"Kau ingat aku, kan?"
"... Maaf, tapi saya tudak ingat."
Pria tua itu tersenyum kecil. "Gadis kecil yang membuat patung ular, kau ingat itu, kan?"
Sofia terkejut. Dia ingat sekarang. Dia pria yang membeli karya seninya saat Sofia masih kecil.
"Ah, saya ingat. Anda yang membeli patung buatan saya saat saya masih kecil."
"Iya, benar, itu adalah aku."
"Saya berterimakasih karena Anda telah membeli patung saya yang tidak sempurna itu. Saya merasa terhormat."
Sofia menundukkan kepalanya sedikit untuk memberi hormat.
"Ah, tidak perlu berlebihan seperti itu." ucapnya dengan ramah.
Patung kecil berbentuk ular yang tidak sempurna. Bahkan hampir tidak terbentuk sama sekali. Saat kecil, Sofia pernah mencoba membuat patung itu dengan tangannya sendiri. Lalu pria itu datang padanya dan membeli patung itu.
Sofia mengangkat kepalanya, dia ingin bertanya sesuatu. "Em, apa saya boleh tahu kenapa saat itu Anda ingin membeli patung saya?"
"Hm?"
Sofia menatapnya penasaran. Dia ingin tahu apa yang akan dijawab pria tua itu.
"Jika boleh jujur aku sebenarnya tidak tertarik pada patung buatanmu."
"... Eh?"
"Aku hanya tertarik dengan jawabanmu ketika aku bertanya kenapa kau membuat patung itu."
Sofia sedikit tercengang, "Memangnya saya mengatakan apa?"
"Kau tidak ingat? Kau mengatakan padaku bahwa kau membuat patung itu untuk keluargamu."
"Keluarga?"
"Ya. Lalu aku kembali bertanya, kenapa kau membentuk tanah itu menjadi ular bukannya binatang lain seperti beruang atau kelinci? Lalu jawabanmu sedikit mengagetkanku."
Sofia benar-benar tidak ingat apa yang terjadi dahulu. Dia tidak ingat apa yang dikatakannya pada pria tua itu. Dia hanya ingat bahwa dia memberikan patung itu padanya.
"Kau menjawab, 'Karena ular itu makhluk kecil, tapi meski mereka kecil mereka sangat kuat. Dan kupikir, keluargaku itu seperti ini.' itu yang kau jawab."
"..."
"Tapi aku pun mengatakan padamu, 'Tapi ular itu terkadang memakan anaknya sendiri untuk bertahan hidup.' Lalu dengan wajah yang tersenyum kau menjawab, 'Memangnya kenapa? Bukankah keluarga itu saling mengorbankan?' Jawaban itulah yang membuatku sangat tercengang."
Sofia mematung, sekarang dia ingat bagaimana kejadian itu. Sofia sudah mengingatnya dengan jelas ketika pria tua itu bertanya apa yang sedang dikerjakannya sampai di kalimat terakhirnya saat dia membeli patung buatannya itu. "Aku akan membeli patung itu, sepertinya keluargamu akan senang jika kau berhasil menghasilkan uang dari patungmu daripada memberikan patung itu pada mereka." itulah yang dikatan pria tua itu di masa lalu.
Sofia tercengang, dia seperti sedang menggambarkan keluarganya sendiri. Mungkin kakaknya juga mengusirnya karena tahu keadaan Sofia. Dia mengusirnya untuk keuntungannya. Jika Sofia masih menetap di rumahnya, sesuatu yang buruk mungkin akan terjadi pada Safira ataupun Rei.
Sofia menundukkan kepalanya lalu menghela napasnya perlahan. "Begitu, ya?" gumamnya.
"Kalau begitu, saya pamit dahulu." Lanjut Sofia.
"Ah, tunggu dulu. Sebenarnya kenapa kau ke sini?"
Sofia menegakkan kepalanya lalu menatapnya dengan ekspreai datar. "Tidak, saya hanya kebetulan berada di sini."
Setelah itu, Sofia membungkukkan badannya lalu pergi dari sana.
"... Rasanya aku sudah melihat orang yang berbeda dari 6 tahun lalu." gumam pria tua itu.
***
Sofia kembali berjalan, berkeliling entah kemana. Dia sebenarnya sedikit berharap bisa menemukan sesuatu yang membuatnya tertarik.
Sofia sudah lebih masuk ke dalam tempat yang luas itu, lalu dia menemukan segerombolan orang yang dirantai tak jauh darinya.
"Ah, aku tahu tempat ini. Ini di pasar gelap." gumam Sofia.
Dia melihat ke arah gerombilan orang-orang yang dirantai itu. Dia ingat dirinya yang dahulu dirantai seperti itu di jeruji besi yang mengurungnya sendirian.
"Dahulu maupun sekarang, aku memang menyedihkan."
Sofia menatap lesu para manusia itu. Mereka mengingatkannya pada dirinya di masa lalu. Dia ingin menyelamatkan mereka, tetapi ia tak punya cara apa-apa untuk menyelamatkan mereka.
Seorang laki-laki dengan mata berwarna hijau sedang berdiri berkacak pinggang di dekat para manusia yang dirantai itu. Awalnya dia hanya sedang memperhatikan mereka lalu matanya melihat ke arah lain, dia melihat Sofia yang tengah berdiri cukup jauh dari tempatnya. Dia mengenal sosok Sofia, karena itu dia langsung membelalak dan berlari mendekatinya.
Sofia menyadari laki-laki yang tengah berlari itu. Dia tahu laki-laki itu sedang berlari ke arahnya. Karena dia mulai sedikit panik dia berbalik dan mencoba lari darinya.
"Tunggu!" Teriak laki-laki itu.
Sofia tidak menjawab dia berjalan cepat di antara kerumunan orang-orang itu.
"Tunggu! Gadis berliontin ungu!" teriaknya lagi.
Sofia sadar itu panggilan untuknya, dia tidak berbalik maupun menjawabnya.
Lalu Sofia tidak sengaja menabrak orang lain. Dia seorang laki-laki berotot yang wajahnya terlihat masam. Ketika melihat wajahnya Sofia langsung meminta maaf.
"Apa-apaan raut wajah itu?"
Sofia tak berkutik, dia meraih kain jubahnya lalu menunduk sedikit ketakutan.
Lalu pria tadi yang mengikuti Sofia mencoba melindungi Sofia. Kini dia berdiri di depan Sofia.
"Dia orang baru di sini, bisakah kau memaafkannya kali ini saja?" Ucapnya mencoba merayu.
Pria berotot itu menatap tajam laki-laki itu, lalu dia berdecak sebal dan pergi dari sana.
Laki-laki itu langsung menghela napas kemudian meraih tangan Sofia dan menariknya dari sana.
"Aku benar-benar tidak percaya bisa bertemu denganmu."
Sofia melepaskan dengan paksa tangan yang digenggam laki-laki itu lalu menatapnya tajam. "Siapa kau? Kenapa kau bisa kenal aku?"
Laki-laki itu berdecak sebal, "Sudahlah, nanti aku jelaskan." lalu dia kembali menarik tangan Sofia namun Sofia kembali melepaskannya.
"Sudah kubilang siapa kau? Apa urusanmu denganku? Dan kenapa aku harus mengikutimu?"
Laki-laki itu kembali menarik Sofia lalu berbisik ke telinganya. "Turuti aku saja jika kau tidak mau dijual. Kau ini buronan terbesar di tempat ini, kau tahu itu?"
Sofia tercengang kaget. Laki-laki ini ternyata tahu tentang dirinya.
______________________
No coment.
See you~~ ^^
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Up : Selasa, 31 Mei 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END)
FantasyCerita tidak akan dilanjutkan Peringkat #3 cursed tgl 28/11/19 ~~~~~~~~~~~~~~~~~ Aku terbiasa sendiri. Terbiasa mengalah. Terbiasa tersenyum. Hariku selalu kulalui dengan penuh kerelaan. Hingga suatu hari, seseorang datang kepadaku dan mengakui bahw...