Chapter XVII (Bagian 2) : Pembantaian

24 2 0
                                    

Suara gaduh terdengar jelas di telinga Lily hingga mengganggu tidurnya. Awalnya dia membiarkan suara gaduh itu karena dia berpikir tidak akan terjadi apapun. Namun setelah mendengar suara benda yang pecah Lily langsung bangun dari tidurnya dan mulai sedikit panik.

Suara ketukan pintu yang keras muncul dibalik pintu kamar Lily.

“Lily! Cepat keluar!”

Setelah mendengar teriakan itu dengan cepat Lily membuka pintu kamarnya. “Ada apa?”

“Kita diserang! Kami butuh kekuatanmu!”

Mata Lily membelalak, tanpa berpikir panjang dia mengikuti gadis yang memanggilnya itu. Lily tidak tahu apa yang terjadi, tapi dia tahu situasi saat ini berbahaya.

Kenapa? Apa pihak Negara lain sudah tahu tentang ini? Seharusnya tidak ada yang ikut campur dari urusan ini.

Saat Lily turun dari kamarnya dia melihat kekacauan di tempatnya, ada orang yang tak dikenal dan kuat menghadapi para penyihir di tempat itu.

“Apa yang terjadi?” Tanya Lily pada seorang laki-laki yag sedang menyerang laki-laki berpakaian serba putih itu.

“Ada beberapa orang yang menyerang tempat ini. Aku tidak tahu mereka siapa.”

“... Guru dimana?”

“Di gereja. Dia mencoba melindungi semua buku yang kita tulis.”

Lily mengangguk mengerti lalu memegang bahu laki-laki itu, “Aku percayakan tempat ini padamu.”

Laki-laki itu mengangguk lalu Lily pergi dari tempat itu lewat arah lain. Dia berlari menuju gereja di dekat sana dan masuk ke sana. Dia langsung melihat gurunya yang terduduk pasrah dengan darah di kepalanya.

“Guru!” Lily berteriak.

Dita yang berdiri di depan pria tua itu melirik ke belakang, “Eh? Apa? Bala bantuan? Tapi bukankah ini terlalu telat?”

Pria tua itu melihat ke arah Lily dengan mata yang membelalak, “Lily? Apa yang kau lakukan di sini?”

“Guru! Apa kau tidak apa-apa?” Tanya Lily setelah berlari mendekatinya.

Lily melihat luka yang ada di kepala gurunya. Lily mulai panik. “Guru, aku akan menyembuhkanmu! Bertahanlah!”

Lily meletakkan tangannya di atas kepala gurunya tapi pria tua itu menepis tangan Lily. “Jangan sia-siakan kekuatanmu! Kau harus lari dari sini!”

“Tapi...“

“Hei, Nona tidakkah kau mengerti penjahatnya ada di depanmu?” Ucap Dita dengan mata yang terlihat dingin.

Lily melihat ke arah Dita berada, dia mengernyitkan dahinya. “Siapa kau? Kenapa kau bisa tahu tentang tempat ini? Apa tujuanmu datang ke sini?”

Dita mengedikkan bahunya, “Ya ampun. Apa kalian benar-benar berpikir rencana kalian tidak akan diketahui siapapun? Kalian sungguh ceroboh, seharusnya kalian tidak boleh percaya pada mulut manusia.”

Lily mengernyitkan dahinya, dia mulai kesal pada Dita.

“Guru, tenang saja aku akan menolongmu.”

“Jangan bodoh! Kau aset berharga untuk dunia ini. Jika semua ilmu pengetahuan yang kita dapatkan selama bertahun-tahun itu hancur atau hilang maka kau yang satu-satunya orang yang mengetahui semua ilmu itu harus hidup. Jika aku gagal kau harus melanjutkan usahaku.”

Lily menggelengkan kepalanya, “Guru, aku tidak bisa melakukannya! Mana mungkin aku bisa, kan?”

“Aku mempercayai semuanya padamu.”

(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang