Mata Sofia membulat, napasnya seperti tercekat dalam sesaat.
Edrick tersenyum, ia suka melihat ekspresi Sofia yang kaget seperti itu.
Sebenarnya, Edrick sudah tahu sejak lama bahwa Sofia berasal dari keluarga Akemi. Tanpa diketahui Sofia, Edrick sudah membaca ingatan Sofia sejak lama.
Edrick berjalan ke kanan dan ke kiri Sofia, "Karena aku menginginkannya bisakah kau membawanya?"
Sofia menunduk, ia menjawab dengan suara yang sedikit bergetar, "Maaf... Tidak bisa."
"Ha? Kenapa?"
Sofia tak menjawab, dia tidak punya alasan yang pasti untuk melawannya.
"Apa karena dia kakakmu?"
Sofia langsung berbalik ke arah Edrick dengan menunjukkan raut wajah yang bertanya 'bagaimana kau tahu itu?'.
Edrick hanya tersenyum, senyum kepuasan yang mengerikan untuk dilihat.
"Kau tahu Sofia, aku selalu suka dengan raut wajahmu yang selalu berubah-ubah. Aku cukup kaget ketika melihatmu tiba di sini saat pertama kalinya kau membunuh anak seusiamu. Pada hari itu, aku seperti melihat sebuah boneka yang hidup. Aku hanya melihat kehampaan di dalam hatimu dan lebih buruknya lagi kau bahkan tidak tahu tujuanmu. Sungguh, menyedihkan bukan? Aku kasihan padamu."
Sofia mengepal tangannya, ia mendengus kesal. Ia tidak suka dikasihani. Ia pun sudah muak terus berada di tempat ini.
"Sudah cukup! Aku tidak ingin seperti ini lagi."
Sofia langsung melompat dari kursinya dan mengarahkan pisau yang ia sembunyikan tepat ke arah jantung Edrick. Edrick yang bisa melihat jelas apa yang akan dilakukan Sofia berhasil menghindar dan langsung menarik lengan Sofia yang sedang memegang pisau itu.
Edrock menatap Sofia dingin, "Apa kau lupa? Saat kau sedang menyerang seseorang kau tidak boleh terbawa emosi seperti ini."
Gigi Sofia menggertak, wajahnya menunjukkan ekspresi marah yang sangat besar. Entah sejak kapan Sofia mulai berani melakukan hal seperti ini, dirinya pun tidak tahu.
Edrick menendang Sofia sampai terhempas ke tembok. Tendangan yang cukup keras hingga membuat Sofia sangat kesakitan.
"Lemah." Edrick perlahan berjalan mendekati Sofia. "Lemah seperti ini kau betani menentangku? Bahkan kau sudah berani menyakiti pemilikmu ini. Kau lupa ya siapa yang menyelamatkanmu?"
Sofia tersenyum kecil, "Aku tidak pernah merasa diselamatkan olehmu." balas Sofia dengan keadaan masih menahan rasa sakitnya.
Edrick yang sudah berada di dekat Sofia menendangnya dengan keras, ia langsung menarik kepalanya kuat-kuat hingga Sofia menatap
"Kenapa kau masih peduli dengan kakakmu?"
"Sudah tentu bukan? Dia adalah keliargaku."
Edrick masih menatap Sofia dingin, "Lalu kakakmu? Apa dia menganggapmu keluarga?"
Untuk sesaat Sofia terdiam. Dia ingat perlakuan kakaknya padanya. Jika dipikir-pikir lagi, Sofia tidak menemukan info tentang seseorang yang mencari dirinya. Padahal ia sudah banyak berkeliling kota namun tak satu pun dari kota-kota itu Sofia menemukan poster ataupun pengumuman tentang anak yang hilang dari keluarga Akemi. Tak ada pengumuman apapun tentang dirinya yang hilang.
Sofia sedikit bergumam, "Memangnya kau tahu apa soal dia?"
"Jika dia menganggapmu keluarga dia tidak mungkin menelantarkanmu, kan?"
Sofia tak bergeming. Ia tidak bisa melawan ucapan Edrick.
"Sadarlah Sofia, hanya aku yang menginginkanmu. Untuk dunia ini, kau sama sekali tidak dibutuhkan, hanya aku yang membutuhkanmu."
Aku tahu, hanya kau yang menginginkanku. Hanya kau yang bisa membuatku berguna untukmu. Tapi ini menyakitkan karena ini bukan hal yang aku inginkan.
"Sofia, keluarga Akemi itu keluarga terkutuk. Lihat saja dirimu, tak memiliki sihir adalah kutukan. Kau maupun kakakmu bagiku sama saja, kakian sama-sama dikutuk. Jadi Sofia, diam dan menurut saja padaku."
Sofia masih terdiam, ia sudah putus asa dengan pilihannya. Jika dia tak memiliki sihir, bertahan hidup di dunia ini pun rasanya percuma. Ia sudah tidak memiliki masa depan.
"Karena itu Sofia, aku akan menghapus ingatanmu."
Ah, kupikir itu bukan pilihan yang buruk.
"Jadi Sofia... Mulai saat ini kau sepenuhnya hanya akan menjadi bonekaku. Aku akan jadi orang tua baru untukmu."
Kurasa ini pilihan yang lebih baik. Aku menyerah dengan kehidupan ini.
"Jadi Sofia, dengan begitu kau bisa membunuh atau menyerang kakakmu dengan mudah."
Kakak? Haruskah aku tidak peduli dengannya lagi? Apa aku membencinya? Ditelantarkan seperti ini sungguh menyakitkan. Sebenarnya kenapa... Kenapa dia berbuat seperti ini? Apakah aku menyedihkan di matanya?
"Sofia... Ucapkan selamat tinggal pada dirimu saat ini, lalu ucapkan selamat datang pada dirimu yang baru."
Benar. Diriku yang seperti ini tidak diinginkan orang-orang.
Diriku ini terlalu menyedihkan untuk tetap bertahan hidup. Orang-orang di sekitarku yang menyukaiku hanya senang karena aku berbaik hati pada mereka. Paman maupun kakak, mereka sepertinya sudah tidak peduli padaku. Bahkan semua orang di panti... Semuanya... Mereka sangat membenciku. Kenapa... Semuanya...
Sesosok wanita dengan senyum yang ramah terlintas di pikiran Sofia. Selama ini, ia bisa bertahan hidup di panti karena kedatangannya yang memberikan kehangatan pada kehidupannya di sana.
Sofia tiba-tiba meneteskan air matanya, penyesalan yang besar mengalir ke seluruh tubuhnya, ia ingin marah dengan apa yang terjadi di kehidupannya. Marah pada kakaknya, pada orang-orang di oanti asuhan, dan pada Edrick yang menginginkannya dengan paksa. Ia sangat kesal hingga tak bisa berbuat apa-apa, kemarahan yang mengalir dalam dirinya membuatnya mengeluarkan air matanya dengan tiba-tiba.
Sofia pun bergumam, "Lily, maafkan aku."
Sofia lepas dari genggaman Edrick. Ia pun langsung duduk dan heran dengan apa yang terjadi.
Ingatannya belum hilang, ia masih mengingat segalanya.
Sofia mengangkat kepalanya dan mencoba melihat Edrick yang tengah berdiri di depannya.
Ia melihat Edrick dengan keadaan tertusuk tepat di jantungnya.
Ia tertusuk oleh bayangan hitam yang mengeluarkan aura aneh di sekitarnya.
"Sofia... " Edrick mencoba berbuvara dengan ekspresi marah. "Bagaimana bisa kau menggunakan sihir tanpa mana?"
Sesaat Sofia diam dan kebingungan. "Ha?"
______________________
Rencananya mau update 3 chapter. Tunggu 1 chapter lagi yaa~
Bentar lagi soalnya nyampe ke pertengahan klimaks, jadi mau dipublish aja sampe situ :v
Btw maaf ya ceritanya masih serius, belum saya sisipkan unsur comedy nya, tunggu sampe chapter 5 ya, di situ insyaallah bakal mulai gak terlalu serius. Do'akan dan support saya saja ya semoga inspirasi terus mengalir sampe akhir nanti, aamiin...
Terimakasih sudah membaca, jangan lupa vote dan coment ya jika kalian suka ceritanya.
Thank you ^^
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Up : Selasa, 21 Januari 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
(Book 1)Invisible Sin : The Girl Who Was Cursed (END)
FantasyCerita tidak akan dilanjutkan Peringkat #3 cursed tgl 28/11/19 ~~~~~~~~~~~~~~~~~ Aku terbiasa sendiri. Terbiasa mengalah. Terbiasa tersenyum. Hariku selalu kulalui dengan penuh kerelaan. Hingga suatu hari, seseorang datang kepadaku dan mengakui bahw...