25. Lelah

3.6K 327 29
                                    

"Bagaimana? Ada kabar baru tentang  ibumu?" tanya Raisya.

Jungkook menggeleng pasrah. Sudah beberapa minggu ini kedua orangtuanya menghilang entah kemana. Jungkook juga pusing sekaligus bingung.

Jika saja kedua orang tuanya bekerja, mereka akan memberi tahu Jungkook, tapi sekarang mereka tidak memberikan kabar apapun.

Frustrasi? Jangan ditanyakan lagi. Ia takut setengah mati bahkan sudah memberi tahu kepada polisi untuk membantu mencari kedua orang tuanya.

"Heum, berdoa saja supaya tidak ada yang terjadi pada mereka," ucap Raisya menenangkan lantas mengelus punggung si Jeon. Ia juga tidak mengerti dengan keadaan yang begitu tiba-tiba seperti ini.

"Iya, kuharap begitu. Hei? Tanganmu lebam? Ada apa?" panik Jungkook yang melihat luka memar di punggung tangan Raisya.

"Ah, tidak tau. Saat aku bangun tanganku sudah lebam."

Bohong!

Ya, jelas itu bukan memar hanya karena saat tidur tangannya membentur dada bidang Jimin kan? Jungkook mengangguk memilih untuk percaya, "Lain kali hati-hati, kau ini selalu membuat aku khawatir tahu! "

Jungkook mengelus pelan pucuk kepala Raisya. Ada rasa aneh yang bergelenyar di dadanya. Raisya tidak menyukai rasa ini. Ia malah sering membayangkan wajah Jimin jika sedang bersama Jungkook.

"Hei? Boleh aku bergabung?" seorang gadis berdiri di depan mereka. Jungkook lantas mengangguk "Iya silahkan."

"Kau Raisya, kan?" tanya gadis itu membuat Raisya mengangguk cepat. "Ah, iya." Kalian tau jika Raisya tidak begitu pandai dalam hal sosial.

"Perkenalkan, namaku Jung So In."

.

.

.

"Ayolah Jim! Maafkan aku! Kau tidak lelah terus menyalahkan aku?"

Jimin berdecih. Ingin sekali dirinya menendang wanita ini hingga ke Afrika Selatan!

"Pergi sana! Aku tidak ingin melihat wajahmu lagi!"

Baru saja Jimin akan keluar dari ruangannya, namun Haeya malah mencekal pergelangan tangannya dan menempelkan bibirnya. Jimin terkejut bukan main, apalagi saat melirik pada pintu di mana gadisnya berdiri di sana dengan tatapan terkejutnya.

Jimin lantas mendorong bahu Haeya dan menatap gugup ke arah Raisya. Tidak-tidak! Ini tidak benar, kenapa dirinya malah gugup sekarang?

"Raisya?"

"Oh?! Maafkan aku oppa. Kalau begitu aku akan pergi, lanjutkanlah!" ujarnya lantas melangkah pergi. Jimin menggeram marah pada Haeya. "Urusan kita belum selesai kang Haeya-ssi! "

Setelah berkata demikian, Jimin berlari guna mengejar Raisya yang berjalan santai di lobby. Jimin lantas mencekal pergelangan tangan gadis itu membuat Raisya terkejut dan membalikkan tubuhnya.

"Raisya dengarkan aku! Aku tidak-"

"Jangan bicarakan disini, karyawanmu melihat kita," ucapnya diringi sebuah senyuman. Tidak! Jimin tidak menginginkan senyuman macam itu sekarang. Hatinya terluka!

Jimin menarik pergelangan tangan Raisya untuk berjalan ke basement lantas masuk kedalam mobil. Setelah Raisya duduk, gadis itu langsung menyumpal telinganya dengan earpod dan menyetel beberapa lagu.

Hening menyelimuti mereka berdua, tidak ada yang mau membuka pembicaraan setelah insiden beberapa waktu yang lalu. Jujur saja Raisya merasakan sakit sampai relung hatinya. Ia tidak menyangka apa yang barusan dirinya lihat.

DREAMS ✴PJM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang