Ps. Tandai typo jika ada
Baca note aku di akhir chapter.
Jimin tengah menunggu operasi yang sedang Raisya jalani. Pria itu tengah mondar-mandir di depan ruangan operasi, sementara kedua orang tua Jimin dan Raisya juga beberapa tamu sedang di rawat di rumah sakit yang sama.
Mereka tidak ingat kejadian tadi, juga Haeya yang bisa kabur sementara Yoongi sedang melakukan penelusuran. Jimin begitu kalut kala memikirkan Raisya yang baru saja mengatakan jika dirinya tengah hamil.
Apa yang akan terjadi ketika tadi Jimin tak sengaja melihat bercak darah pada kursi yang di duduki Raisya di dalam mobil?
Jimin mengusap wajahnya kasar, air matanya sudah tak dapat lagi terbendung. Di dalam sana, istrinya tengah menjani operasi untuk mengangkat peluru yang bersarang di dadanya. Untung saja tidak terkena organ penting seperti paru-paru, jantung atau hati hingga dokter masih bisa berbuat semaksimal mungkin untuk Raisya.
Taehyung yang melihat ini juga ikut sedih. Melihat Jimin yang kembali menangis tanda dirinya sedang lemah, membuat Taehyung juga gusar. Ia sempat memeriksa para tamu Jimin yang sekarang tengah di rawat yang membuat beberapa kamar rawat penuh.
Teman-temannya juga tengah mengurus semuanya hingga Jimin tidak perlu memikirkan bagaimana nasib para tamunya.
Taehyung menepuk pundak Jimin dan meraih pria itu dalam dekapannya. Meminjamkan bahunya untuk teman paling baiknya.
"Raisya baik-baik saja, Jim, dia wanita kuat. Aku yakin dia baik-baik saja." ucap Taehyung menenangkan. Taehyung sendiri masih tidak mengerti dengan apa yang terjadi barusan. Otaknya seakan sedang lambat memproses sebuah informasi.
Tepat saat itu, pintu ruang operasi terbuka, baik Jimin maupun Taehyung langsung menghampiri dokter yang keluar dari ruangan. "Bagaimana keadaan istri saya, dok?" Tanya Jimin panik.
Pria itu benar-benar takut jika terjadi apa-apa pada istrinya. Terlebih soal pernyataan Raisya tentang gumpalan darah dagingnya yang sekarang di pertanyakan.
"Operasi berjalan dengan lancar dan pasien akan segera di bawa ke ruang inap. Hanya saja untuk janin yang sedang dikandungnya tidak bisa kami selamatkan."
Dunia Jimin hancur seketika mendengar penjabaran dari sang dokter. Apakah tuhan harus secepat ini mengambil anaknya bahkan sebelum Jimin sempat menyapanya?
"....pasien mengalami syok berat yang akhirnya berimbas pada janin yang sedang dikandungnya. Saya harap anda bisa menerima dan terus mensuport pasien. Karena pasien membutuhkan banyak suport dari orang terdekatnya. Kalau begitu, saya permisi."
Dokter pergi begitu saja meninggalkan Jimin dengan hati hancur nan berantakan. Apa yang akan ia katakan pada Raisya nanti? Apa yang akan Jimin katakan?
Sungguh, ia tidak bisa membayangkan Raisya akan seperti apa nantinya. Jimin ambruk ke lantai dan menangis sejadi-jadinya. Jika banyak orang bilang lelaki itu akan menangis jika dirinya benar-benar tidak kuat, maka Jimin disini. Terduduk dengan dirinya yang dirundung rasa bersalah yang amat besar pada istrinya.
Taehyung yang melihat itu juga sama terpukulnya. Bagaimanapun Raisya adalah sosok adik perempuan untuknya. Sosok wanita ceria yang mampu membuat Taehyung lupa dengan schedule padatnya jika sudah bermain di rumah Jimin.
"Apa yang akan kukatakan padanya Tae? Apa?!" emosi Jimin seraya menonjokkan kepalan tangannya pada ubin membuat jemarinya berdarah dan menempel pada lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
DREAMS ✴PJM✔
Fanfiction[C O M P L E T E] Judul lama : MY UNDERSTANDING WIFE Second story By: Jim_Noona [Beberapa chapter di private. Follow akun terlebih dahulu untuk kenyamanan membaca] Menikah bukan perihal mudah untuk gadis 16 tahun. Tapi jika dalam diri sudah tertanam...