Semua orang di kelas menatap Albert kaget, semuanya menganga ketika dengan tegasnya Albert mengatakan, "Pak Guru, hari ini aku menginap di rumahmu."
Kesan pertama semua orang setelah beberapa hari tidak melihat Albert adalah 'merepotkan'.
Alcott yang tidak mengerti maksud ucapan Albert menatapnya bingung. "Mm... Apa maksudmu Albert?"
"Akan kuperjelas. Aku kabur dari rumah."
Semua orang semakin menganga, wajah mereka menunjukkan pertama kalinya mereka melihat pangeran yang begitu bodoh.
Alcott mengusap kepalanya sedikit kasar, "Kenapa kau meninggalkan rumahmu yang nyaman begitu?"
"Jika aku sampai kabur begini berarti rumah itu tidak nyaman."
Wajah Alcott menunjukkan dirinya yang menahan amarahnya. Dia tidak menyangka akan terjadi hal seperti ini.
Elizabeth membuka kipasnya yang sedari tadi ia bawa, dan menghalangi mulutnya yang mulai berbicara dengan angkuh, "Memangnya apa salahnya Pak Guru?" katanya, "Bukankah sudah jadi kewajiban Anda untuk menolong dan mengajarkan hal yang benar pada seorang murid? Kali ini, Albert sedang kesusahan karena ketidaknyamanannya yang berada di rumah bukankah sebaiknya Anda menolongnya?"
"Soal seperti ini kau selalu menjadi duluan yang berpendapat."
Elizabeth tidak menjawab, dia hanya tersenyum seolah ucapannya memang sudah benar.
"Bukannya aku tidak mau, tapi jika kau tinggal di rumahku, kau mau tidur di mana?"
"Di sofamu. Pak Guru punya Sofa, kan?"
"Ah, Sofa itu sudah digunakan sebagai tempat tidurku." sambar Sofia.
Semua orang langsung terdiam. Wajah Elizabeth menunjukkan rasa kagetnya yang luar biasa.
"Tunggu... Kupikir... Kau... Tinggal di tempat... Yang kumuh... Atau rumah jelek seperti itu." Ucap Elizabeth terbata-bata.
"Aku tidak punya tempat tinggal, karena itu untuk sementara aku tinggal dulu di rumah Pak Guru Alcott."
"Kenapa bisa? Kalau begitu, aku juga ikut menginap di rumahmu Pak Guru."
"Ditolak." jawab Alcott dengan cepat.
"Kenapa?"
"Kenapa kau harus bertanya kenapa? Bukankah sudah jelas? Selain tidak ada tempat kau tidak ada alasan untuk tinggal di rumahku."
"Aku ada alasan."
"Dan apa itu?"
"Itu... Itu... " Elizabeth mulai kelihatan bingung, wajahnya sedikit memerah dan itu membuat Sofia terkesima. Ini pertama kali bagi Sofia melihat seseorang yang tiba-tiba berwajah merah seperti itu. "Itu karena Sofia adalah perempuan."
Untuk sesaat suasana menjadi hening. "Lalu?" kata Alcott.
"Pak Guru itu laki-laki dan Albert juga laki-laki. Sofia tinggal sendirian di sana. Bagaimana jika terjadi sesuatu?"
"Bukankah kau secara tidak langsung baru saja mengatakan kalau kau mempercayakan para murid kepadaku."
"Aku tidak berkata seperti itu."
"Oh, iya? Tapi dari ucapanmu sepertinya kau merujuk ke kalimat itu."
Elizabeth terlihat geram, dia seperti menyesali perbuatannya. "Kalau begitu, Sofia hari ini kau tinggal denganku."
"Aku menolak." jawab Sofia reflek.
"Kau kenapa?"
"Aku tidak mau tinggal dengan orang yang lebih merepotkan."
KAMU SEDANG MEMBACA
(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END)
FantasyCerita tidak akan dilanjutkan Peringkat #3 cursed tgl 28/11/19 ~~~~~~~~~~~~~~~~~ Aku terbiasa sendiri. Terbiasa mengalah. Terbiasa tersenyum. Hariku selalu kulalui dengan penuh kerelaan. Hingga suatu hari, seseorang datang kepadaku dan mengakui bahw...