Semua kebutuhan rumah sudah selesai, Jimin dan Raisyapun sudah pindah kemarin. Besok Raisya akan mulai bersekolah karena Jimin juga harus kembali bekerja. Ada banyak berkas menumpuk di ruangannya tengah menanti.
Raisya tengah melipat pakaian sekolahnya dan menyiapkan beberapa buku sembari memasukan laptopnya kedalam tas. Gadis itu hanya membawa 2 buku dan 1 laptop karena memang akan lebih banyak mengetik di laptop daripada mencatat di buku.
"Sudah? Ini sudah malam lebih baik kita tidur," ajak Jimin yang tengah duduk di belakang Raisya sementara gadis itu masih sibuk dengan beberapa barangnya.
"Sudah selesai, kajja," ucap Raisya lalu bangkit berdiri dan berjalan ke arah kasur diikuti oleh Jimin di belakangnya. Seperti biasa, tanpa perlu diberi aba-aba lagi, Raisya akan memeluk Jimin begitupula sebaiknya. Sudah menjadi kebiasaan.
..
.
Pagi itu Raisya telah siap dengan seragam sekolahnya dan sudah memasak sarapan untuk Jimin. Gadis itu tengah menyiapkan kotak bekal dirinya dan Jimin. Sementara Jimin masih di dalam kamar dan sedang memakai pakaiannya.
Jimin turun dengan dasi berantakan dan kemeja yang tidak dikancingkan. Raisya berdecak melihat penampilan Jimin yang sangat berantakan. Gadis itu menunggu Jimin menghampirinya dan tangannya langsung menyambar dasi yang tidak diikat dengan benar. Jimin menegakkan tubuhnya agar Raisya mudah untuk merapikannya.
Gadis itu mengancingkan jas Jimin dan menepuk-nepuknya pelan. Tidak kesulitan juga sebab ayahnya sering meminta ia merapikan jas kerjanya. "Ayo sarapan dulu, jangan sampai terlambat. Hari ini adalah hari pertamaku sekolah," ajak Raisya dengan semangat. Jimin mengangguk dan langsung mendudukkan dirinya lalu menyantap sarapan yang telah dibuat oleh Raisya.
"Oppa, kau bawa kotak ini. Aku sudah menyiapkannya. Jangan makan sembarangan! Malam nanti aku akan memasak untuk kita," papar Raisya sambil menyuapkan makanannya kedalam mulutnya.
"Tidak perlu repot seperti itu harusnya. Ada para maid yang akan mengerjakan semuanya," ucap Jimin. Ia mengerti jika Raisya mencoba yang terbaik, hanya saja Jimin juga khawatir gadis itu akan kelelahan.
"Tidak, biarkan untuk makanan dan kamar kita, aku yang ambil alih! " ucap Raisya. Lagi-lagi Jimin hanya bisa meng-iyakan saja perkataan Raisya. Ia akan memantau sampai mana istrinya itu bisa melakukan hal yang ia inginkan.
Selesai sarapan, Raisya dan Jimin berangkat. Jimin akan mengantarkan Raisya ke sekolahnya terlebih dahulu. Karena memang letak kantornya tidak jauh dari sana.
Jimin dan Raisya sudah sampai. Raisya mempersiapkan dirinya sambil merapalkan doa berharap agar hari ini selalu lancar dan tidak ada hambatan.
"Oppa, aku pergi!" pamit Raisya. Jimin menahan pergelangan tangan Raisya membuat si gadis yang semula baru saja akan keluar dari mobil jadi kembali duduk, "Kau mau kuantar dulu sampai ruang kepala sekolah? " tawar Jimin. Raisya menggelengkan kepalanya, "Aniyo. Gwenchana, sepertinya seseorang yang berdiri didepan gerbang adalah kepala sekolahnya. Keurechi? " tanya Raisya.
Jimin sontak mengarahkan pandangannya pada gerbang di mana ada seorang laki-laki paruh baya yang tengah berdiri di sana yang memang adalah kepala sekolahnya sendiri. Jimin memang meminta pengawasan khusus untuk Raisya karena Jimin khawatir pada gadisnya. Ia hanya minta gadisnya di awasi, bukan diperlalukan spesial sebab Raisya akan marah jika Jimin meminta hal itu.
"Baiklah, pulang sekolah kau ada yang menjemput, akan ku kirim sopir untukmu. Jika kau ingin pergi kesuatu tempat, kau tinggal bilang padanya." Jimin menjelaskan sementara Raisya hanya mengangguk saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMS ✴PJM✔
Fanfiction[C O M P L E T E] Judul lama : MY UNDERSTANDING WIFE Second story By: Jim_Noona [Beberapa chapter di private. Follow akun terlebih dahulu untuk kenyamanan membaca] Menikah bukan perihal mudah untuk gadis 16 tahun. Tapi jika dalam diri sudah tertanam...