Chapter III (Bagian 3) : Gadis Terkutuk

62 9 2
                                    

Pria tua ber-jas putih menyewa penginapan kecil yang tak begitu mewah. Seorang gadis yang masih terlihat sangat muda dengan pakaian dewasa dengan tas selempang yang dibawanya berjalan di sisi pria itu.  Pria tua itu menggandeng tangan si gadis dan menuntunnya ke kamar yang sudah ia sewa.

"Tidak apa-apa kan jika ini hanya tempat yang kecil dan kumuh? Tenang saja,  meskipun tempatnya seperti ini aku tetap akan membayarmu lebih besar dari harga tempat yang kumuh ini." katanya mengeluh.

"Iya, tidak apa-apa. Aku tidak peduli tempat di manapun itu." jawab gadis itu dengan datar dan tanpa ekspresi.

Pria tua itu mengengkat dagu gadis kecil itu, "Wajahmu itu memang tak memiliki ekspresi ya? Lalu tidakkah kau terlihat masih sangat muda? Tapi yah... Siapa peduli, kau tetap manis."

Terdapat rona merah di pipi pria tua itu,  bahkan senyum yang terbentuk di wajahnya itu sangat terlihat akan kemesumannya terhadap gadis itu. Namun gadis itu tak menanggapi apa-apa, ia hanya menatap datar pria tua itu.

Sebuah kasur sudah diduduki dua oramg itu, dan tanpa basa basi lagi, pria tua itu langsung mencoba memeluk gadis itu dan pikirannya sudah melebur untuk melakukan hal-hal gila terhadapnya.

Namun nihil, sebelum ia berhasil memeluk gadis itu, ia merasakan nyeri di dadanya. Nyeri yang menandakan dirinya sedang terluka sangat dalam.

Ia langsung melihat ke arah dadanya,  jas putih bersih itu sudah dilumuri banyak darah di dadanya.

Sebuah pisau menancap di dada kirinya, tertusuk tepat ke arah jantungnya.

Pria tua itu menatap gadis itu dengan mata yang membulat, ia menatap marah kepadanya. "Sejak kapan?" katanya dengan suara yang lirih.

"Jika kau bertanya tentang pisau itu aku tidak pernah membawanya, sebaliknya kau yang sedari tadi membawanya. Jika seoran gadis manis membawa senjata, dia tidak akan bisa terlihat menjadi manis, kan? " gadis itu menjawab dengan lancar.

Gadis itu berdiri dari kasur dan mengambil tas yang ia simpan di bawah lantai tadi. Sembari berjalan ke arah pintu, ia berkata, "Ah dan juga mana mungkin aku mau tidur dengan pria menjijikkan sepertimu. Aku juga masih di bawah umur loh, aku bahkan belum sampai usia 15 tahun. Kalau begitu, sampai jumpa di akhirat nan–"

Gadis itu sedikit melirik ke belakang saat ia akan membuka pintu, namun ternyata pria tua itu sudah terkapar tak bernapas di sana. "Ah, sepertinya aku terlalu lama berbicara."

Gadis itu langsung menutup pintu dan berjalan menuju pintu keluar.

"Membunuh pria menjijikkan sepertinya benar-benar membosankan. Apa para petinggi itu hanya memikirkan kepuasan nafsu saja? Sungguh, sangat membosankan. Mereka terlalu mudah mati." gumamnya saat turun melewati tangga.

Seorang pria sedang membersihkan meja di lantai bawah, ia pria yang sama saat meladangi pria tua tadi. Ia melihat gadis itu sedang berjalan.

"Nona, Anda mau kemana di jam seperti ini? Di luar berbahaya loh." katanya dengan tersenyum ramah.

Yah meski sepertinya di tempat sewamu itu juga bisa disebut berbahaya, gumam pria itu di dalam hatinya.

Sofia mengeluarkan sekantung koin emas dari tas-nya, ia menyimpannya di meja yang sedang dibersihkan pria itu lalu melewati pria itu dengan tenangnya.

"Anggap itu hadiah dariku, sebagai ucapan agar kau tidak mengatakan apa-apa tentangku."

Gadis itu menghentikan langkahnya dan kepalanya berbalik ke belakang untuk melihat pria itu dengan tatapan tajam yang dimilikinya. "Jika kau menyebar sesuatu tentangku, besoknya, nyawamu menjadi bayarannya."

(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang