Safira membelalak ketika melihat adiknya memakai pakaian yang sama dengan para penjahat yang tidak sengaja dia lihat saat mencoba masuk ke markas utara kota Malen. Safira sangat tidak percaya dengan keadaan adiknya saat ini, dia bahkan tidak menyangka akan terjadi tragedi yang mengerikan terjadi di markas itu apalagi tragedi itu terjadi karena ulah penjahat yang adiknya sendiri menjadi anggota kelompok itu.
Sofia melihat sosok kakaknya yang berdiri di depannya. Dia terlihat lebih dewasa dan tinggi melebihi dirinya. Kakaknya mulai memancarkan aura yang berbeda, lebih berbeda dari saat terakhir kali Sofia melihatnya.
“Kakak... Apa yang kau lakukan di sini?” Tanya Sofia sedikit bingung. Dia tidak tahu harus merasa senang atau gugup.
Safira terdiam beberapa saat hingga berkata, “Tidak...” katanya bergumam.
Sofia yang sedikit mendengar gumamannya memiringkan kepalanya, dia tidak terlalu mendengar apa yang diucapkannya tapi Sofia yakin kakaknya sedang bertanya padanya.
Safira menundukkan kepalanya lalu tangannya menyentuh kepalanya. Ia pun mulai bergumam dengan suara yang sedikit keras, “Tidak... Tidak! Bukan ini yang aku harapkan!”
Sofia sedikit terkejut. Dia sadar tingkah laku kakaknya sedikit aneh. Tapi dia pun tidak bisa melakukan apapun.
Safira kembali mengangkat wajahnya dan menatap Sofia dengan tatapan yang sangat marah. Ini pertama kalinya Sofia melihat raut wajah kakaknya semarah itu. Sofia tidak bisa bergerak, dia dipenuhi rasa ketakutan ketika pertama kali melihat kakaknya seperti itu.
“Kau ini apa-apaan?! Kenapa kau menjadi bagian penjahat seperti mereka? Apa kau ingin cari aman? Apa kau merasa baik-baik saja jika bersama mereka?!” Safira mulai berteriak.
“... Bukan.” Balas Sofia dengan nada suara yang pelan.
“Lalu apa? Apa karena kau tidak ingin hidup menyedihkan seperti saat itu lagi? Apa kau merasa mereka sama sepertimu? Sama-sama dibuang?!”
Sofia tersontak lalu dia mengepalkan tangannya, dia mulai gugup. Dia tidak tahu harus merespon ucapan Safira seperti apa.
“Katakan Sofia! Kenapa?!”
Safira mulai berjalan cepat mendekati Sofia. Saat ia sudah di depannya ia memegang bahu Sofia dan membuat Sofia terdiam ketika menatap Safira.
Safira mencengkeram bahu Sofia sedikit kasar lalu ia menggoyang-goyangkan badannya. Dan Sofia sadar betapa marahnya kakaknya terhadapnya.
“Apa kau gila!? Kenapa kau melakukan ini? Kau pikir kutukanmu akan menghilang ketika kau bersama mereka? Kau pikir mereka bisa menyelamatkanmu!?”
Mata Sofia semakin membulat. Ah, jadi Kakak memang tahu tentang kutukan milikku? Ucap Sofia di dalam hatinya.
“Aku tidak yakin hal itu akan terjadi. Aku bahkan tidak berencana menghilangkan kutukanku.”
Kakak bisakah kita membicarakan ini pelan-pelan saja? Kita baru bertemu kembali setelah sekian lama.
“Lalu kenapa kau menjadi penjahat? Apa kau berencana menghancurkan dunia ini?”
“Tidak! Kakak tunggu dulu dan dengarkan aku!”
“Jangan panggil aku ‘Kakak’!”
Sofia tersontak lalu ia kembali menundukkan kepalanya.
Kenapa? Apa Kakak tidak mempedulikanku sama sekali? Apa dia tidak mengkhawatirkanku?
Sofia memegang tangan Safira lalu menurunkan tangannya dari bahunya sembari berkata, “Itu benar. Aku ingin menghancurkan dunia ini.”
Mata Safira mulai membulat, dia sangat kaget dengan jawaban yang diberikan Sofia. Tubuhnya melemas dan ia kemudian menundukkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END)
FantasyCerita tidak akan dilanjutkan Peringkat #3 cursed tgl 28/11/19 ~~~~~~~~~~~~~~~~~ Aku terbiasa sendiri. Terbiasa mengalah. Terbiasa tersenyum. Hariku selalu kulalui dengan penuh kerelaan. Hingga suatu hari, seseorang datang kepadaku dan mengakui bahw...