Chapter XVI (Bagian 1) : Bergabung

25 3 1
                                    

Di gang sempit di antar dua toko yang berhimpitan, Sofia mengeluarkan pedangnya lalu menunjukkannya pada Dita.

"Mereka bilang ini Pedang Kegelapan."

Wajah Dita terlihat semakin ceria. Dia senang dengan apa yang diucapkan Sofia.

"Benarkah? Hebat! Ini pertama kalinya aku memegang benda ini!" ucapnya begitu senang.

"Apa kau tahu tentang pedang ini?"

"Ya, aku sangat tahu. Pedang ini pedang milik Raja Iblis terdahulu. Pedang ini bisa membatalkan sihir apapun dan menangkal sihir apapun. Namun sayangnya siapapun yang memegang pedang ini mana-nya akan diserap dan kehidupannya pun akan diserap, dengan kata lain mati."

"Oh, begitu."

Setelah itu, Dita langsung meraba-raba pedang itu dengan senang, dia memuji setiap bentuknya seolah ini pertama kali ia melihat pedang itu.

"Apa ini pertama kalinya kau melihat benda ini?"

"Ya, aku baru pertama kali melihatnya. Sebenarnya pedang ini ada dalam buku, kau tahu? Apa kau pernah melihatnya?"

"Buku? Aku belum pernah membacanya."

"Kalau kau tidak tahu, itu menadakan kau buruk dalam membaca buku."

"Terserah apa katamu. Aku bahkan tidak tahu apa-apa tentang pedang itu tapi aku memang tidak sesenang dirimu meski pernah membaca dan melihat pedang itu dari sebuah buku. Aku memang tidak terlalu tertarik dengan ilmu pengetahuan persenjataan."

Dita menatap Sofia dengan sedikit senyum yang sedikit berbeda dan itu membuat Sofia sedikit tertegun dan kebingungan.

"Kau tidak menyadarinya, ya?"

"A-Apa?" Balas Sofia sedikit gugup.

"Mataku ini tidak bisa melihat dengan jelas."

Dita menyentuh wajah di bawah matanya, "Sejak kecil aku lahir dengan penglihatan yang tidak jelas. Apapun yang kulihat, semuanya terlihat kabur dan tidak berwarna. Tapi manaku membuatku bisa merasakan semua benda yang ada di sekelilingku, dan saat aku memegang benda itu, aku bisa mengenali bentuk dan warna yang dimiliki benda itu. Dan semakin aku belajar, setiap benda ternyata memiliki aura yang berbeda. Karena itu aku bisa tahu kau membawa benda unik seperti pedang ini."

Sofia kebingungan membalas ucapannya, "Be-Benarkah? Tapi kau benar-benar terlihat seperti bisa melihat."

"Yah, aku hanya sudah terbiasa dengan kekuatanku."

"Lalu... Tentang membaca buku?"

"Riu yang membacakannya untukku. Ngomong-ngomong Riu adalah orang yang kemarin juga kau temui."

"..."

Dita mengembalikan pedang yang dipinjamkan Sofia padanya dan Sofia langsung mengambilnya. Lalu Dita mulai bertanya kembali, "Ngomong-ngomong bagaimana kau bisa mendapatkan benda itu? Padahal pemiliknya sangat menjaga ketat pedang itu, tak ada satu pun penjahat yang bisa mengambilnya."

"Ya, aku hanya kebetulan memenangkan taruhan dari adu tangan."

"Adu tangan?"

"Ya, pemilik pedang ini mempertaruhkan pedang ini saat pertandingan adu tangan dan kebetulan aku memenangkannya."

Wajah Dita berubah heran sekaligus kaget, "Apa tidak apa-apa mendapatkan benda ini semudah itu?"

"Tidak apa-apa, lagipula ini salah pemiliknya karena menyombongkan diri seperti itu dengan mempertaruhkan hartanya yang berharga ini."

"..."

Dita berkacak pinggang dengan sebelah tangannya lalu melirik ke arah dimana orang-orang ramai berjalan.

"Lalu, sekarang apa yang akan kau lakukan? Kau pergi dari kota itu, kan? Apa kau akan kembali pada keluargamu?" Tanya Dita saat ia kembali melihat ke arah Sofia.

"Mana mungkin! Aku tidak mau pergi ke tempat itu lagi."

"Lalu, apa yang akan kau lakukan sekarang?"

Sofia menundukkan kepalanya, lalu menyender di tembok yang ada di belakangnya. "Aku sebenarnya ingin lebih mengetahui tentang kekuatan yang aku miliki. Aku juga ingin mengetahui asal usul keluargaku, aku ingin tahu apa yang terjadi pada mereka. Apa mereka masih hidup atau sudah mati."

Dita menyilangkan tangannya lalu ikut menyenderkan punggungnya ke tembok yang ada di belakangnya.

"Jika soal kekuatanmu mungkin hanya para petinggi yang tahu lebih banyak. Sebenarnya beberapa penjahat seperti kami pun pasti ada yang mengetahuinya. Yah, tapi yang manapun itu kau tetap sulit untuk mendapatkan informasi itu."

Sofia terdiam, tidak menjawab. Dia sedikit merenungkan dirinya sebelum akhirnya dia mencoba bertanya, "Hei, aku tahu mungkin ini tiba-tiba dan terasa tidak masuk akal."

"Hm?"

"Apa aku bisa masuk kelompok penjahatmu?"

_________________________

Ada yang nanya, apa cerita ini terispirasi dari cerita Black Clover?

Enggak kok. Malahan saya kaget pas tau ternyata Black Clover itu tokoh utamanya sama kayak cerita Author. Cerita ini terinspirasi sendiri sejak bertahun-tahun yang lalu. Ya, efek selalu nonton film wkwkwk

Oke... See you ^^

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Up : Kamis, 9 April 2020

(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang