Ke sepuluh jari jemari Jimin tengah menari di atas keyboard laptop berwarna silver dengan logo setengah apel di bagian belakangnya.
Di depan mejanya banyak berkas-berkas menumpuk yang sedari tadi tidak kunjung selesai di kerjakan. Kepalanya sudah sangat pening, belum lagi tadi sekretarisnya menambahkan beberapa dokumen lagi dimejanya membuat semuanya perfect.
Sudah jam lima sore dan Raisya pasti sudah pulang. Bisa Jimin tebak jika gadis itu tengah memasak untuk dirinya. Tidak mau berlama, Jimin semakin gencar untuk menyelesaikan tugasnya.
Namun sekarang? Sudah jam enam sore tapi pekerjaannya belum selesai. Jimin tidak mungkin lembur mengingat Raisya sendirian di rumah, belum lagi dengan dirinya yang pasti sudah bersusah payah memasak untuk makan malam. Jimin menutup laptopnya dan menyambar jasnya. Memakainya lalu keluar dari ruangannya dengan tas kerjanya.
.
.
.
Raisya sudah selesai dengan makanan yang dia buat bersama para maid. Gadis itu banyak belajar dari Goo ahjuma yang memang paling jago memasa dari para pelayan di rumahnya.
"Goo ahjuma? Apa Jimin oppa akan menyukainya?" tanya Raisya sambil menatap beberapa makanan yang masih mengepul di atas meja.
"Keure, Tuan Jimin akan menyukainya. Apalagi melihat nona yang memasaknya untuk beliau," jawab Goo ahjima sambil menyunggingkan senyumnya.
"Goo ahjuma bisa ajarkan Raisya memasak lagi nanti? " tanya Raisya yang dibalas anggukan antusias oleh Goo ahjuma, "Tentu saja, ahjuma akan mengajarkan semua yang ahjuma bisa," ucapnya. Raisya memeluk Maid itu tanpa sungkan. Sedangkan Goo ahjuma membeku, dia sedikit segan dipeluk oleh majikannya.
Jarang sekali majikan yang mau memeluk maidnya bahkan hanya beberapa saja yang bisa akrab dengan maidnya. Tapi Raisya berbeda, gadis asal Indonesia yang dipilih tuannya memang berbeda. Sikapnya sangat sopan, bahkan dengan dirinya yang berbeda dengan Raisya. Maksudnya, Goo hanyalah seorang asisten rumah tangga, sementara Raisya adalah majikannya. Namun gadis itu memperlakukan dirinya dengan sangat baik.
"Ahjuma, Raisya mau mandi dulu ya. Sepertinya badan Raisya bau keringat," ucap gadis itu sambil mengendus tubuhnya sendiri. Bibi Goo hanya mengangguk dan Raisya langsung melangkahkan kakinya naik keatas kamar dan membersihkan tubuhnya.
Saat Raisya tengah menyisir rambutnya yang basah, suara Jimin sudah terdengar dari luar. Gadis itu langsung berlari keluar dan menemui Jimin yang tengah memanggilnya.
Raisya tersenyum kala netranya menangkap presensi Jimin yang tengah menenteng jas kerja pada lengannya. Dengan segera Raisya menghampiri Jimin yang juga tengah berjalan ke arahnya.
Raisya mengambil tas kerja Jimin. Pria itu terlihat berantakan sekali. "Oppa? Mau mandi dulu? Setelah itu kita makan dan aku akan membuatkan kopi untukmu," tawar Raisya. Jimin mengangguk dan berjalan bersama Raisya menuju kamarnya. Jimin langsung masuk kedalam kamar mandi, dan Raisya memasuki Walk In Closet yang memang tersedia di dalam kamar mandi tapi tidak langsung masuk kedalam kamar mandi.
Mengambil baju hitam dengan lengan pendek dan celana sebatas lutut. Gadis itu memberanikan diri untuk mengambil beberapa pakaian dalam Jimin lalu kembali ke dalam kamar dan menaruhnya di tepian ranjang.
Jimin juga telah selesai dengan mandinya. Pria itu keluar dengan rambut basahnya dan handuk yang hanya melilit di pinggangnya membuat perut dan dada bidangnya terekspos.
Raisya dengan refleks memalingkan wajahnya agar tidak memandang sesuatu yang minta di raba di sana.
Jimin mendekat ke arah Raisya dan memeluknya dari belakang membuat gadis itu terperanjat. Belum sempat gadis itu melarikan diri, Jimin sudah mengukung Raisya dalam dekapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMS ✴PJM✔
Fanfiction[C O M P L E T E] Judul lama : MY UNDERSTANDING WIFE Second story By: Jim_Noona [Beberapa chapter di private. Follow akun terlebih dahulu untuk kenyamanan membaca] Menikah bukan perihal mudah untuk gadis 16 tahun. Tapi jika dalam diri sudah tertanam...