46. Hukum

3.3K 338 72
                                    

Kekekek akhirnya aku update yang ini. Kalian antusias dan banyak komen dicerita ini, jadi yauda aku post deh hehehe.

Ps. Tandai typo jika ada.

Sekali lagi aku tekankan jika ini hanya FiKTIF dan tidak ada sangkut pautnya dengan dunia dimana kita berpijak sekarang.

Happy reading.




"Apa yang kau inginkan?" tanya Yoongi.

Raisya terdiam sejenak. Ia masih menguatkan hatinya tak kala ia harus benar-benar bijak kali ini.

Ia benar-benar merasa sakit hati atas perlakuan Haeya yang membuat dirinya harus kehilangan gumpalan darah dagingnya sendiri.

"Apapun, asalkan setimpal. Aku hanya ingin ia mendapat balasan yang setimpal," ucap Raisya. Apa yang bisa ia lakukan memang? Meminta aparat kepolisian untuk menembak mati Haeya? Itu bukan wewenangnya. Ia hanya ingin Haeya mendapat hal sepadan dengan perbuatannya yang kelewat batas.

"Aku akan mengusahakannya. Kau tenang saja. Dia... Kupastikan akan mendapat balasan yang setimpal," ungkap Yoongi, lantas pria itu keluar dari ruangan meninggalkan beberapa orang di sana dengan pikiran masing-masing.

Jimin kembali mendekap sang istri hangat dengan posisi tubuh Raisya yang terlentang dan Jimin di atasnya dengan kedua kaki yang berdiri tegak.

Mengelus surai lembut Raisya dan membiarkan wanitanya menangis dalam dekapannya. "Sudah sayang, jangan menangis lagi," bujuk Jimin.

"Eiy, ini bukan Raisya yang kukenal. Mana ada Raisya si anak cengeng, huh?" celetuk Hoseok. Jimin melepas dekapannya dan menatap Raisya dengan senyumannya. Jimin harus bangkit untuk menopang Raisya yang tengah terjerembap. Jika ia tidak bangkit, mereka akan tetap tenggelam dalam luka.

"Kau ingin eskrim?" tanya Taehyung yang lantas membuat Seokjin menepuk punggung pria itu. "Raisya baru sadar dan kau malah mau membelikannya eskrim?! Apa yang ada dipikiranmu?!" pekik Seokjin kesal. Untung saja Taehyung ini sahabat sekaligus adik baginya, jika tidak ia ingin memutilasi tubuh Taehyung dan membuangnya kelaut.

"Memang tidak boleh Hyung?" tanya Taehyung polos.

Astaga, apa kalian marah jika Seokjin mencabik wajah tampan Taehyung? Pria ini benar-benar bodoh atau bagaimana? Main drama pintar tapi otaknya kosong.

"Sudah Taehyung oppa, saat aku sembuh nanti belikan aku tiga kotak eskrim, bagaimana?" tawar Raisya dengan suara seraknya.

"Jangankan tiga kotak. Kau mau sekalian dengan pabriknya? Aku belikan!" ungkap Taehyung menggebu. Setidaknya ia bisa melihat Raisya tersenyum yang sekaligus membuat Jimin tersenyum juga.

Ia suka jika oranglain tersenyum, apalagi karena tingkahnya yang menurut orang-orang kelewat polos, namun sebenarnya tidak demikian.

.

.

.

"Raisya makan!" pinta Jimin yang sekarang tengah menyodorkan satu sendok bubur yang Raisya yakini rasanya hambar. Ayolah, kalau seperti ini lebih baik ia masak sendiri saja di dapur rumah sakit.

"Tidak mau! Tidak enak!" tolak Raisya mentah-mentah dan menutup mulutnya rapat. Ia benar-benar tidak mau bubur jahanam itu masuk kedalam mulutnya.

"Ayolah sayang, kau harus makan dan segera minum obat," pinta Jimin memelas. Raisya nampak menimang, mau bagaimanapun jika Jimin sudah memelas seperti itu Raisya tidak bisa menolak.

DREAMS ✴PJM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang