Alur cerita ini bakal ngalir kayak aliran sungai Han, ngga bakal banyak teori sulit bagi kalian yang ngga suka dibuat pusing sama alur cerita yang banyak teorinya.
Jadi? Kalian vote keberapa nih my?
Dapet cinta dari Jimin dan Akuuuu hehehhh
Jangan lupa vote dan komen:)
Mari berantas para sider hehe, ngga ko canda, bebas kalian mau vote atau ngga, tapi aku maksa! Hehe
Bantu aku koreksi cerita ini sama-sama okeee
Happy readingg armydeul
.
.
.
"Yah? Bu? Sekolah aku gimana? Aku baru kelas 1 SMA sekarang," tanya si gadis dengan air mata yang menggenang dipelupuk matanya yang ia yakini sebentar lagi siap untuk jatuh.
Ayah dan ibunya bungkam, mereka tidak bisa menjawab. Sebuah kesepakatan masa lalu jelas harus tetap dilakukan, apapun keadaannya.
"Jawab aku ayah! Ibu! Hiks kalian jahat!" ucap gadis itu lalu berlari naik tangga menuju kamarnya, kesal dan marah bercampur menjadi balutan emosi yang sangat memuakkan.
Blamm!!
Pintu kamarnya tertutup kencang membuat suara yang memekakkan telinga sekaligus membuat dua orang yang tengah duduk di kursi itu terlonjak kaget.
Gadis itu sendiri tahu jika tindakan yang ia lakukan sudah kelewatan, hanya saja ia benar-benar dalam kondisi yang jauh dari kata baik-baik saja.
Wanita itu memeluk suaminya kalut. "Apa ini pilihan yang benar? Hiks, aku tidak bisa melihat putri semata wayangku menangis seperti itu," ucap wanita itu sambil terisak pilu.
Sedangkan sang suami mengelus surai istrinya dan mendekapnya erat berusaha menenangkan sang istri
"Tidak ada yang bisa kita lakukan atau di ubah, semuanya sudah diatur. Lagipula kau sendiri mengenal siapa calon menantumu," jawab sang suami.
Wanita itu melepas pelukannya dan menatap kearah sang suami. "Aku tidak lupa, dan aku akan merestui mereka jika saja putri kita sudah sanggup dengan ini," ucap sang istri. "Berdoalah, semoga semuanya akan baik-baik saja," ucap sang suami.
Sementara kini, seorang gadis tengah menangis di dalam kamarnya yang kedap suara. Meraung keras tak terima dengan apa yang akan terjadi. Menangisi nasibnya yang tidak baik.
Semuanya kacau, gadis ini hanya ingin menikmati masa mudanya tanpa terikat dengan sebuah ikatan yang tidak akan mungkin bisa membebaskannya. Ikatan sakral yang tidak bisa dijalani dengan seenaknya.
Dia hanya ingin menghabiskan masa remajanya yang tidak akan terulang dua kali. Sungguh! Dia tidak siap untuk menjalani pernikahan dengan usianya yang baru saja 16 tahun. Kenyataan macam apa ini? Membiarkan gadis berusia 16 tahun memasuki fase rumah tangga? Dunia dan seisinya benar-benar kejam.
Tidak bisakah tuhan tidak memberinya takdir seperti ini? Kenapa dia dengan tega memberinya takdir yang sama sekali tidak terpikir oleh dirinya?
Gadis itu menjambak rambutnya kesal dan memukul-mukul kasurnya. Dadanya terasa sesak, bahkan sangat sesak hingga ia merasa sulit bernapas. Gadis itu mencoba meraup pasokan udara sebanyak mungkin untuk mengisi kembali rongga dadanya. Dirinya juga tidak mau mati konyol, dimana seorang gadis di temukan tewas karena kehabisan nafas dikamarnya sendiri.
Perlahan dia sudah sedikit tenang, meski air matanya masih mengalir dipipinya. Dia memikirkan masa depannya yang sedang diombang-ambing oleh takdir.
.
.
.
Pagi itu adalah hari terakhir gadis itu bersekolah. Dia akan pindah ke Korea karena suaminya memang berasal dari sana. Bebannya semakin bertambah mengingat dia akan hidup jauh dari orangtuanya. Apalagi diusianya yang masih sangat belia dan harus tinggal berjauhan dengan kedua orangtuanya.
Gadis itu melangkahkan kakinya gontai menuju kelas yang berada di lantai dua. Dia harus menaiki anak tangga yang terasa lebih banyak dari biasanya. Tangan kanannya memegang pegangan tangga erat lalu melangkah menapaki anak tangga satu persatu.
Setelah sampai di kelasnya, ia langsung menuju tempat duduknya dan menenggelamkan kepalanya di atas meja dengan kedua tangan yang menopang dagu agar wajahnya tidak mencium permukaan meja.
Teman? Jangan tanyakan dimana mereka. Seperti kebanyakan naskah drama, si gadis memang tak memiliki teman. Bukan karena fisik atau materi, hanya saja teman-temannya tidak tulus ingin berteman dengan dirinya. Dia tidak terlalu menginginkan mereka ada dalam hidupnya. Tidak penting.
Jam pelajaran dimulai dengan kelas pak Handoko. Pelajaran matematika adalah pelajaran yang sangat diminati oleh gadis ini. Cara penyampaian belajar pak Handoko berbeda dengan guru mapel yang lain.
Beliau punya sistem dimana anak-anak wajib bertanya tentang pelajaran yang disampaikan. Penuturan dan penjelasan yang dia rincikan dengan jelas menjadi alasan kenapa banyak siswa menginginkan pak Handoko sebagai guru mapel matematika dikelasnya.
.
.
.
Sudah tujuh menit yang lalu bel pulang berbunyi. Tapi gadis ini seakan enggan untuk beranjak dari kursinya. Matanya sibuk meniti apapun yang bisa dia lihat. Sampai akhirnya dering ponselnya mengalihkan perhatiannya.
Melihat ponselnya yang bergetar dan menampilkan nama "Mang Joko" dilayar membuat gadis itu mau tak mau harus mengangkat teleponnya. Mang Joko itu supir antar jemput gadis itu ketika gadis itu akan berangkat sekolah dan pulang sekolah.
"Iya mang, mamang tunggu sebentar, Raisya bentar lagi keluar," ucap Raisya. Gadis itu mematikan teleponnya dan berjalan keluar dari kelas dengan matanya yang berkeliling menatap sekolahnya.
Rasanya Raisya sudah tidak sanggup. Dia memilih berlari keluar gerbang dan langsung masuk kedalam mobil tanpa bicara sedikitpun.
Mang Joko yang mengerti keadaan majikannya memilih langsung meninggalkan pekarangan sekolah dan mengendarai mobilnya kembali ke rumah.
.
.
.
"Sayang makan dulu sini! " ucap ibunya yang sedang menyiapkan makan siang untuknya. Ayahnya tidak ada karena masih bekerja di kantornya.
Raisya menggeleng tanda menolak tawaran ibunya. Dia lapar tentu saja, tapi rasa lapar itu kalah dengan rasa kecewanya pada ibunya sendiri.
"Nanti saja ma, aku mau kekamar." Raisya meniti anak tangga dan membuka pintu kamarnya yang sedikit berantakan. Kembali menutup kenop pintu dan langsung merebahkan dirinya diatas kasur empuk pujaan hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMS ✴PJM✔
Fanfiction[C O M P L E T E] Judul lama : MY UNDERSTANDING WIFE Second story By: Jim_Noona [Beberapa chapter di private. Follow akun terlebih dahulu untuk kenyamanan membaca] Menikah bukan perihal mudah untuk gadis 16 tahun. Tapi jika dalam diri sudah tertanam...