Semilir angin menerpa wajah dan tubuhnya, membuat rambut nya yang terurai panjang berkibaran, duduk di balkon kamar nya merupakan kebiasaan yang menurutnya sangat menyenangkan. Ia bisa menikmati segala nya sendiri, ia bisa relax dan menyendiri jika ia ingin.
Kulit nya terasa dingin akibat angin malam, saat ini ia hanya mengenakan hot pant dan celana pendek setengah paha nya, gadis itu Alea.
Tubuhnya tak ingin beranjak sedikitpun dari tempat yang ia duduki sekarang, rasa dingin yang ia rasakan tergantikan dengan rasa khawatir nya sejak siang tadi. Hanya tinggal beberapa hari lagi orang taunya akan pulang, untuk waktu yang lama, ia yakin itu.
Untuk itu Alea harus bersiap jika ia merindukan kamar dan suasana balkon kamarnya karena jika orang tua di rumah maka ia yang akan pergi, entah menginap di rumah Lemy atau Keira, yang jelas tidak satu rumah dengan orang tua nya.
Sejak delapan tahun lalu Lemy dan Keira adalah tempat nya bersandar dan mengeluh akan masalah yang ia hadapi.
Dua tahun sebelum mengenal Lemy dan Keira ia beberapa kali tinggal di rumah bibi dan pihak ayahnya, sejak saat Alea mengetahui fakta itu ia sering di perlakukan kasar, baik secara fisik ataupun mental, untung saja bibinya berbaik hati menolong nya berkali-kali dan membawanya menginap di rumah bibinya itu untuk beberapa hari.
Alea tidak masalah akan sakit fisik yang orang tua nya berikan tapi sakit mentalnya tidak. Si gadis lugu dengan segala kepolosannya hilang begitu saja, Alea jadi pendiam, angkuh, sombong, dan tak tersentuh. Ia trauma hingga pernah di bawa konsultasi ke psikologi oleh bibi nya, jiwa nya terganggu.
Bahkan sampai saat ini trauma itu belum sepenuhnya hilang, ia harus mengonsumsi obat-obatan dan pil penenang jika dirasa gangguan itu kembali.
Drttt.. drttt... drttt...
Ia menoleh menatap handphone yang yang bergetar, lamunan nya seketika buyar. Disana tertera nama salah satu sahabat kekasihnya, Nevan, tanpa pikir panjang ia langsung mengangkatnya.
"Hallo"
"Hallo Al, Lo masih jalan gak sama Lemy sama Keira?"
Alea hanya diam, ia bingung harus menjawab apa. Jika ia katakan tidak maka Nevan pasti akan mencercanya dengan berbagai pertanyaan karena berbohong.
"Al woy! Lo masih disana kan?" Nevan berucap kembali dari sebrang telepon.
"Masih van, kenapa?"
"Yahh padahal tadi nya gue mau ngajak Lo ke club bareng"
"Lain kali aja ya" ucapnya tidak semangat, Alea benar-benar malas menjawab telepon itu.
"Oke deh gak apa-apa have fun ya"
"Too"
Setelahnya Alea langsung mematikan telpon itu, sejenak ia memikirkan Rasgan tadi, ia ingin bertanya pada Nevan apa kekasihnya juga ikut ke club bersama mereka tapi ia gengsi, lagipula ia sedang malas berlama-lama bicara dengan orang lain saat ini.
Dengan posisi tangan yang masih memegang handphone di tangan nya Alea berdiri dan masuk ke dalam kamar nya, ia meletakan handphone itu di atas nakas sebelah tempat tidurnya.
Meletakkan bokong nya di sisi tempat tidur, mengehela nafas sebentar lalu membaringkan tubuhnya. Hari ia merasa lelah meskipun tidak melakukan kegiatan yang menguras tenaga, mungkin efek bebas giliran yang ia rasakan sekarang.
Ia menerawang menatap langit-langit kamarnya, "Rasgan lagi apa ya?" Gumam nya, malam ini ia memutuskan tidak melakukan kebiasaanya, yaitu mengirim pesan dan menelpon kekasihnya. Malam ini ia akan tidur cepat, hanya itu yang ia butuhkan.
![](https://img.wattpad.com/cover/206685900-288-k444456.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool and Problem
Romansa⚠️17+ [ warning: mengandung kata kasar & mature content ] typo bertebaran! HALLO AKU OPEN ALUR YA SOAONYA UDAH MENTOK MAU DILANJUT KAYA GIMANA, YANG MAU REQUEST ALUR BOLEH DM INSTAGRAM AKU @shitwomennn supaya cerita ini cepet END. "aku akan sangat...