, menghilang entah kemana.
Sofia menjadi mual ketika ia memikirkan keadaan tubuh mereka yang menghilang entah kemana, ia takut masuk ke dalam dirinya sebagai pengganti kekuatannya. Sungguh kekuatan yang mengerikan.
Seorang pendeta yang ikut menginap di sana datang menuju tempat yang terjadi keributan.
Ia melihat ada beberapa pelayan yang ketakutan saat melihat ke dalam ruangan.
Pendeta dengan baju putih itu melihat ke dalam dan langsung menunjukkan ekspresi kaget dengan keadaan yang terjadi di dalam.
Ia melihat seorang gadis dengan keadaan ketakutan.
"Apa kau tidak apa-apa?" tanyanya. Ia mencoba berjalan mendekati Sofia.
"Jangan mendekat!" Sofia berteriak.
Pendeta itu terhenti.
"Aku tidak ingin kau berakhir seperti mereka?" katanya dengan suara gemetaran. "Yang membunuh mereka semua... Adalah aku."
Pendeta itu tidak berkutik. Ia hampir tidak percaya dengan perkataannya.
"Memangnya apa yang sudah terjadi?"
Sofia tidak menjawab, ia duduk terdiam dengan wajah ketakutan yang tidak bisa ia kendalikan.
"Aku akan medekatimu."
Baru saja pendeta itu berjalan beberapa langkah, Sofia mulai berbicara.
"Aku... Tidak bisa terluka."
Langkah pendeta itu terhenti. Ia mengernyit tidak mengerti apa yang dikatakannya.
"Aku tidak bisa mati."
Pendeta itu semakin bingung. Apa yang dimaksud gadis itu, gumamnya dalam hati.
"Aku... Tidak bisa mati. Aku... Tidak bisa mati. Aku... Tidak bisa mati." katanya terus berulang-ulang.
Pendeta itu berpikir sejenak, ia mencoba mengartikan apa yang dimaksudnya. Ia menyatukan semua kejadian dan kalimat yang diucapkan gadis itu. Lalu, ia tertegun dan langsung menatap Sofia dengan penuh ketakutan.
Ia merentangkan sebelah tangannya ke depan dan mulai membaca mantra.
"Domine Deus, da mihi vires. Somnum."
(Wahai Dewa, berikan aku kekuatan. Tertidurlah.)Sihir yang lembut melewati Sofia seperti angin. Seperti ada yang menyanyikan lagu tidur di telinganya, tubuh Sofia melemas dan ia pun langsung tertidur dengan pulas.
Pendeta itu mendekati Sofia, lalu ia bergumam, "Sungguh kasihan gadis sepertimu harus menerima takdir seperti ini."
______________________
Yang ini belum diedit sepenuhnya, besok aja lah :v
See you next time and thank you ^^
Mungkin nanti akan ada hari dimana saya jol nge update sebelum waktunya, pengen gera namatin eung. Pengen cepet cepet ke buku keduanya 😂😅
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Up : Selasa, 21 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END)
FantasyCerita tidak akan dilanjutkan Peringkat #3 cursed tgl 28/11/19 ~~~~~~~~~~~~~~~~~ Aku terbiasa sendiri. Terbiasa mengalah. Terbiasa tersenyum. Hariku selalu kulalui dengan penuh kerelaan. Hingga suatu hari, seseorang datang kepadaku dan mengakui bahw...