Chapter VII (Bagian 3) : Harapan

40 5 0
                                    

Musim gugur sudah hampir menyambut musim dingin yang mulai akan datang. Semua orang di kota Farxia mulai sibuk menyiapkan persiapan musim dingin.

Tak lama lagi, akan diadakan sebuah festival untuk sesembahan pada Dewa kepercayaan mereka agar mereka bisa melewati musim dingin tanpa masalah.

Sembari juga berdo'a semoga peperangan tidak terjadi di wilayah mereka.

Kabarnya, Albert sudah pulang sejak 2 hari yang lalu. Sudah sekitar 5 bulan lamanya ia tidak pulang ke rumah bahkan saat musim panas.

Sikap Elizabeth pun mulai berubah belakangan ini. Sikap sombongnya perlahan mulai tidak terlihat, ia bahkan mulai selalu berjalan dengan anggun dan bersikap dengan elegan. Tata kramanya semakin baik, dia sudah terlihat seperti seorang bangsawan dari hari ke hari.

Sofia dan Alcott sedang berjalan di kala festival di kota akan dimulai, banyak pedagang yang berjualan di dekat alun-alun sebelum festival dimulai.

"Apa ada yang kau inginkan Sofia?" tanya Alcott.

"Tidak. Aku tidak menginginkan sesuatu. Melihat festival di kota ini saja sudah cukup buatku."

Albert hanya tersenyum lalu mengusap kepala Sofia dengan lembut dan itu berhasil membuat Sofia tersipu malu.

"Jangan lakukan itu! Aku bukan anak kecil!" ucap Sofia sembari menepis tangan Alcott yang mengusap kepalanya.

"Hahaha, iya, iya."

Alcott langsung berjalan dengan wajah tersenyum tanpa mempedulikan wajah Sofia yang mulai memerah.

Sofia menepuk-nepuk pipinya pelan, ia mencoba menyadarkan dirinya.

"Apa yang kupikirkan? Dia itu berumur 20 tahun, umurku terlalu jauh dengannya."

Sofia menarik napasnya lalu mulai mengikuti Alcott yang berjalan di depannya.

Sofia menikmati suasana di festival hari ini. Saat malam akan tiba, festival akan dimulai. Tinggal menghitung beberapa menit dari sekarang.

Kini, Sofia sedang duduk di pinggiran air mancur yang letaknya di tengah alun-alun. Ia duduk sendirian sembari menunggu Alcott yang pergi beberapa saat lalu. Alcott sedang membantu acara festival, dia jadi agak sibuk.

Sofia meniup tangannya yang mulai kedinginan. Mantel yang digunakannya memang menghangatkan tubuhnya, namun tanpa sarung tangan, tangannya tetap kedinginan.

Suara yang berisik dan orang-orang yang lewat tidak Sofia pedulikan. Ia bahkan tidak tahu sudah berapa orang yang sudah melewatinya.

Suara berisik dari semua orang terkalahkan oleh suara air mancur yang berada di belakang Sofia.

Saat ini, Sofia hanya mengharapkan Alcott agar segera kembali. Ia tidak ingin pergi ke sana saat Alcott tidak ada. Ia percaya Alcott akan segera datang menemuinya.

Hingga sosok sesorang yang sangat dia kenal tiba-tiba berada di hadapannya...

"Apa yang kau lakukan?"

Suara tanpa emosi itu berhasil membuat Sofia terbelalak. Ia malah bertemu dengan sosok laki-laki yang sudah lama ini tak ia lihat. Sosok yang dulunya terlihat lebih kekanak-kanakan kini terlihat berbeda.

Dia. Albert Robain.

Sofia merasakan karisma yang berbeda saat menatapnya setelah sekian lama. Aura yang berbeda dan dirinya yang berbeda. Hanya dalam 5 bulan, Albert benar-benar terlihat menjadi seseorang yang berbeda.

Wajah tenangnya benar-benar membuat seluruh diri Albert terlihat berbeda.

Sofia berdiri dari duduknya, mendekati Albert yang mulai terlihat sedikit meninggi lalu memperhatikannya lekat-lekat.

(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang