part 13

5.6K 171 1
                                    


Nomor yang anda tuju tidak dapat di hubungi, cobalah beberapa saat lagi.

Sial!

Kenapa di saat-saat seperti ini mobil nya malah mogok, di jalan sepi pula. Berkali-kali mencoba menghubungi Dipta tapi tidak di angkat, tidak mungkin juga ia menelpon Lemy atau Keira.

Sekarang ia harus bagaimana? Sejak tadi tidak ada mobil ataupun motor yang lewat di jalan ini, padahal ini masih siang, seharusnya motor dan mobil banyak yang berlalu-lalang. Ini salah nya, coba jika ia tidak ingin cepat-cepat sampai di tongkrongan Dipta dengan melewati jalan sepi pasti sekarang mobil nya sudah di tangani.

Mobil nya mogok karena bensin habis, ia lupa mengisi nya tadi pagi.

Terpaksa ia menunggu adanya kendaraan yang lewat, ia menunggu di samping mobil nya sambil bersandar. Ia masih berusaha menghubungi Dipta, namun kesialan nya bertambah saat baterai ponsel nya habis.

Ia memejamkan matanya sambil masih Bersender di bagian sisi mobilnya.

"Alea" panggilan seseorang membuatnya berdiri tegak dan membuka matanya.

"Ben" yang di hadapan Alea adalah Ben, teman Dipta.

"Ngapain disini?"

"Mobil gue mogok, bensin nya abis"

"Ya ampun kok bisa?"Ben turun dari sepeda motor nya dan melepas helm nya.

"Ya gitu deh"

"Mau gue anter balik aja?"

"Eh gak usah lagian gue bukan mau pulang kok, mau ke tempat lain dulu"

"Terus sekarang Lo mau kemana?"

"Tongkrongannya Dipta, niat nya mau minta jemput dia tapi gak di angkat-angkat, sekarang baterai nya abis" Alea menunjukan ponsel nya yang mati total.

"Kebetulan banget, gue juga mau kesana. Mau bareng?" Ya, Ben memang berniat pergi ke tongkrongan nya.

"Gak ngerepotin?"

"Enggak lah kan tujuan kita sama, tapi mobil Lo gimana?"

"Gampang, ntar gue minta aja sama Dipta telponin montir" cengiran nya di balas senyuman oleh Ben.

Ben memakai helm nya kembali naik naik ke sepeda motornya, dan meminta Alea menaiki jok belakangan motor nya. Tapi Alea hanya diam, tidak menunjukan tanda-tanda ia akan menaiki motor tersebut.

"Ayo naik Al, kok diem aja?" Ben bingung, Alea tak kunjung menaiki motornya setelah Alea mengambil tas nya di mobil tadi.

"Rok gue pendek Ben"

Oh, jadi karena itu Alea tidak naik. Ben melepas jaket yang melekat di tubuhnya, menyerahkannya pada Alea, "pake, tutupin paha Lo yang putih mulus itu"

Pipi Alea memerah, "ish rese" ia malu akan ucapan Ben yang menurutnya vulgar itu, Ia pun naik dan meletakan jaket itu pinggang nya.

Ben tertawa melihat wajah Alea yang memerah, ia melajukan kendaraannya dengan kecepatan normal, tidak kencang dan tidak lambat. Jalanan juga cukup lenggang jadi mereka tidak berdesak-desakan dengan para pengendara lainnya.

Mereka sampai di warung tempat Dipta dan teman-temannya kumpul dan nongkrong.

Dipta yang melihat Ben dan Alea turun dari motor yang sama menyunggingkan senyumnya, tidak ada yang tahu arti dari senyum itu, yang jelas Dipta makin melebarkan senyumnya ketika mereka semakin dekat ke arah Dipta.

"Babu, hp Lo kenapa sih kok gue telpon gak di angkat?" Alea bergelayut manja pada sepupu yang sudah beberapa hari tak di temuinya itu.

"Lowbatt princess, masih gue Cass" balas Dipta sambil mengusap-usap kelapa Alea, "kok Lo sama Ben bisa bareng? Mobil Lo mana?"

"Mobil gue mogok, terus gak sengaja ketemu Ben di jalan, dia nawarin gue balik bareng awalnya tapi gue bilang mau ke tongkrongan Lo, eh ternyata tujuannya sama. Yaudah bareng aja mobil nya gue tinggal"

"Owh yaudah ntar gue telpon montir buat meriksa mobil Lo dan bawa balik ke rumah Lemy"

"Masih ada manusia lain woy" sindir Irham yang jengah di abaikan.

"Ganggu aja Lo" sambar Ben menoyor kepala Irham.

"Thanks ya bro" ucap Dipta pada Ben yang di angguki oleh Ben, "sama-sama"








****









"Kurang ajar!" Dipta tak lagi dapat menahan amarahnya begitu mendengar cerita Alea tentang apa yang ia alami tadi siang.

Sekarang Alea dan Dipta berada di tempat makan langganan mereka, area pinggir jalan dekat sekolah mereka.

Setelah mengobrol beberapa menit dengan teman-teman Dipta, Alea meminta pergi dari tempat itu. Rencana awal nya memang ia ingin menghampiri Dipta di tongkrongan nya untuk memulai sesi curhat nya dengan pria itu, tapi tentu saja tidak di tempat itu.

Alea berusaha mati-matian menahan air mata nya agar tidak turun, ia tidak akan membiarkan orang lain tahu sisi lemahnya, pada Dipta sekalipun. Tidak akan!

Hanya Dipta yang muncul di otak nya ketika ia berfikir bahwa ia butuh tempat cerita, Dipta paham akan dirinya, paham akan kondisinya, dan paham akan kerapuhannya. Dipta tahu kelemahan nya tapi Dipta tidak pernah memaksa Alea untuk menunjukan hal itu di depannya. Ia membiarkan Alea dengan tameng angkuh dsn sombongnya, ia biarkan Alea dengan sifat buruk nya, sebab ia tahu itu bukan Alea yang sebenarnya.

"Dia pikir dia siapa hah? Biar gue kasih pelajaran dia Sav" Dipta hendak berdiri namun di tahan oleh Alea.

"Enggak dip, plisss jangan" mohon nya agar Dipta tidak menambah rumit suasana.

"Trus Lo mau diem aja? Iya?" Tanya nya dengan sedikit teriak.

Dipta tidak habis fikir, apa yang ada di fikiran sepupunya itu, jelas-jelas Rasgan menyakitinya berkali-kali tapi ia tetap saja memaafkannya, Alea memang tidak pernah mengatakan ia ingin putus tapi berkali-kali ia datang pada Dipta untuk membagi kesakitan ya mengenai pria itu.

Itu sebab nya ia biarkan Ben mendekati Alea dengan harapan Alea melupakan Edgar dan memulai cerita barunya dengan orang lain.

"Gue cuma butuh Lo denger keluh kesah gue, bukan buat hajar cowok gue" ucap Alea dengan sedikit emosi.

"Cowok Lo? Cowok macem apa yang berkali-kali nyakitin ceweknya tanpa rasa bersalah sedikitpun"

"Dip, jangan nambah rumit suasana sekarang. Cukup Rasgan aja yang bikin gue kaya gini, jangan Lo. Dengan Lo ngasih pelajaran ke Rssgan itu sama aja Lo bikin sakit gue nambah berkali-kali lipat" kali ini suaranya terdengar seperti permohonan, Alea berkata lirih sambil menunduk.

"Plisss dip" lanjutnya masih dengan nada lirih.

Ia tidak mungkin tega melihat Rasgan babak belur akibat ulah Dipta, ia masih menyayangi pria itu tanpa sedikitpun berkurang, ia hanya kecewa dan butuh menenangkan fikiran nya.

"Princess gue gak mau Lo di sakitin dia terus-terusan, itu aja. Oke kalo emang Lo gak mau gue kasih dia pelajaran" Dipta menjeda ucapannya sebentar, "tapi inget kalo sekali lagi Lo ngadu ke gue soal dia, jangan salahin gue kalo dia berakhir di rumah sakit"

Dipeluknya Alea untuk menyalurkan rasa sayangnya itu, Alea termasuk salah satu wanita yang paling berharga di hidupnya, setelah ibu dan adik perempuannya. Sakit yang Alea rasakan ia rasakan juga, jadi ia tidak ingin Alea merasakan sakit.

"Jahat" Alea memukul dada bidang Dipta di sela-sela pelukan mereka.

Dipta terkekeh, " awwhh, sakit dodol. Ntar kalo gue masuk rumah sakit gimana?" Ia pura-pura kesakitan sambil memegang dada yang di pukul Alea tadi yang bahkan tidak menimbulkan efek apa-apa.

"Lebay Lo babu" jawab Alea ikut terkekeh.

"Mau langsung balik atau makan dulu?" Tanya Dipta setelah melepas pelukan mereka.

"Makan dulu lah, cacing di perut gue udah demo"

Kedua nya tertawa, Alea tertawa tulus. Seakan ia lupa akan kekecewaannya pada sang kekasih yang entah di mana ia berada sekarang.











Cool and ProblemTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang