26. Labil Girl

3.7K 332 29
                                    

Dada Jimin bergemuruh. Ia menatap Raisya yang berada dibawahnya-memeluk lututnya sendiri sambil terisak. Ia mengingkari janjinya sekarang. Ia membuat gadisnya menangis sesegukan sekarang. Penebusan dosa seperti apa yang harus Jimin lakukan agar Raisya bisa memaafkan kesalahannya.

Jimin berjongkok lantas memeluk Raisya. Merasa bersalah? Jangan tanyakan hal itu lagi. Jimin merasa berdosa sekarang. Ia benar-benar membuat gadisnya menangis sementara dia berjanji tidak akan membuat gadis ini menangis.

"Maafkan aku Raisya, apa yang kau lihat kejadian awalnya tidak seperti yang kau bayangkan. Mana mungkin aku menduakan dirimu. Aku—" nada suara Jimin kian bergetar saat Raisya tidak merespons apapun. Gadis itu hanya diam sambil terisak dan terus memeluk lututnya.

"Raisya, dengarkan aku. Perempuan itu Haeya. Dia hanya seseorang di masa laluku. Dia orang yang—"

"Aku tidak perduli dengan wanita itu oppa. Sekarang cepat cuci bibirmu! Aku tidak suka melihat ada sesuatu yang menempel disana!" ujarnya sambil menatap Jimin dengan mata sayu sambil sesekali terisak. Jimin terkejut bukan main ketika Raisya malah berucap demikian.

"Ayo, kau cuci ini semaumu, sampai mengkilat Raisya. Ayooo!" ucapnya. Jimin membawa Raisya ke dalam kamar mandi dan berdiri di depan wastafel. Raisya yang notabenenya memiliki dendam kesumat dengan bibir Jimin yang memiliki bercak tak kasat mata dari oranglain langsung membasuhnya kasar hingga Jimin memajukan bibirnya agar tidak ada air yang masuk dalam mulutnya.

Raisya berhenti lalu memandangi air yang menggenan di watafel karena alirannya tidak dibuka. Napasnya masih terengah karena isakan beberapa detik yang lalu. Gadis itu menatap Jimin yang juga sedang menatapnya sebelum kembali membuang muka.

"Jangan melakukannya lagi, jauhi dia. Aku tidak suka wanita lain mendekatimu."

Usai berbicara seperti itu, Raisya keluar dari kamar mandi dan kembali mengambil dompetnya yang tergeletak di atas lantai. Baru saja gadis itu akan membuka knop pintu kamarnya, lengannya kembali ditahan.

"Ada apa? Aku hanya akan pergi berbelanja makanan bukan mau pergi jauh," ucapnya tanpa menoleh.

"Aku ikut, belanjanya pasti banyak, kan? Kurasa kau tidak akan kuat membawa barangnya. Tunggu aku mau pakai jaket dulu!"

Jimin melepaskan genggamannya dan langsung menyambar jaket yang menggantung di sebuah gantungan kayu. Bergegas memakainya karena Raisya masih diam di tempatnya. Tidak bergerak bahkan tidak menoleh kearahnya.

Ia tau jika masih ada perasaan mengganjal dalam hati Raisya. Biasanya yang dia tonton dalam drama, Jika gadisnya mengetahui kekasihnya dicium orang lain, maka reaksinya adalah selain menampar ya meminta putus. Berbeda dengan Raisya yang labil.

Di kantor dia terlihat biasa, namun di rumah menjadi-menjadi. Meski hanya beberapa waktu dan sekarang dirinya kembali tenang dengan mengabaikan Jimin.

Jimin menggenggam pergelangan tangan Raisya dan mengajaknya keluar dari kamar. Karena letak supermarket yang lumayan jauh, jadi Jimin memutuskan untuk memakai mobil saja. Sekalian pergi ke supermarket yang lebih besar supaya semuanya lengkap.

Raisya yang sibuk menghitung tiang ditepi jalan yang mereka lewati dan Jimin yang sibuk dengan kemudinya. Tidak ada percakapan. Hening dan awkward.

Sampai akhirnya mereka sampai di supermarket dan langsung mengambil troli yang berjejer. Jimin yang menarik trolli sementara Raisya yang berjalan memilih beberapa makanan yang dibutuhkan.

"Oppa mau beli makanan tidak?" tanya Raisya akhirnya setelah diam sekian lama. Jimin buru-buru menangggapi "Eum, kurasa aku mau beberapa snack. Jangan lupa untuk stok susu kotak, roti, ramyeon, aku mau Eskrim!" ujarnya semangat.

DREAMS ✴PJM✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang