14. Cold

3.5K 336 6
                                    

"Raisya? Kau mau menemaniku untuk menjadi ketua organisasi sekolah? " tanya Jungkook. Mereka berada di taman sekolah dengan beberapa buku yang menyempil di kedua tangan mereka.

Raisya terdiam dan menoleh pada Jungkook, "Ketua organisasi? Maksudmu? " tanya Raisya masih belum paham. "Aku ingin mencalonkan menjadi ketua organisasi dan aku ingin mengajakmu untuk menjadi wakil diriku. Bagaimana? Kau mau? " tanya Jungkook berharap.

"Kenapa kau memilih diriku?" tanya Raisya lagi. Dia harus tau alasan kenapa pria gigi kelinci itu malah mengajaknya. "Karena yang kulihat kau memiliki potensi yang bagus," jawab Jungkook.

"Tapi-" kata-kata Raisya terpotong oleh Jungkook, "Besok aku akan mendaftar dan siapkan saja dirimu! Malam nanti aku akan mengirimimu pesan untuk mendiskusikan apa visi misi yang akan kita buat."

Tanpa permisi, Jungkook pergi meninggalkan Raisya dengan segala pertanyaan. Gadis itu hanya menghela napasnya dan kembali fokus pada buku yang tebalnya sudah seperti buku mantra Harry Potter.

.

.

Raisya dan Jimin tengah duduk di ruang TV. Mereka sedang tidak ada pekerjaan yang harus di lakukan. Jimin memaksa Raisya agar gadis itu mau duduk di pangkuannya. Raisya terus menolak sampai akhirnya gadis itu lelah dan pasrah ketika dirinya harus duduk di pangkuan Jimin.

"Oppa menyebalkan! " kesal Raisya masih dengan mempautkan bibirnya kesal. Jimin hanya terkekeh karena tingkah gadisnya yang masih seperti anak kecil, walau memang pada kenyataannya Raisya masih kecil.

"Apa salahnya menuruti keinginan suami? " tanya Jimin menggoda Raisya dengan meniup telinganya membuat gadis itu meremang geli.

"Jangan meniup telingaku! Itu geli! " ucapnya sambil menutup kedua daun telinganya dengan kedua telapak tangan. Lagi-lagi Jimin terkekeh dan pria itu langsung memeluk Raisya dari belakang.

Raisya hanya bisa bernafas jengah. Dia kesal karena Jimin sering menggodanya. Tidak dilarang memang, hanya saja sedikit tidak baik untuk kesehatan jantungnya yang selalu senam aerobik dengan kecepatan 3x lipat di dalam sana.

"Kau mau berjalan-jalan tidak? " tanya Jimin. Raisya menolehkan kepalanya kebelakang agar bisa melihat sosok Jimin "Eodigayo? " tanya Raisya. Ini masih jam 7 malam, jika berjalan-jalan malam ini masih cocok.

"Kemana saja," ucap Jimin sambil melepaskan pelukannya dan mengangkat Raisya agar gadis itu menghadap kearahnya. Saking ringannya berat badan Raisya hingga Jimin hanya perlu mengangkat tubuhnya sedikit dan Raisya sudah berbalik.

"Apa aku tidak berat? Rasanya oppa dengan mudahnya membalikkan diriku," tanya Raisya. Pasalnya gadis itu terkejut ketika tubuhnya tiba-tiba berbalik.

"Tidak, kau harus makan lebih banyak. Jangan sampai aku masuk majalah dan dikabarkan tidak memberi makan gadis SMA hingga kurus kerontang," ledek Jimin. Raisya bangkit dari tubuh Jimin.

"Sudah ah, jadi tidak jalan-jalannya? " tanya Raisya. Jimin mengangguk dan mengajak Raisya untuk mengganti pakaian yang lebih tebal karena di luar cuaca lumayan dingin.

Jimin mengenakan hoodie berwarna biru tua dipadukan dengan celana training putih dengan garis oranye di samping jahitan celana. Sedangkan Raisya mengenalan Hoodie berwarna pink pastel yang dipadukan dengan celana training berwarna putih polos.

Jimin dan Raisya tengah berjalan kaki menapaki jalan setapak yang masih ramai. Banyak masyarakat yang baru saja selesai dari pekerjaannya, atau pulang main bahkan hanya sekedar berjalan-jalan untuk menghirup udara malam.

Jimin menggenggam tangan Raisya dan memasukkannya kedalam kantung Hoodie yang dikenakannya. Sementara Raisya, gadis itu acuh sambil matanya mengitari ada apa saja disini. Gadis itu sengaja tidak membawa ponselnya agar acara jalan-jalannya tidak terusik.

Pandangannya tertuju pada toko boneka. Gadis itu langsung menarik Jimin untuk mengunjungi toko tersebut. Didalamnya banyak sekali boneka-boneka lucu yang dipajang rapi. Raisya mengitari beberapa rak boneka dengan Jimin di sampingnya.

"Kau mau beli boneka? " tanya Jimin. Raisya menoleh dan mengangguk. Dia memang ingin mengoleksi boneka sejak dulu, tapi ibunya melarang dengan alasan jika malam hari tiba boneka akan bergerak sendiri Padahal Raisya tidak mempercayai mitos itu.

Jimin mengambil boneka beruang berwarna coklat dan putih dengan ukuran besar "Kau suka ini? " tanya Jimin sambil menyodorkan bonekanya pada Raisya agar gadis itu menggendong boneka beruang itu.

"Satu saja, jangan banyak-banyak! " ucap Raisya. "Tapi jika kau suka keduanya, kita bisa ambil dua" tawar Jimin. Raisya nampak menimang-nimang. Gadis itu tidak akan bisa menolak jika menyangkut soal boneka.

"Baiklah, aku mau dua ini. Sudah ayo bayar!" ajak Raisya. Jimin mengambil satu boneka dari Raisya karena gadis itu tenggelam jika harus menggendong dua boneka besar sekaligus

Setelah membayar, Jimin dan Raisya kembali berjalan-jalan dengan masing-masing membawa satu boneka. Jimin mengajak Raisya untuk duduk di sebuah kursi panjang.

"Oppa," panggil Raisya yang membuat Jimin langsung menoleh "Ada apa? " tanya Jimin. Raisya terdian sebentar. Ia bingung harus mengatakannya atau tidak. "Katakan kau ingin apa? " tanya Jimin lagi sambil mengelus kepala Raisya.

"Aku ingin eskrim," ucap Raisya polos. Di malam yang dingin seperti ini tiba-tiba saja dirinya ingin memakan eskrim. Merasakan sensasi tekstur lembut dari eskrim vanilla. Membayangkannya saja Raisya sudah akan meneteskan air liurnya.

"Dicuaca seperti ini? Tidak! Nanti kau kedinginan," tolak Jimin. Pasalnya ini sangat dingin karena suhu sudah mencapai 10° Celcius. "Oppa, kumohon sekali ini saja," rengek Raisya yang sekarang menggoyang-goyangkan jemari Jimin memohon.

Jimin yang tak tega melihat Raisya seperti ini memilih untuk mengitari tempat dimana tukang eskrim berada. Untung saja ada satu kedai eskrim yang buka didekat sini.

"Mau ke kedai eskrim itu? " tanya Jimin. Raisya berbinar dan mengangguk semangat. Dia bisa mendapatkan eskrim di tempat hangat. Jimin dan Raisya masuk kedalam kedai eskrim dengan dua boneka besar membuat beberapa pasang mata menatap mereka. Raisya dan Jimin memang terlampau beberapa tahun tapi Jimin tidak terlihat tua, makanya mereka masih bisa menyesuaikan seperti pasangan pada umumnya.

Pesanan mereka sampai. Jimin hanya memesan latte dan Raisya menambahkan eskrim di atasnya. Jimin saja sampai bergidik. Segila-gilanya dia pada eskrim, dia tidak akan kuat jika harus memakannya disaat dingin seperti ini.

"Oppa mau? " tawar Raisya. Jimin menggeleng, "Aniyo, kau saja. Tapi jangan dihabiskan," ucap Jimin membuat Raisya mengernyit "Kenapa tidak boleh dihabiskan? " tanyanya.

"Ini dingin sayang. Aku tidak mau kau kedinginan, " ucap Jimin. Sementara Raisya hanya mengangguk mengerti tanpa menghiraukan Jimin yang sekarang tengah bermain ponselnya sambil sesekali membalas pesan dari kantornya.

.

.

.

Samar samar cowoknya mirip jimin wkwkw

DREAMS ✴PJM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang