Chapter XI (Bagian 1) : Melindungi

31 4 0
                                    

Kekacauan benar-benar terjadi di sekitar kota. Para prajurit mencoba menghentikan dua orang yang telah berhasil mencuri tongkat yang digunakan saat upacara persembahan.

Para prajurit menggunakan senjata dan sihir mereka untuk menyerang dua orang yang sedang bergerak ke sana kemari di atas rumah penduduk.

"Dita, bagaimana jika kita pergi saja dari sini?" Tanya seorang laki-laki bermata hijau zamrud pada seorang gadis di sebelahnya.

"Ah, tunggu sebentar Riu. Aku ingin mencoba kekuatan dari berlian ini."

Laki-laki itu menghela napas dan mengalah saja. Mereka berdua kembali saling berpencar untuk menghindari serangan para prajurit itu.

Alcott sudah sampai di kota dengan napas yang terengah-engah. Keadaan kota benar-benar sudah terlihat buruk. Padahal dia baru saja meninggalkan kota itu beberapa saat yang lalu.

"Pak Guru Alcot!"

Elizabeth memanggil Alcott yang tidak sengaja ia lihat, ia langsung menghampirinya begitu pun dengan Alcott.

"Apa yang terjadi?" Tanya Alcott.

"Dua orang asing tiba-tiba menyerang kota ini. Mereka juga membawa tongkat yang dipakai saat acara persembahan."

Alcott mengernyitkan dahinya, lalu pergi meninggalkan Elizabeth.

Elizabeth kebingungan, dia khawatir dengan perilaku Alcott. Karena itu, Elizabeth pun memilih mengikutinya.

***

"Wahh... Liat Riu, mataharinya akan tenggelam."

Seorang gadis berambut hitam bernama Dita menatap matahari dari arah barat.

"Ya, sebentar lagi, kan?"

Alcott sudah bisa melihat dua orang yang dibicarakan Elizabeth. Mereka berdiri di atas rumah yang cukup tinggi. Di sekitar sana masih ada orang-orang yang berlari ketakutan.

Alcott berdecak sebal.

"Pak Guru!"

Albert datang dari arah kanan Alcott. Alcott sedikit marah padanya.

"Apa kau tidak memberitahu ayahmu?"

"Ayah tidak mau mendengarkanku. Aku tidak tahu harus bagaimana. Sekarang saka aku tidak tahu dia ada dimana."

Gadis bernama Dita itu mengangkat tongkat yang dibawanya.

"Wahai rakyat yang tidak tahu apa-apa. Aku akan menunjukkan kekuatan sesungguhnya dri kristal ini." Katanya berteriak di atas rumah itu.

Semua orang terdiam, mereka menatap gadis itu.

"Pertama, aku harus membuka segelnya dulu."

Dia mengarahkan tangannya ke arah kristal itu. Sebuah cahaya keluar dari sana. Terdengar pula suara seperti retakan dari kristal itu. Cahaya itu memudar dan hanya meninggalkan setitik cahaya kecil di dalam kristal itu.

Dita tersenyum, benar-benar senyum yang terlihat mengerikan.

Cahaya yang besar tiba-tiba keluar dari kristal itu. Langit yang mulai berubah malam itu memberikan kekuatan pada kristal itu.

"Kalian tidak tahu, hanya dengan kristal ini saja, aku bisa menghancurkan kota ini dalam sekejap."

Alcott tidak bisa diam saja, dia mengeluarkan sihirnya dan membentuk sebuah busur dengan sihirnya.

Alcott mencoba menembakkan anak panah ke arah gadis itu, namun saat anak panah itu melesat ke arah gadis itu, di hadapannya panah itu terdiam.

Dia mulai menatap sinis Alcott. "Itu bahaya tahu."

Dan dengan mudahnya ia mengembalikan anak panah itu ke arah Alcott. Lalu kegaduhan semakin menjadi di sekitar sana. Para prajurit dan para penyihir yang ikut menyerang mengeluarkan kekuatan mereka.

Dengan mudahnya, kedua orang yang sedang berdiri di atas rumah itu menghalau sihir mereka.

"Percuma saja. Bahkan tanpa perlu mengeluarlan sihirku, aku bisa melindungi diri dengan kekuatan kristal ini."

Sofia baru tiba di tempat yang terjadi kegaduhan itu. Tak jauh dari sana dia melihat Elizabeth yang membeku ketakutan.

"Elizabeth, apa yang kau lakukan di sini? Ayo pergi ke tempat aman."

Sofia mencoba menarik Elizabeth tetapi Elizabeth menahannya.

"Albert... " katanya ketakutan. "Dan Pak Guru Alcott, sedang di sana."

Sofia melotot, dia melihat ke arah orang-orang yang tengah bertarung di sana. Ia langsung bisa melihat Alcott yang juga ikut menyerang di sana.

Sofia menggertakkan giginya. Dia kesal dan tak ingin kejadian seperti di masa lalu terulang kembali. Dia tak ingin Alcott mati untuk saat ini.

Sofia mencoba pergi ke sana, tapi Elizabeth menahannya. "Apa yang kau lakukan? Kau bodoh! Di sana berbahaya, kau bahkan tak memiliki sihir."

Sofia menggertak, "Tapi Pak Guru sedang berada dalam bahaya di sana, melihat situasi saat ini saja sudah terlihat sekarang sangat berbahaya."

"Karena berbahaya, bukanlah lebih baik kita pergi? Kau bisa terbunuh jika pergi ke sana.

"Pak Guru juga bisa terbunuh Elizabeth!" Sofia berteriak dan itu membuat Elizabeth terkejut. "Siapa lagi yang akan menolongnya selain aku? Aku harus menolongnya Elizabeth. Aku tidak ingin dia terbunuh."

Tubuh Elizabeth melemas ketika melihat mata Sofia yang sedikit mengeluarkan air mata. Dan di kesempatan itu, Sofia berhasil melarikan diri dari cengkeraman Elizabeth.

"Kenapa...?" Elizabeth bergumam.

Elizabeth menatap Sofia yang berlari dengan beraninya ke arah kekacauan itu. Dalam keadaan yang sedang kacau ini, angin masih menyapu lembut kulit Elizabeth yang mulai kedinginan. Di kala ia menatap Sofia yang pergi dengan air mata itu, Elizabeth mematung.

"Bagaimana bisa aku mengejar dirimu yang seperti itu... Sofia?"

_______________

Karena Author sedamg sibuk belajar untuk lersiapan Ujian Masuk Perguruan Tinggi, waktu saya untuk menulis sedikit saya iris.

Demi masuk kampus yang diimpikan, Author memperbanyak waktu belajar daripada menulis.

Ya, jadi seorang penulis sebenarnya adalah impian dan cita-cita author, berharap karya saya bisa dikenal di kalangan banyak orang dan akhirnya saya bisa membuat novel dengan bentuk fisik. Karena itu, meskipun waktu yang dimiliki Author menjadi sedikit pun, di setiap harinya Authorbharus terus menulis dan menulis lagi. Kadang emang ingin menyerah katena lelah tapi saya pikir ini masih awal, karena itu Author terus menulis lagi dan lagi.

Jadi, karena saya sedang sibuk belajar buat masuk perkuliahan, Thor bakal update cuman hari selasa saja. Ah, tapi mungkin satu chapter semua bagiannya.

Yah do'akan saja semoga Author terus istiqomah buat nulisnya 😅.

Oke, thank you for read my story ^^

Jika kalian suka jangan lupa vote dan coment ya. Thank you and see you~

.
.
.
.
.
.
.
.
.

Up : Selasa, 3 Maret 2020

(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang